9. Tukang Fitnah.
"Ada titah dari Raja."
Mendengar kata titah, perasaan Yin Er sudah tidak enak. Wajah cerianya langsung menguap. Ia menggigit bibir, menebak-nebak apa lagi kebiadaban yang akan dilakukan sang raja pada nyonya nya.
Ekhemmm.
Karena diam, jendral Li berdehem. "Apa kau tuli?" Tanyanya berusaha ketus.
Yin Er mengerjap lebar. "Tolong maafkan, aku. Aku akan segera memanggil nyonya."
Buru-buru Yin Er kembali ke kamar. Tak lama kemudian ia keluar lagi bersama nyonya nya. Mereka langsung berlutut siap mendengarkan titah raja dalam bentuk tulisan.
Gulungan kertas dibentang lebar. Dengan gagah, jendral Li membacakan, "Tuan rumah istana angin di musim dingin, yakni Selir ketiga Yun Zhi melakukan pelanggaran aturan herem. Oleh sebab itu, ia dan pelayannya dijatuhi hukuman kurungan rumah selama dua pekan."
***
Gerbang digembok dari luar. Kuncinya dibawa jendral Li pergi. Kedua pengawal di depan juga diminta pulang. Sekarang kediaman perempuan barat daya itu benar-benar tidak punya aura kehidupan lagi.
Hiks … hiks … hiks …
Mega-mega kelam telah menelan malam secara sempurna. Isak tangis perempuan muda belum juga melerai. Kemungkinan ini akan berlangsung hingga pagi buta nanti, atau mungkin hingga ayam jantan berkokok.
"Apa kau tidak bosan menangis terus, Yin Er," celetuk Yun Zhi sambil menggiling daun teh kemudian serbuknya ia masukan ke wadah.
Yin Er menyedot ingus. Kedua bola matanya merah, membengkak.
"Bagaimana mungkin nyonya tenang-tenang saja. Malahan nyonya masih sempat membuat teh malam-malam begini?" Tanyanya setengah kesal.
Senyum Yun Zhi terukir. "Bagaimana lagi, Yin Er. Kau paham sendiri, kita hanyalah debu-debu di bawah sepatu raja. Selain diinjak, kita hanya akan dibuang."
Perih bagai dicabik-cabik perasaan Yin Er. Tekadnya pergi makin kuat. Namun, ia mengingat kata-kata nyonya nya. Di dunia yang luas ini, mereka tidak punya tempat pulang.
"Tatkala selir Xiao Ju berhasil memfitnahku ku atas kerusakan patung Budhha di kuil, kau dan aku juga mendapat hukuman serupa. Bahkan saat itu, aku sedang sakit parah. Jika kau tidak berusaha menyelamatkan, mungkin sekarang aku bahagia di sisi ayah."
Yin Er langsung menyeka air matanya. "Jangan bicara begitu, nyonya. Selain tidak punya tempat pulang. Aku juga tidak punya satupun sanak keluarga selain Nyonya. Jika nyonya sampai pergi, aku juga harus pergi. Meskipun itu harus ke neraka."
Tukkk
Seketika Yun Zhi mengetuk kening pelayannya menggunakan sendok. "Jangan bicara begitu!"
Yin Er menggosok-gosok keningnya dengan bibir mengerucut. Keningnya terasa berdenyut-denyut.
***
Permen pembelian raja di simpan di tempat khusus, yang terhindar dari paparan sinar matahari maupun serangga. Selama lima tahun ini, permen itu sudah ada enam dengan permen semalam.
Bentuk permennya tidak berubah. Senyum di wajahnya juga sama persis. Entah wajah siapa yang raja simpan disana. Yang jelas, raja suka mengkoleksi permen tersebut.
"Yang mulia …"
Kasim bilang, raja belum tidur. Masih terjaga di ruang kerjanya sejak pulang dari festival tadi.
Selesai mengantarkan tugas, jendral Li melaporkan.
Mendengar suaranya di balik pintu, raja pun mempersilahkan panglima perang bagian depan itu masuk.
"Masuk!!"
Krettt
Pelan pintu dibuka. Jendral Li muncul dengan baju tembaga lengkap.
"Apa tugas dariku sudah selesai?" Tanya raja.
"Sudah, yang mulia. Kuncinya ada pada hamba. Apa …"
"Letakkan di sini." Suruh raja, meletakkan kunci gerbang kediaman Yun Zhi di atas meja kerjanya yang bertumpuk dokumen dokumen dan petisi dari segala daerah.
"Beri mereka makan satu Minggu tiga kali. Lebih dari itu, kau yang akan bertanggung jawab!" Tegas raja.
Jendral Li mengangguk walau dalam hatinya ia sangat tidak tega pada kedua perempuan barat daya itu.
"Pergilah!"
"Baik, yang mulia."
***
Kabar kurungan Yun Zhi sampai di telinga dunia Harem. Para selir itu bersulang menikmati penderitaannya. Lalu, di tengah perayaan, seseorang bisik-bisik memberi saran.
Serentak, semua wajah memancarkan aura senang disertai seringai senyum. Entah seperti apa mereka melancarkan rencananya. Dua hari kemudian, para penduduk berbondong-bondong mendatangi istana utama.
"Usir selir Yun Zhi dan pelayannya! Usir selir Yun Zhi dan pelayannya!!"
Sekonyong-konyong prajurit mendatangi pertemuan pagi rutin.
"Lapor!!" Lantang suara dan datangnya yang mendadak, tentu berhasil memanggil semua perhatian.
"Yang mulia!" Meskipun terburu-buru, ia masih sempat membungkuk memberi hormat.
"Apa-apaan ini! Lancang sekali kau datang tanpa dipanggil!" Geram raja.
"Maafkan kelancangan hamba, yang mulia. Yang mulia, di luar sedang ada kekacauan besar. Hampir seluruh penduduk kota datang berdemo."
Kening raja langsung berkerut dalam. "Berdemo?"
"Benar, yang mulia. Mereka meminta yang mulia mengusir selir Yun Zhi dan pelayanannya dari negara ini."
Saat itu juga raja A Jhu bangkit dengan wajah merah bak terbakar. "Apa maksudnya??"
Kemarahan sesaat disadari tangan kanannya yang hadir paling belakang dari semua barisan. Spontan ditatapnya langsung mata raja.
Raja pun terpejam menarik nafas lalu dihembus kasar. "Apa maksud mereka berdemo demikian?"
Prajurit menjawab. "Yang mulia, mereka menganggap selir Yun Zhi menderita penyakit langka. Oleh sebab itu, yang mulia mengurungnya agar selir Yun Zhi tidak keluar. Tapi mereka bilang, penyakit di musim dingin cepat sekali menyebar, karena kurangnya cahaya matahari. Maka jalan satu-satunya adalah, selir Yun Zhi harus angkat kaki dari negara ini."
Tanpa sadar tangan raja A Jhu mengepal. Urat-urat di keningnya menonjol jelas. Tanpa berpikir panjang, ia menuruni singgasananya dan pergi meninggalkan pertemuan.
Para perdana menteri saling berbisik satu sama lain. Untuk apa lagi kalau bukan membicarakan rumor belaka ini.
***
Raja berdiri di tempat yang lebih tinggi dari mereka. Ribuan orang tampak seperti semut. Sama-sama mengacungkan tangan. Menyerukan kesejahteraan. Entah kesejahteraan mana yang mereka maksud, kesejahteraan hidup mereka atau kesejahteraan membuat satu nyawa dikorbankan.
"Kami tidak rela selir Yun Zhi masih di negara ini, kami tidak rela!!!"
Raja geram akan suara-suara itu. Ia pun tak mau membuang banyak-banyak energi. Ia cukup mengangkat tangan kanannya tinggi-tinggi. Maka kekacauan pun sedikit demi sedikit meredam.
"Jika kalian percaya padaku, tolong dengarkan aku baik-baik!" seru Raja.
Semua orang terdiam. Ucapan raja benar-benar berpengaruh.
"Selir ketiga memang aku tahan selama dua Minggu. Tapi itu bukan karena dia mengidap penyakit menular, melainkan ia telah melanggar aturan dunia herem ku. Dan sebagai raja, tentu aku harus bersikap adil, bukan?"
Sesaat semua orang diam. Tapi detik berikutnya, salah seorang berseru, "Yang mulia, jika yang diucapkan engkau benar. Lantas, apa maksud para pelayan istana yang berkata gatal-gatal setelah mengirim makanan ke kediaman selir Yun Zhi?"
"Siapa yang kalian percayai, raja kalian atau pelayan raja kalian?"
Mereka terdiam lagi. Tak lama jendral Li turut bergabung, menemani Raja.
"Aku adalah satu-satunya orang yang berinteraksi dengan selir Yun Zhi dan pelayannya semalam. Keadaan selir Yun Zhi baik-baik saja. Jika tidak, kemungkinan besar aku akan gatal-gatal seperti yang kalian tebak."