Bab 2: Hari Pernikahan
Setelah melakukan peredebatan yang cukup panjang. Keenan menunggu beberapa menit. Setelah menunggu sekitar sepuluh menit, Keenan kembali lagi duduk di depan Alisa.
“Jadi gimana, kalian setuju saja kan kalau pernikahan kalian dimajukan?” Tanya Ayahnya Alisa
“Iya, Pa. Tapi kami mau nanti tinggal berdua saja, itung-itung kami belajar hidup mandiri.” Sahut Keenan
“Ah iya satu lagi, pokoknya pernikahan ini harus dirahasiakan dari semua teman-teman sekolah kita. Karena kita malu kalau temen-temen tahu kita berdua akan menikah.” Sahut Alisa
“Ah iya, Keenan setuju.” Sahut Keenan
“Baiklah kalau begitu. Kalian akan menikah di Paris dua minggu lagi.” Setuju Ayahnya Keenan
Setelah pertemuan kedua kelarga itu, Keenan dan Alisa sering diminta buat melakukan dating bersama agar semakin akrab. Selain itu, Alisa juga sering diajarkan mamanya untuk memasak di dapur. Padahal Alisa ogah-ogahan belajar memasak.
_flashback off_
“Ayo, saying cepat. Kita harus keluar.” Ucap Ibunya Alisa yang membuyarkan lamunan Alisa
Kini Alisa berjalan diatas altar bergandengan dengan ayahnya. Alisa berjalan dengan anggunnya menuju Keenan, tangan Keenan terulur dan Alisa menyambut uluran tangan Keenan. Kini mereka berdua sudah menghadap sang pastur. Orang yang akan menikahkan mereka.
“Apakah saudara Keenan Arcelio Brahmana menerima Saudari Alisa Jennaira Herra sebagai istri, menerima dia apa adanya, bersumpah untuk sehidup semati, setia sampai maut memisahkan dan menjaganya dengan segenap jiwa dan raga?”
“Baiklah. Saya menerima saudari Alisa Jennaira Herra sebagai istri saya, menerima dia apa adanya, bersumpah sehidup semati, setia sampai maut memisahkan, dan dia tidak perlu dijaga karena dia jago menendang orang.” Sahut Keenan
Alisa mendelik tajam menatap orang disampingnya. Apa-apaan kalimat terakhir itu? Alisa rasanya ingin sekali memukul orang disampingnya, menjambak rambutnya dan menendangnya sampai ke Antariksa, jika saja dia tidak ingat kalau sekarang dia sedang pakai gaun.
Sang pastur hanya melongo tidak percaya dengan apa yang diucapkan Keenan.
Orang tua mereka hanya menunduk malu mendengar pernyataan terakhir Keenan.
Sedangkan para tamu sedang terkikik, mereka merasa lucu dengan pasangan yang menikah ini.
“Sekarang Saudari Alisa Jennaira Herra, apakah anda akan menerima saudara Keenan Arcelio Brahmana sebagai suami anda, menerima dia apa adanya, bersumpah sehidup semati, setia sampai maut memisahkan dan selalu mendukung pekerjaan suami anda?”
“Baiklah. Saya menerima saudara Keenan Arcelio Brahmana sebagai suami saya, menerima dia apa adanya, bersumpah sehidup semati, setia sampai maut memisahkan dan saya akan mendukung pekerjaan suami saya, itu pun kalau suami saya punya pekerjaan.” Sahut Alisa membalas Keenan
Keenan langsung menatap tajam Alisa. Ingin rasanya dia mencekik leher Alisa dan melepaskan kepala Alisa dari badannya karena secara tidak langsung Alisa mengatakan kalau Keenan itu pengangguran. Keenan ingin sekali melakukan itu kalau saja dia tidak ingat ini merupakan hari pernikahannya.
Lagi-lagi sang pastur dibuat melongo.
Orang tua mereka lagi-lagi harus menahan malu.
Para tamu sudah tertawa kecil.
Keenan mulai memasangkan cincin kejari manis Alisa, begitu juga sebaliknya.
“Sekarang kalian sudah resmi menikah. Kalian boleh mencium pasangan kalian.” Ucap sang pastur
“Haruskah kami berciuman?” Tanya Alisa
“Tentu saja, karena kalau kalian belum berciuman kalian belum resmi menikah.” Sahut sang pastur
“Tadi anda bilang kami sudah resmi menikah, kenapa harus berciuman segala.” Sahut Alisa lagi
Para tamu semakin dibuat ketawa kecil.
“Iya. Tapi aturannya kalian harus berciuman untuk meresmikan pernikahan kalian.” Sang pastur sedang meredam amarah
“Kalau saya tidak mau meresmikan pernikahan ini bagaimana?” Tanya Alisa lagi
Keenan sudah mengepal kedua tangannya menahan diri untuk tidak segera menghajar orang yang sekarang jadi istrinya ini.
Para tamu sudah ketawa kecil.
Orang tua mereka lagi-lagi harus menahan malu.
“Maafkan istri saya, karena dia baru saja sembuh dari penyakit gilanya dan baru keluar dari rumah sakit jiwa kemaren.” Ucap Keenan sambil cengengesan
“KAMU MENGATAIKU GILA?!” Teriak Alisa marah
“Tuh kan kalian lihat sendiri, dia bahkan berteriak, maafkan istri saya.” Ucap Keenan dengan penuh drama
“HEI!” Teriak Alisa lagi dengan wajah memerah menahan marah.
Orang tua mereka menepuk jidat karena melihat tingkah anak mereka.
Para tamu sudah tertawa.
Keenan mendekatkan wajahnya.
“Diamlah. Aku tidak akan sungguh-sungguh menciummu.” Bisik Keenan
Keenan hanya mendekatkan wajahnya tanpa mencium Alisa.
“Menjauhlah. Nafasmu bau.” Ejek Alisa
Cup...
Nyatanya Keenan benar-benar mencium bibir Alisa sekilas. Suara riuh tepuk tangan terdengar. Alisa menatap tajam Keenan yang kini menjadi suaminya. Keenan hanya mengindikkan bahunya acuh sambil tersenyum pada tamu yang hadir. Tentunya yang menghadiri pernikahan mereka itu semua rekan bisnis orang tua mereka yang datang bersama anak dan istri.
Kini tibalah saat repepsi, pernikahan mereka. Sebenarnya mereka sudah sangat lelah, tapi acara berakhir satu jam lagi. setelah satu jam, acara resepsi itu berakhir juga. Mereka langsung memasuki hotel yang sudah disiapkan. Sementara Keenan mandi, Alisa langsung merebahkan tubuhnya yang serasa remuk itu.
“Dia mandi berapa lama sih? Kenapa seperti perempuan saja mandinya lama.” Gerutu Alisa yang saat ini ingin mandi
Ceklek.
Pintunya terbuka.
“Kenapa lama sekali mandinya?! Kamu itu laki-laki atau perempuan sih?!” Omel Alisa dan langsung menyambar handuk dan baju ganti dan menutup pintu kamar mandi dengan keras.
Blam!
Keenan sampai kaget mendengar suara bantingan pintu itu.
“Dia kenapa sih? Pms? Marah-marah mulu.” Gumam Keenan
Keenan langsung mengambil baju ganti dan memakainya.
Tidak perlu waktu lama untuk Alisa mandi.
Ceklek.
Alisa langsung keluar dari kamar mandi, tapi keadaan di depannya ini membuat Alisa mendadak emosi seketika.
“Hei! Kalau kamu cari baju jangan sampai berantakkan seperti ini! Cepet beresin!” Omel Alisa
Keenan masih acuh sambil memainkan ponsel.
“Membereskan itu tugas seorang istri.” Sahut Keenan santai
Alisa hanya menatap tajam dan sedetik kemudian dia menghela nafas kasar. Dia mulai membereskan kekacauan yang dibuat oleh Keenan. Setelah beres, Alisa sangat capek. Dia ingin segera beristirahat.
“Pergi dari kasurku!” Marah Alisa
“Aku yang terlebih dulu menempatinya.” Sahut Keenan
Duakk!
Alisa langsung menendang Keenan hingga terjatuh kelantai.
“Aww... hei! Ini sakit!” Marah Keenan saat bokong mendarat dilantai
“Salah sendiri, kenapa tidak mau pergi.” Sahut Alisa santai sambil menjulurkan lidah
Keenan hanya menatap tajam Alisa, setelah itu dia merebut selimut yang dipakai Alisa dan mengambil satu bantal. Keenan langsung tidur di sofa. Alisa? dia sudah terlelap dari tadi.
Hei! Keenan masih punya hati nurani untuk tidak menendang Alisa yang saat ini terlelap dalam tidurnya. Bukan seperti orang yang saat ini tidur yang dengan seenaknya menendangnya hingga terjatuh di lantai. Karena tenaga Alisa itu tidaklah main-main.