Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 8 Portal

Bab 8 Portal

Matahari mulai terbenam meninggalkan semilir angin sore hari yang beralih menjemput Bulan perlahan-lahan. Burung gereja berdesakkan memasuki sarangnya sebab takut tak bisa pulang. Kini angkasa dipenuhi kawanan kelelawar dengan suara bisingnya yang mengganggu telinga manusia. Kesal pun apa daya, mereka bisa terbang dengan lincah sedangkan manusia hanya mampu menatapinya dari bawah.

Suasana kota sore hari disesaki orang-orang dengan rasa lelah yang menggunung. Mereka dilanda kepayahan setelah menghabiskan banyak tenaganya untuk bekerja demi mencari penghidupan. Sebuah perjuangan untuk bertahan hidup dengan layak di Bumi yang menyimpan banyak kisah menarik sejak dulu hingga kini.

Manusia seakan lupa akan takdir yang mereka pegang. Bumi diciptakan untuk menjadi rumah bahagia untuk mereka. Akan tetapi, manusia malah menjadi budak di rumahnya sendiri. Segala bentuk pekerjaan mereka lakoni demi mendapatkan apa yang diinginkannya. Padahal, apa pun yang Bumi miliki adalah untuk mereka. Untuk manusia yang mengerti kenapa Bumi tercipta bersama mereka.

Di antara kerumunan itu, Bumi dan Bulan tengah kesulitan untuk berjalan. Mereka terjebak di antara sesaknya orang-orang yang berkumpul demi melihat fenomena alam yang tak biasa. Sebuah lubang hitam menganga di langit sana muncul begitu saja. Lubang besar itu menyerap apa saja yang berada di dekatnya. Mobil, gedung, bak sampah, hingga telur ayam pun menetas di udara sebelum terserap ke dalam lubang itu.

“Siapa yang mengaktifkan poortal sembarangan?” bisik Bumi langsung ke depan telingan Bulan.

“Entahlah. Kalau Ayah mana mungkin melakukan hal sebodoh itu.” Bulan menjawabnya tanpa berbisik sama sekali.

“Hus! Jangan keras-keras! Kalau orang lain sampai tahu siapa kita sebenarnya, mereka bisa saja menculik kita!” tegur Bumi mengingatkan.

Bulan tertawa malu. Ia lupa bahwa tak semua orang di dunia ini tahu tentang siapa dan dari mana mereka berasal. Kecuali orang-orang yang pernah menerima kejujuran dari keluarga Janus. Keluarga terakhir yang berasal dari Lemura ini diutus dengan tugas khusus. Hingga, mewajibkannya untuk tinggal di Bumi lebih lama.

Selama lima menit, lubang hitam itu menyerap semua benda yang muat ke dalamnya. Namun tidak dengan manusia. Berapa banyak pun manusia yang mendekat ke arah portal itu, mereka tetap tidak terserap. Kejadian aneh ini pun menjadi pemberitaan di berbagai media massa. Wartawan televisi dan surat kabar berlomba-lomba mendapatkan foto lubang hitam itu untuk diterbitkan dengan berbagai judul artikel yang menarik.

Janus dan Orion yang melihat lubang besar itu dari rumah menggeram marah. Mereka berdua menebak-nebak siapa manusia bodoh di balik kejadian ini.

“Kalau aku tahu siapa orang yang sudah membuka portal sembarangan, akan kubunuh dia!” teriak Janus sambil menatap tajam lubang itu.

“Ya. Aku setuju. Bisa-bisanya ada orang bodoh yang membuka portal sembarangan. Apa dia tidak tahu apa yang akan terjadi jika portal terlalu lama dibuka?” Orion sama marahnya melihat fenomena langit itu.

“Semua ini gara-gara Sekala. Aku tidak akan memaafkannya. Rencana kita, terancam gagal jika Sekala terlepas dari pengawasan kita.” Janus mondar-mandir memikirkan solusi dari segala permasalahan yang tengah ia hadapi.

Orion terdiam sendiri. Pikirannya sibuk juga mencari solusi terbaik yang mungkin terselip di beberapa sel otaknya. Namun sayangnya Orion tidak pernah menemukannya. Tidak akan pernah sampai Sekala kembali pulang dan mereka berdua akan menghajarnya sampai habis. Itu pun jika Bumi dan Bulan tidak menghalanginya.

“Bumi dan Bulan ke mana?” tanya Janus tiba-tiba. Ia berhenti mondar-mandir, lantas duduk sambil menikmati kopi arabika seduhan istrinya. Aroma kopi pun memenuhi rumah ini. Kelihaian Orion meracik kopi memang tidak perlu diragukan lagi. Setidaknya, dia bisa membuat kopi dengan kualitas terbaik untuk suami tercintanya.

Janus terlihat lebih tenang setelah menyeruput kopi buatan Orion. Ia masih menunggu jawaban istrinya yang terdiam sambil mengingat-ingat ke mana perginya sepasang anak kembar itu.

“Ah iya, aku lupa. Tadi kusuruh mereka berdua untuk melihat pusat portal itu. sekadar untuk mencari tahu siapa pelaku yang sudah sembrono membuka portal sembarangan.” Orion duduk di sebrang suaminya. Ia mengambil kue buatannya di piring, lantas memakannya sedikit demi sedikit.

“Ehm, begitu. Jangan sampai mereka terlambat pulang. Kita akan pergi ke Lemura,” ucap Janus tiba-tiba.

“A- apa? Ke Lemura? Kenapa mendadak seperti ini! Kita perlu persiapan untuk pergi ke sana. Dan, jujur aku belum siap untuk melewati portal itu.” Orion tampak tidak setuju dengan usulan Janus yang tiba-tiba.

“Kalau kau tidak mau pergi, tidak masalah. Aku akan bawa Bumi dan Bulan ke sana. Ada sesuatu yang harus kubicarakan dengan para tetua. Mereka tidak mungkin mendatangi kita di sini, bukan?” Janus memicingkan matanya. Ia seolah tak peduli dengan pendapat istrinya.

Orion mendengus kesal. Ia tidak mau ditinggalkan sendirian di Bumi. Dia tahu apa yang akan terjadi jika dirinya menolak untuk ikut. Bisa saja para tetua akan menghukumnya. Atau, bahkan sampai dibunuh.

“Jika Bumi dan Bulan menolak untuk ikut?” tanya Orion sedikit tenang.

“Mereka pasti ikut. Bumi dan Bulan tidak pernah menginjakkan kakinya di Lemura. Karena itulah, mereka berdua pasti sangat gembira kalau diajak jalan-jalan ke tempat yang belum pernah dilihatnya sekali pun selama menjadi manusia Bumi.” Janus berusaha meyakinkan istrinya untuk pergi ke Lemura.

Suasana di rumah ini lengang seketika. Tak ada suara yang terlontar dari keduanya. Orion memilih untuk diam daripada harus berdebat dengan suaminya. Perdebatan itu percuma, hanya akan memancing kemarahan Janus yang tak terkendali. Dalam masalah ini, Orion sama sekali tidak bisa membuat amarah Janus reda.

Orion mengalah, ia menarik napas dalam-dalam dan membuangnya sekaligus. Desahan kesal mewakili keresahannya untuk rencana Janus itu. Namun, mau bagaimanapun dia tentu harus ikut. Bisa jadi gawat kalau sampai para tetua memberikannya hukuman.

“Aku tidak mau kalau sampai para tetua sialan itu malah menghukumku. Aku tahu Janus pasti punya rencana di balik semua ini. Aku tidak boleh membiarkan Janus mengaturku seenaknya. Tapi, apa yang bisa kuperbuat?” gumam Orion dalam hatinya.

Janus melenguh sesaat setelah menyadari portal besar itu telah hilang. Lubang berwarna hitam yang menjadi gerbang menuju Lemura itu sangat mengganggu. Dia tahu bahwa bukan hanya keluarganya saja bangsa Lemura yang tinggal di Bumi. Masih ada banyak orang Lemura yang bisa pergi ke Bumi kapan saja.

***

Bumi dan Bulan segera pulan ke rumahnya. Dia membawa laporan seadanya. Mereka berdua tidak bisa menemukan siapa orang bodoh yang sudah bermain dengan portal berbahaya sebesar itu. Meski temuannya ini akan membuat Janus dan Orion kecewa, mereka tidak peduli. Janus dan Orion tidak pernah berlaku kasar pada keduanya seperti yang dilakukan kepada Sekala.

“Tidak apa-apa. Orang bodoh memang tidak patut untuk dicari. Mereka hanya ingin cari sensasi dan membuat kegaduhan sebelum waktunya.” Orion membela Bumi dan Bulan. Sedangkan Janus, meski tak bisa memarahi keduanya, wajahnya masih terlihat kesal dan dirundung kegelapan amarah yang sangat kental.

“Tapi … kurasa orang yang sudah membuka portal itu bukanlah manusia Lemura. Dan, dia juga bukan orang bodoh.” Bumi mengatakan dugaan-dugaan yang berkelebatan di kepalanya.

Bulan menatapnya tak mengerti. Selama berada di jalan, Bumi tidak mengatakan apa pun tentang itu. Ia sedikit kecewa karena kakaknya menyimpan pemikiran itu sendirian. Padahal selama ini Bulan selalu menjadi tempatnya bercerita dan saling bertukar pikiran.

“Kenapa Bumi tidak mengatakannya padaku? Aneh sekali. padahal selama ini ia selalu mengatakan apa pun padaku. Atau mungkin, dia baru kepikiran sekarang?” pikir Bulan sembari menutup mulutnya rapat-rapat.

“Apa maksudmu?” tanya Janus penasaran.

Orion terlihat penasaran juga. Dia duduk dengan tenang sambil menatap lamat-lamat wajah Bumi.

“Maksudku adalah, manusia Lemura tertua saja tidak mampu membuat portal sebesar itu. Padahal, segala kekuatan yang dimiliki bangsa Lemura ada padanya. Ia adalah orang terkuat. Berarti-”

“Dia manusia Bumi yang masih memiliki ikatan darah dengan manusia tertua di Lemura?” potong Janus yang terbawa arus pikiran Bumi.

***

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel