4
Alardo tengah mendengarkan ocehan Ryu. Bukan tentang perubahan Crysta tapi tentang perjodohan bodoh yang diatur oleh orangtuanya. Ryu adalah pria bebas. Pencinta hubungan sesaat. Mengganti pasangan secepat komet melesat. Dia tidak bisa menerima perjodohan dari orangtuanya. Itu benar-benar memuakan.
"Kau hanya perlu mengatakan kau gay pada keluargamu, masalah selesai."
Ryu melempar Alardo dengan bantal sofa, "Kau memberikanku saran atau kau ingin aku dikirim ke nereka oleh orangtuaku!"
Alardo tak begitu peduli pada emosi Ryu, ia terus menggerakan jarinya, membalas pesan singkat dari seseorang. "Maka terima perjodohan itu."
"ALARDO!" Ryu ingin mencekik Alardo sekarang. Bagaimana bisa dia hanya punya satu sahabat dan itu Alardo. Pikiran Ryu melayang ke ucapan Crysta. Mungkin benar, Alardo harus disiram air panas atau minyak panas agar lebih manusiawi.
"Jangan berteriak. Ini kantorku, jika kau lupa. PErhatikan tata kramamu."
Ryu ingin mati sekarang. Benar-benar mati. Perjodohan tak membunuhnya tapi kekesalannya pada Alardo yang akan membuatnya berlari ke arah kaca ruangan Alardo dan melompat dari ketinggian yang siap membuat tubuhnya tak berbentuk lagi.
"Tidak bisakah kau memberiku saran yang benar? Hidupku sedang dipertaruhkan sekarang. Aku seperti telus yang berada di ujung jarum." Ryu frustasi.
Alardo meletakan ponselnya ke atas meja lalu memperhatikan Ryu dengan seksama, "Kau bisa menyewa seorang wanita dan katakan pada orangtuamu bahwa ia adalah pacarmu."
"Kau pikir orangtuaku akan percaya?"
Alardo kembali memainkan ponselnya, "Aku tidak tahu. Kau coba saja dulu."
"Fuck you, Al!" Akhirnya Ryu memaki. Alardo tak peduli sama sekali pada kemarahannya.
"Kata-katamu makin hari makin sopan saja, Ryu."
Bolehkan Ryu membunuh Alardo sekarang? Kenapa sahabatnya begitu tidak punya perasaan seperti ini.
"Kau belum mencoba tapi kau sudah memaki. JIka orangtuamu tidak percaya maka kau harus berakting dengan sempurna." Alardo sebenarnya serius dengan usulannya. "Atau kau terima saja, perjodohan tidak akan berakhir dengan pernikahan." Dia sedang memberikan contoh secara langsung.
"Jika wanitanya Crysta, aku tidak akan apa-apa bertunangan. Dia bahkan menerima kau bersama Athaaya dan akhirnya dia menerima akhir pertunangan kalian. Tapi yang ingin dijodohkan denganku ini adalah Arrabelle, wanita gila yang tentu akan merongrongku habis-habisan ketika kami bersama. Kau tahu sendiri dia bagaimana, kekasihmu berteman baik dengannya." Simalakama, Ryu memang tengah berada dalam situasi itu. Jika dia tolak perjodohan maka dia akan dicoret dalam daftar kartu keluarganya, sudah jelas dia tidak akan mendapatkan warisan apapun, ya meskipun dia juga tidak butuh warisan karena dia punya perusahaan sendiri. Dan jika dia terima, masa depannya akan suram. Kebahagaiaanya hanya akan jadi gelembung-gelembung tepi pantai. Dia akan jadi tubuh tanpa jiwa.
"Kalau begitu bunuh diri saja. Tapi jangan disini, aku tidak ingin ditanyai oleh polisi."
"Waw, kau tidak pantas disebut teman sama sekali, Al. Benar-benar kejam. Aku akan menghantuimu sampai mati jika aku bunuh diri."
"Itu artinya kau harus mati dulu."
"A-LAR-DO!!!!" Ryu bergerak hendak mencekik Alardo tapi Alardo sudah bergerak cepat dan menghindar dari Ryu.
"Dan sekarang kau gila, mungkin sebentar lagi akan jadi pembunuh."
"Benar! dan orang pertama yang akan aku bunuh adalah kau! Aku akan membunuhmu! Aku akan membunuhmu!" Wajah Ryu benar-benar merah.
Alardo hanya menggelengkan kepalanya, kenapa dia punya teman dengan gangguan otak seperti ini. Apa salahnya di masalalu?
Setelah lelah dengan Alardo, Ryu akhirnya duduk di sofa. Kakinya ia naikan ke atas meja.
"Siapa yang harus aku bawa ke orangtuaku? Aku harus menyewa aktris berbakat agar akting kami tidak ketahuan." Ryu cukup memikirkan usulan Alardo. Tidak ada salahnya untuk mencoba, siapa tahu itu akan membantunya. "Kau ada saran?" Seperti tidak kapok pada Alardo, Ryu masih meminta pendapat.
"Arrabelle."
Ryu tertawa keras. Alardo menatap Ryu aneh. "Harusnya aku tidak bertanya padamu." Katanya datar dengan raut wajahsedatar suaranya.
"Ah, aku tahu siapa." Ryu memikirkan seseorang. "Kireina Crystabel." Dia menyebutkan nama seorang wanita yang dijuluki penunggu galeri oleh Alardo.
"Aku pikir kau sudah hilang akal." Alardo hanya mengatakan itu ketika sahabatnya hendak mengambil jalan yang salah.
"Aku yakin 100%, Crysta bisa membantuku. Dilihat dari pertunangan kalian, jelas dia tak akan keberatan jika aku mengajaknya pacaran selama beberapa bulan."
Dan Ryu serius, hal itu membuat Alardo prihatin. Dari sekian ragam wanita pilihan Ryu jatuh pada makhluk luar angkasa yang bernama Crysta. "Aku pikir kau harus dibawa ke rumah sakit jiwa, tidak, orang pintar saja. Rumah sakit terlalu bagus untukmu, lagipula aku pikir kau sedang kerasukan."
"Terimakasih atas idemu, kawan. Sekarang aku bisa lepas dari perjodohan itu. Ah, ya, aku minta izin padamu untuk mengencani Crysta selama 3 bulan."
"Memangnya aku peduli?" Bahkan seumur hidupun ALardo tak akan peduli. Siapa Crysta? Hanya terumbu karang rusak yang tak terlihat sama sekali.
"Jangan menyesali kata-katamu."
"Kau bicara seperti aku akan menyesalinya saja."
"Bagus, itu artinya tak ada masalah." Ryu merasa masalahnya telah selesai, "Aku pulang dulu." Ryu bangkit dari tempat duduknya dan melenggang pergi.
Alardo menatap Ryu iba, "Benar-benar bodoh."
**
Ryu mendatangi galeri Crysta. Di sana sosok wanita cantik itu tengah melukis ketika Ryu masuk ke sana. Crysta memang bukan Crysta yang lama tapi dia juga pandai dalam melukis, hanya saja aliran lukisannya tidak lagi aliran surealisme tapi realisme. Ia juga menguasai aliran lain, seperti aliran kubisme dan aliran ekspresionisme. Crysta sempat kuliah di jurusan seni rupa tapi dia berhenti di tengah jalan ketika minatnya pada kuliah menurun. Dia lebih suka berada di stage. Memainkan alat musik dan menari. Sepertinya jika dulu dia mengambil jurusan seni musik atau seni tari, dia pasti sudah menamatkan kuliahnya.
"Hy." Ryu menyapa Crysta.
Crysta meletakan kuasnya, mengelap tangannya dan tersenyum pada Ryu.
"Hy, silahkan duduk." Crysta mempersilahkan Ryu untuk duduk. "Jadi, apa yang mau kau bicarakan?" Dia duduk di depan Ryu.
"Aku ingin kau jadi pacarku."
"Well, tidakkah itu terlalu dini? Kita baru saja berkenalan kemarin malam dan hari ini kau mengajakku pacaran."
"Bukan itu maksudku. Sebenarnya aku ingin kau menjadi kekasihku selama 3 bulan saja. Orangtuaku mau menjodohkan aku dan satu-satunya cara agar aku bisa lepas dari perjodohan itu adalah dengan membawa seorang wanita."
"Kenapa aku?"
"Karena aku tahu kau tidak dingin seperti Alardo." Ryu membawa-bawa Alardo. "Kau adalah wanita yang pas untuk aku jadikan kekasih, kau tidak mengekang sama sekali."
Crysta tahu benar maksud ucapan Ryu. Dia sudah melahap habis buku diary Kireina dan di dalam sana dia menemukan jika Alardo memiliki seorang kekasih dan Kireina membiarkannya saja.
"Aku akan jadi pacarmu selama 3 bulan."
Ryu tidak percaya ini. Tadi di perjalanan dia berpikir Crysta akan menolaknya mentah-mentah. Kepribadian Crysta yang lama membuatnya memikirkan itu tapi sepertinya saat ini ia pikir Crysta masih dalam gangguan kejiwaan dan belum menemukan jati dirinya yang dulu. Itu bagus bagi Ryu, lebih baik Crysta seperti ini saja.
"Tapi selama itu aku akan membuatmu bangkrut. Tapi kau tenang saja, aku akan menjadi kekasih yang sangat baik selama 3 bulan itu. Kita akan benar-benar menjadi pasangan kekasih. Apapun yang ada padaku adalah milikmu. Aku tidak akan meminta sebaliknya, aku hanya ingin kartu kreditmu." Crysta tidak pandai berbohong. Dia juga bukan tipe wanita yang akan menggunakan topeng malaikat untuk menguras harta pria.
"Setuju. Aku berikan sapapun yang kau inginkan. Tapi, jangan jatuh cinta padaku karena setelah 3 bulan kita akan putus."
Crysta tertawa. Membicarakan cinta membuatnya merasa lucu. "Tenang saja, aku ini profesional. Kau akan jadi sugar daddyku dan jodohku tetap Alardo."
"Hell! kau masih menginginkan Alardo?"
Crysta menganggukan kepalanya, "Aku melepaskannya agar nanti dia bisa kembali dengan berlutut di kakiku. "
Ryu suka dengan kepribadian Crysta yang sekarang, sangat berbahaya dan percaya diri.
"Kau mengerikan." Ryu berdesis ngeri.
"Aku bisa jadi lebih mengerikan dari ini untuk membuatnya bertekuk lutut padaku." Crysta menyeringai licik, "Sekarang kau sudah jadi pacarku. Aku tidak punya uang untuk membeli beberapa pakaian. Pakaian di lemariku sudah harus aku museumkan."
"Waw, kau tidak menunggu waktu ternyata."
"Aku tidak suka menunggu." Crysta bangkit dari sofa, "Ayo."
"Ya, tentu saja." Ryu bangkit juga dari duduknya.
**
Sampai di sebuah mall mewah. Crysta mengajak Ryu masuk ke sebuah butik dengan harga yang tak bisa dibilang murah tapi untuk Ryu, harga tak pernah jadi masalah.
"Tunggu disini, aku akan memilih pakaian." Crysta melepaskan gandengannya pada lengan Ryu. Dia benar-benar bersikap seolah mereka tengah berkencan. Tidak, mereka memang tengah berkencan sekarang. Ryu sudah memintanya untuk jadi kekasih.
"Hm. Gunakan uangku sebaik mungkin." Ryu memberikan senyuman yang membuat para wanita akan mimisan pada Crysta. Tapi sayangnya Crysta sudah kebal, dia sudah terlalu sering melihat pria tampan.
Crysta benar-benar menggunakan uang Ryu dengan baik. Beberapa tas, beberapa pasang sepatu dan banyak pakaian dia pilih. Crysta masih merasa jumlahnya masih tidak sama dengan apa yang dia miliki di penthousenya tapi untuk sekarang itu sudah cukup.
Ryu membayar pakaian Crysta. Benar-benar luar biasa, jumlahnya hampir sama dengan harga sebuah mobil mewah. Tapi tak apa, Ryu bukan pria pelit. Dia bahkan pernah menghabiskan lebih banyak dari ini untuk wanita-wanitanya. Ryu bukan tipe orang yang mudah dihabisi uangnya hanya saja Ryu terlalu baik pada kekasih-kekasihnya. Dia memanjakan kekasihnya dengan uang lalu ketika mereka putuspun Ryu akan memberikan hadiah mahal agar wanita itu mau melepaskannya. Sebenarnya ini adalah salah satu alasan orangtua Ryu ingin menjodohkan Ryu dengan Arrabelle.
"Setelah ini kemana?"
"Salon." Crysta akan mengubah tatanan rambut Kireina yang begitu membosankan. Dengan wajah secantik ini, harusnya dia memiliki tatanan rambut yang indah.
"Baiklah, ayo kita ke salon."
Ryu kembali digandeng oleh Crysta, mereka keluar dari butik dan masuk ke sebuah salon. Mereka disambut oleh karyawan salon. Crysta mengikuti pria bertulang lunak yang menyambutnya sedangkan Ryu duduk di sofa membaca majalah otomotif.
Crysta memberitahukan pada stylish tentang apa yang harus dilakukan pada rambutnya. Crysta bukan tipe orang yang menerima saja apa yang orang lakukan pada tubuhnya. Dia mau semuanya sesuai dengan keinginannya.
Selesai. Tatanan rambut Crysta sudah sesuai dengan keinginannya. Ia menjadi lebih menggoda dari sebelumnya. Kecantikannya makin terlihat dengan potongan rambutnya yang baru.
Crysta masuk ke ruang ganti, dia mengganti pakaiannya dengan pakaian yang baru dia beli tadi. Crysta sudah tidak sabar lagi melepaskan pakaian jaman purbakala yang dia pakai. Usai mengenakan pakaian barunya yang jelas membuatnya sangat berbeda. Crysta meminta penata rias untuk memberikan sentuhan make up di wajahnya. Dan semuanya selesai, dia terlihat sama menariknya saat dia menjadi DJ di kehidupannya yang sebelumnya.
"Ryu." Crysta memanggil Ryu.
Ryu mendongakan wajahnya. Matanya tak berkedip memandang wanita dewasa yang super cantik di depannya.
"Crysta." Mulutnya terbuka sedikit. Ia tak percaya jika Crysta bisa berubah menjadi seperti ini. "Ini benar-benar kau?"
"Geez, siapa lagi kalau bukan aku? Ayo. Aku masih harus membeli alat make up dan ponsel baru dan beberapa alat lainnya." Crysta benar-benar akan memanfaatkan Ryu sebaik mungkin. Dia akan mengingat semua yang dia butuhkan dan pastinya Ryu yang akan membayar untuknya.
Ryu bangkit dengan cepat, dia jadi sangat bersemangat, "Ayo."
"Bayar dulu, baru pergi."
"Ah,ya." Ryu memberikan credit cardnya pada karyawan salon. Matanya masih tak beralih dari Crysta. Demi planet Marsh yang tidak pernah dia lihat selama hidupnya, entah itu bulat atau lonjong, Crysta benar-benar cantik.
"Ah, setelah membeli semua yang aku perlukan. Kita makan dulu baru pulang."
"Kemanapun aku mau aku akan menemanimu." Ryu menjawab masih dengan keterpesonaannya.