Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

PUTRA MAHKOTA KABUR

Seolah tahu bahwa kepulangannya ke Negeri Yun tidak benar-benar diharapkan. Putra Mahkota Pertama terkesan mengulur waktu. Sengaja mencari-cari alasan demi menunda perjalanan yang seharusnya bisa ditempuh selama empat hari menjadi lebih dari sepekan seperti tak bergerak. Hal itu secara tidak langsung membuat perhitungan Perdana Menteri Lao dalam mengatur lokasi penyergapan oleh bandit pun menjadi kacau balau.

Di perbatasan ibu kota Negeri Tal, rombongan Putra Mahkota Pertama telah sampai. Mereka pun disambut oleh para prajurit utusan Kaisar Tal yang nantinya akan bertugas mengawal Putra Mahkota Pertama hingga keluar dari Negeri Tal dengan selamat. Akan tetapi, Jenderal Lei selaku pemimpin rombongan Putra Mahkota Pertama merasa bahwa Kaisar Tal telah berlaku tidak sopan. la beranggapan tidaklah cukup disambut oleh komandan dan prajurit Tal. Sementara kaisar yang sebenarnya juga merupakan adik dari Putra Mahkota Pertama tak menampakkan batang hidungnya.

“Saya Komandan pasukan yang akan mengawal Yang Mulia Putra Mahkota Pertama hingga keluar dari Negeri Tal. Saya ingin bertemu dengan Jenderal Lei," ujar Komandan Tal pemimpin pasukan kerajaan Tal yang saat ini tengah menghadang jalan rombongan Putra Mahkota Pertama, sembari memberi hormat,

“Aku Jenderal Lei. Kami adalah rombongan Putra Mahkota Yun Pertama, inikah yang dilakukan kaisar kalian? Hanya mengutus komandan dan pasukannya untuk menyambut kami?"

“Maafkan saya."

“Tidak perlu meminta maaf. Cepat, tunjukkan jalannya!"

Kini dua rombongan yang tadinya bertemu dari arah berlawanan pun berjalan beriringan menuju perbatasan Tal. Akan tetapi, baru beberapa menit berjalan, Putra Mahkota Yun Pertama memberi isyarat agar menghentikan perjalanan. Dengan alasan kelelahan, ia meminta untuk berkemah di tempat itu juga. Awalnya permintaannya ditolak oleh Jenderal Lei karena terlalu sering berkemah sehingga molor dari jadwal. Namun, Putra Mahkota Yun Pertama bersikeras ingin berkemah.

“Berhenti ...!" seru seorang pelayan pria yang melayani Putra Mahkota Yun Pertama. Segera Jenderal Lei memutar arah kudanya menuju tandu yang membawa sang calon kaisar.

“Ada apa ini?”

“Putra Mahkota Yun Pertama ingin berkemah," jawab pelayan itu.

“Apa?! Bukankah ini masih terlalu siang untuk mendirikan kemah?" protes Jenderal Lei.

“Yang Mulia mengeluh pusing dan harus beristirahat," jawab pelayan itu lagi. Jenderal Lei tak punya pilihan lain selain meminta semua rombongan turun dari kuda dan mendirikan kemah sesuai keinginan Putra Mahkota Yun Pertama.

Sementara itu, pasukan Negeri Tal yang kini turut berkemah merasa kesal. Bagaimana mungkin pria lemah seperti itu akan memimpin Yun yang besar. Orang seperti itu hanya akan jadi boneka Perdana Menteri Lao. Jadi apa bedanya Negeri Yun punya atau tidak punya kaisar? Padahal sang calon kaisar hanya duduk di dalam tandu yang sejuk tapi mengeluh pusing dan ingin beristirahat.

“Seperti apa wajah Putra Mahkota Pertama Yun itu?" tanya seorang prajurit kepada Lee Hwon.

“Kudengar tidak ada yang tahu. Kecuali Jenderal Lei dan putranya juga pelayan yang melayani Putra Mahkota Pertama.”

“Kalau begitu jika beliau hilang bagaimana menemukannya?"

“Ia tak kan hilang jika kita mengawalnya dan jangan memberi celah untuk dia kabur atau siapa pun mencelakainya."

Desas-desus tentang Putra Mahkota Yun Pertama yang berkali kali mencoba kabur sudah menjadi rahasia umum. Namun, upaya tersebut selalu gagal. Jenderal Lei dan sang putra selalu membayanginya. Ayah dan anak itu berharap dengan Putra Mahkota Yun Pertama naik tahta maka Yun yang besar bisa kembali seperti dulu. Bukan seperti sekarang ini yang porak poranda akibat pemerintahan di tangan perdana menteri Lao dan para klannya yang gila harta dan kekuasaan.

Komandan Tal mencium gelagat yang mencurigakan. Saat itu ia menawarkan akan berjalan sedikit lagi agar dapat berkemah di dekat kantor pemerintahan Negeri Tal. Dengan begitu keselamatan Yang Mulia Putra Mahkota Pertama akan lebih terjamin. Namun, usul itu ditolak oleh Jenderal Lei dengan alasan meski ini negeri Tal tapi keputusan tetap mereka yang menentukan. Akhirnya rombongan Putra Mahkota Yun Pertama justru berkemah di tempat yang cukup rawan akan bandit dan jauh dari perlindungan kantor pemerintahan Negeri Tal.

“Lee Hwon, peringatkan yang lain untuk meningkatkan kewaspadaan. Aku merasa akan terjadi sesuatu," titah Komandan Tal kepada Lee Hwon.

“Baik, Komandan!"

Berada di dalam sebuah tenda, Ayah dan anak itu berdebat. Ternyata keduanya tengah berada di posisi yang sulit. Keduanya mau tidak mau harus terlibat dalam penyerangan terhadap Putra Mahkota Yun Pertama di bawah perintah Perdana Menteri Lao. Lei Xio Ao merasa ini tidak perlu dilakukan hanya demi menjadikan Yun seperti dulu, mengembalikan kejayaan Yun dan mengorbankan satu satunya pewaris tahta. Lei Xio Ao tidak yakin jika pewaris tahta berhasil dimusnahkan maka tatanan negara akan dikembalikan seperti dulu.

Sementara sang Ayah Jenderal Lei, begitu yakin bahwa Perdana Menteri Lao akan menepati janji, mengembalikan kejayaan Negeri Yun yang besar seperti dulu. Lei Xio Ao telah tumbuh menjadi pribadi yang bijaksana sejak dua tahun terakhir memutuskan hengkang dari kemiliteran. Namun, baru baru ini ia mulai bergabung dengan militer atas permintaan sang Ayah. Lei Ao berpendapat pasti ada cara lain selain membunuh Putra Mahkota Yun Pertama.

Perdebatan itu berakhir saat pelayan yang melayani Putra Mahkota Yun Pertama mengkonfirmasi bahwa calon kaisar itu sakitnya bertambah parah. Tampaknya sungguh mustahil jika dalam satu atau dua hari ini dapat melanjutkan perjalanan. Jenderal Lei yang mendengar hal itu pun geram. Bandit yang sudah lebih dari sepekan telah menunggu di balik gunung, tapi sang calon kaisar terus mengulur waktu.

Akhirnya, Perdana Menteri Lao kehilangan kesabaran dan meminta rencana diubah. Malam ini juga, para bandit harus menyerang perkemahan dan menghabisi nyawa pewaris tahta Negeri Yun.

“Yang Mulia, apakah Anda benar benar tak bisa duduk untuk sekadar minum ramuan dari tabib?" tanya Lei Xio ao ketika melihat keadaan Putra Mahkota Yun Pertama.

“Lei Ao. Aku bahkan seperti sudah tidak mengenalmu."

“Yang Mulia, jangan berkata seperti itu. Anda—“

“Yang Mulia, Yang Mulia, berhenti memanggilku Yang Mulia! Aku bukan Yang Mulia," protes Putra Mahkota Yun Pertama yang kesal dipanggil dengan sebutan Yang Mulia.

“Biar bagaimana pun, Anda adalah pewaris tahta Kaisar Yun. Anda tidak bisa mengelak dari itu," ujar Lei Xio Ao yang kemudian meninggalkan Putra Mahkota Yun Pertama.

Beberapa saat kemudian, giliran sang ayah yaitu Jenderal Lei yang melakukan hal yang sama seperti sang putra. Jenderal Lei pun datang ke tenda Putra Mahkota Yun Pertama untuk melihat keadaan sang pewaris tahta. Betapa ia kini di ambang kebimbangan ketika pemuda itu mengatakan bahwa tak sekalipun pernah bertemu dengan mendiang kaisar yang tak lain adalah ayahnya. Kemudian sosok yang selama ini dianggap sebagai ayah justru pria berpangkat jenderal yang kini menemuinya.

Muncul rasa tak tega jika harus membiarkan pemuda itu dibunuh oleh para bandit. Jenderal Lei pun kembali teringat akan perkataan putranya yang mengatakan bahwa pasti ada cara lain untuk mengembalikan kejayaan Negeri Yun tanpa harus membunuh sang pewaris tahta. Namun, sudah terlambat. Perdana Menteri Lao telah memerintahkan untuk bergerak malam ini juga dan pada saat bandit itu menyerang, Jenderal Lei dan pasukannya harus pura pura kalah sehingga dianggap gagal melindungi pewaris tahta. Akan tetapi, jika itu sampai terjadi, maka yang paling disalahkan adalah Kisar Tal dan orang orangnya karena insiden tersebut terjadi di tanah Tal.

Percobaan pertama ....

Tepat tengah malam, saat para pasukan sedang lengah, tiba tiba terjadi lemparan panah berapi. Sontak para penjaga segera menabuh lonceng tanda bahaya, tetapi terlambat, rupanya para bandit yang berjumlah ratusan telah sampai di gerbang perkemahan. Sekuat tenaga pasukan yang dipimpin oleh Komandan Tal pun menghadang dan melawan para bandit. Sementara pasukan yang dipimpin Jenderal Lei sama sekali tak terlihat karena sebelumnya mereka izin untuk berpatroli di sekitar bukit dan sekarang sengaja belum kembali.

Kecurigaan Komandan Tal akhirnya terbukti, bahwa ada yang tidak beres. Para bandit itu sengaja dibiarkan masuk perkemahan oleh para pasukan yang seharusnya berpatroli di sekitar bukit. Ini adalah misi pembunuhan massal. Targetnya ialah sang pewaris tahta dan para pasukan Negeri Tal yang kemudian mengincar Kaisar Tal untuk turun tahta karena dinilai telah gagal melindungi Putra Mahkota Yun Pertama.

“Bagiku, kaulah ayahku, bukan Kaisar Yun yang telah membuang aku dan ibuku. Jika kau menginginkan aku untuk menjadi Kaisar boneka demi kejayaan Yun yang kau inginkan, aku akan melakukannya, Ayah.”

Jenderal Lei terus terngiang ngiang akan pembicaraan terakhir dengan Putra Mahkota Yun Pertama. Sungguh ia akan menyesal seumur hidup jika sampai pemuda tak bersalah itu menjadi korban kebrutalan Perdana Menteri Lao yang ia dan putranya tahu bahwa klan yang dibela Perdana Menteri Lao telah puluhan tahun menggerogoti Negeri Yun yang besar.

“Semua! Kembali ke perkemahan!" seru Jenderal Lei pada para pasukan yang sebelumnya dengan tenang menunggu di perbukitan.

“Ayah, kau berubah pikiran?" tanya Lei Xio Ao.

“Kali ini aku akan mengampuni bocah itu, tapi lain kali tidak akan."

Mendengar bahwa sang Ayah akhirnya berada pada keputusan yang tepat, Lei Xio Ao tersenyum puas. Ia dan yang lainnya segera memacu kuda menuruni bukit untuk menuju perkemahan dan berharap tidak terlambat. Kekacauan itu kini telah di depan mata. Para pasukan Negeri Tal bertarung bertaruh nyawa melawan para bandit demi melindungi pewaris tahta Negeri Yun yang besar.

Bala bantuan telah tiba yaitu pasukan Jenderal Lei. Para bandit itu berhasil dipikul mundur dan banyak dari mereka yang tewas di tempat. Dengan kata lain, percobaan pertama penyerangan terhadap Putra Mahkota Yun Pertama telah gagal. Komandan Tal menatap sinis pada Jenderal Lei. Meski pada akhirnya dua kubu itu berhasil mengalahkan para bandit karena kerja sama yang apik, tetapi pada awalnya ia tahu niat jahat sang jenderal adalah membiarkan mereka semua terbunuh termasuk sang Putra Mahkota Yun Pertama.

“Di mana Yang Mulia?" tanya Jenderal Lei pada pelayan yang melayani Putra Mahkota Yun Pertama. Ternyata di tengah kekacauan tadi justru dimanfaatkan oleh Putra Mahkota Yun Pertama untuk kabur karena sejak awal tak ingin menjadi kaisar juga tak ingin mati terbunuh. “Dasar bocah bodoh! Beraninya dia kabur di saat semua orang bertaruh nyawa untuk dirinya," cerca Jenderal Lei yang kesal karena mendapati pemuda itu tidak ada di dalam tendanya.

Setelah kekacauan usai, kini mereka semua sibuk mencari keberadaan Putra Mahkota Yun Pertama. Setiap tempat di perkemahan digeledah. Setiap jengkal tanah menuju bukit, hutan, dan padang ilalang pun disusuri. Semua orang meneriakkan nama pemuda itu.

Lelah mencari, Lee Hwon kembali ke tendanya untuk sekadar mencuci muka. Namun, ia merasa ada seseorang selain dirinya di tempat itu. Peti penyimpanan pakaian tertutup rapat. Sementara pakaian di dalamnya berhamburan keluar. Penasaran ia pun menyiapkan sebilah pedang, lalu dengan hati hati membuka peti kayu tersebut. Betapa terkejutnya Lee Hwon ketika melihat ada seseorang di dalamnya. Orang yang sama sekali tak asing di hidupnya dan bahkan telah ia cari selama ini.

“Yu Lu Xuan ...?”"

Pemuda itu meringkuk di dalam peti dengan mata terpejam. Rupanya ia tengah tertidur karena kelelahan seharian berpura pura sakit. Yang membuat Lee Hwon heran adalah kenapa tak melihat Lu Xuan sebelumnya. Seharusnya pemuda itu berada di barisan para prajurit jika ia berada di barisan yang sama dengan saudaranya Lei Xio Ao.

“Bangun! Hei, bangun!" seru Lee Hwon membangunkan pemuda itu.

“Mengganggu saja. Bantu aku pergi dari sini, akan kuberikan kau imbalan setelahnya, bagaimana?"

“Apa?! Kau pikir setelah tidur di saat yang lain sedang bertaruh nyawa maka kau tak akan dihukum, ha? Jika kau begitu takut dengan panah dan pedang seharusnya kau tetap menjadi saudagar dan jangan menjadi prajurit!"

“Tunggu dulu, dari mana kau tahu aku dulu seorang pedagang?" tanya Yu Lu Xuan.

“Apa?! Ah, aku hanya menebak. Baiklah, sekarang ikut aku maka kau akan mendapatkan hukuman."

Lee Hwon menarik paksa Lu Xuan keluar tenda meski pemuda itu membujuk agar membiarkan dirinya bersembunyi dan menawarkan berbagai imbalan. Sama halnya dengan Duo Duo, Lei Ao, Lu Xuan juga tidak dapat mengenali bahwa Lee Hwon sebenarnya adalah Wang Shuwan.

“Jenderal Lei! Pengecut ini tidak ikut melawan bandit dan justru bersembunyi,” lapor Lee Hwon pada Jenderal Lei yang di sampingnya juga ada Lei Xio Ao.

“Bocah Tal! Singkirkan tanganmu dari Yang Mulia!" hardik Jenderal Lei kepada Lee Hwon.

"Yang Yang Mulia?! Jadi, ini, Anda, Putra Mahkota Yun Pertama?"

Segera diumumkan bahwa Putra Mahkota Yun Pertama telah ditemukan agar mereka berhenti mencari. Waktu begitu cepat berlalu dan segalanya berubah. Semua benar-benar tak terduga. Guru Qian telah meninggal dunia. Duo Duo menjadi Kaisar Tal. Lei Xio Ao mengabdi pada Negeri Yun seperti ayahnya. Dan Yu Lu Xuan si Tuan Yu sang saudagar kaya ternyata adalah pewaris tahta Kaisar Yun. Yang juga bertransformasi adalah Wang Shuwan. Putri cendikiawan itu kini kembali menjadi pria sebagai Lee Hwon yang mengabdi pada Kaisar Tal.

To Be Continued

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel