3
Kebodohan Crysta hanya satu, dia tidak membawa uang ataupun dompet. Dia hanya membawa ponsel dan tak ada nomor lain di telepon itu kecuali Alardo, jadilah dia terlunta-lunta di jalanan. Crysta tak tahu bagaimana bisa seorang Kireina mencintai Alardo hingga sebodoh ini. Bodoh, benar, hanya itulah anggapan Crysta tentang cinta Kireina pada Alardo. Astaga, dari sekian juta pria, dari sekian ragam penis pria, kenapa Kireina hanya menyukai Alardo. Tidakkah otak kecil Kireina berpikir bahwa satu juta lebih banyak dari satu Alardo. Harusnya Kireina bisa lebih menikmati hidupnya bukan mencintai satu pria untuk bertahun-tahun, astaga, itu benar-benar membosankan.
Sebuah mobil berhenti di depan Crystabel. Crystabel memicingkan matanya curiga, jangan katakan jika yang menghentikan mobil adalah om-om mesum yang berpikir dia adalah wanita pinggir jalan. Sungguh, Crysta akan menghajar orang itu jika memang seperti itu keadannya.
"Butuh tumpangan, Crysta?"
Dan orang itu mengenalnya. Bukan om-om mesum tapi pria tampan yang cukup membuat air liur Crysta menjadi encer. Pria panas yang begitu menggairahkan.
Crysta mengendalikan dirinya agar tak meneteskan air liurnya, "Kau kenal aku?" Pertanyaan bodoh, jelas pria itu kenal dengannya tapi dia yang tidak mengenal pria di dalam mobil. Crysta mengutuk dirinya sendiri.
"Masuklah. Pasti Alardo yang melakukan ini padamu." Dan dia bukan hanya mengenal Crysta tapi juga Alardo.
Crysta pikir tak apa masuk ke mobil itu. Wajah pria di depannya tidak terlihat jahat, tapi tak apa juga jika pria itu membawanya ke hotel, "Ya, benar ini semua karena Alardo, dan sialnya aku melupakan dompetku. Hanya kau yang bisa mengantarku pulang saat ini."
"Hey, kenapa kau diam? Buka pintu mobilmu." Crysta bersuara ketika ia tak bisa membuka pintu mobil di depannya.
Pria tadi segera membuka lock mobilnya, "Uh, sorry. Aku hanya terkejut, tadi adalah kalimat terpanjang yang pernah aku dengar darimu."
"What?" Crysta lebih terkejut lagi. Ah, benar, dia lupa. Lupa bahwa Kireina adalah makhluk anti-sosial yang jarang bicara dengan orang lain, bukan jarang mungkin sangat jarang.
"Ah, benar, aku ingat sesuatu." Pria itu bersuara lagi, "Kita belum berkenalan secara langsung. Ryu, Alexander Ryuga Zenford." Pria itu memperkenalkan dirinya.
"Crystabel," Crysta menyebutkan namanya, "Kireina Crystabel." Sambungnya setelah dia ingat bahwa namanya sekarang sudah terdiri dari dua kata.
Ryu melajukan mobilnya, "Kau mungkin tidak mengenalku tapi aku cukup mengenalmu. Aku sahabat Alardo."
"Oh, waw, mengesankan dia punya sahabat sepertimu. Aku pikir manusia dingin sepertinya tak punya sahabat."
Ryu benar-benar merasa aneh pada Crysta. Apa mungkin wanita yang meminum cairan pembersih lantai bisa berubah sedrastis ini? Dia tak begitu mengenal Crysta tapi dia cukup tahu dari Alardo bahwa seorang Crysta adalah makhluk luar angkasa yang tidak bisa berbaur dengan masyarakat. Wanita yang selalu terkurung di dalam galerinya. Wanita yang tidak pernah melihat matahari, ralat matahari yang tidak pernah bertemu dengannya. Bahkan Alardo pernah menjuluki Crysta 'Penunggu galeri'
"Kau baik- baik saja?" Ryu berpikir jika Crysta masih sakit. Mungkinkan Crysta korban malpraktek? Mungkin dokter memotong salah satu urat syarafnya hingga dia aneh seperti ini. Aneh jika seorang introvert bicara dengan santai dan tanpa malu seperti ini.
Crysta memutar bola matanya, "Geez, aku baik-baik saja. Meski Alardo memutuskan pertunangan kami, aku sungguh baik-baik saja. Lagipula ini keinginanku. Apa baiknya punya tunangan seperti Alardo? Dia pasti lahir saat musim salju, benar-benar dingin. Ah, aku pernah berpikir untuk menyiramnya dengan air panas atau minyak goreng panas agar dia sedikit cair." Crysta menggunakan nada berbeda pada kata 'sedikit' yang menunjukan jika artinya bukanlah sedikit.
Ryu terkesima memperhatikan gerakan bibir Cyrsta yang sedang mengomel.
"Oh, hey, perhatikan jalanmu, Ryu!"
Hampir saja, jika Ryu tidak membelok setirnya dengan cepat maka saat ini dia pasti sudah menabrak pembatas jalan.
"Sorry, aku merasa kau sangat berbeda hari ini."
"Menelan cairan pembersih lantai membuat otakku kembali berjalan seperti manusia biasa. Hidupku terlalu membosankan. Aku harus merubah gaya hidupku dan sedikit lebih menikmatinya. Sudah saatnya aku keluar dari dunia lain."
Ryu pikir Crysta tak sadar jika dia berada di dunia lain, "Kau ingin menikmati hidupmu? Bagaimana jika kita ke club malam?"
"Great idea. Sudah...," Crysta menghitung jemarinya, "8 hari aku tidak ke club."
"8 hari?"
"Yepp, sehari sebelum aku sadar di rumah sakit adalah hari terakhir aku mengunjungi club."
"Sepertinya kau sedang ingin alih profesi.." Crysta menatap Ryu bingung, "Dari pelukis menjadi penulis, barusan kau mengarang, bukan?"
Crysta ingin tertawa nista sekarang. Dia mengarang? Sudah jelas sekali bagi Crysta jika sosok Kireina pasti menganggap club adalah sebuah mitos, "Ya, aku memang mengarang." Jawabnya dengan pelan.
"Ah, kau membuatku takut saja. Kau terlihat serius tadi."
Crysta memutar bola matanya lalu melempar pandangannya ke luar jendela, "Memangnya aku hantu?" Dia bersuara pelan yang hanya bisa di dengar olehnya sendiri.
Sekian banyak lampu jalan yang Crysta lihat dan sekarang dia sampai di sebuah club.
Ah, Crysta pernah menerima undangan untuk bermain di club ini tapi sayangnya dia menolak karena banyaknya pekerjaan.
"Ayo, turun." Ryu membuka pintu mobilnya. Kakinya menyentuh aspal tempat parkir.
Crysta keluar dari mobil, memejamkan matanya dan menghirup udara disana, "Bau kehidupan." Ia begitu merindukan tempat seperti ini. Pria tampan, alkohol dan musik keras. Ah, syurga.
"Crysta, ayo." Suara Ryu membuat Crysta membuka matanya. Ia segera mendekat ke Ryu, "Jangan takut, aku akan menjagamu. Kau aman bersamaku."
Takut? Yang benar saja. Tempat seperti ini adalah rumahku. Crysta ingin menjawab seperti itu, namun daripada Ryu bingung dan banyak bertanya padanya, ia memilih tersenyum lugu, "Baik, aku mengandalkanmu."
Mereka masuk ke dalam club. Suasana club malam memang selalu seperti ini. Ramai dan berisik.
"Kita duduk disana." Ryu menunjuk ke sebuah meja.
"Kau sepertinya anggota di club ini." Csysta melangkah menuju ke meja yang Ryu tunjuk tadi.
"Benar. Aku sering datang ke club ini."
Tidak heran lagi. Dari mobil mewahnya, Crysta bisa menilai jika Ryu adalah pria kaya raya. Dan pria seperti ini pasti akan memilih tempat main yang sesuai kelasnya.
Dua pelayan datang. Mengisi meja Ryu dengan cemilan dan minuman.
"Apa yang terjadi disini? Kenapa tak ada dj di stage?" Crysta bertanya pada pelayan.
"Dj Shervy tiba-tiba sakit. Dj pengganti juga sedang berhalangan hadir."
"Ah, begitu." Crysta paham. Terkadang situasi seperti ini memang terjadi.
"Ah, sepertinya malam ini kita hanya bisa minum. Aku mengajakmu di waktu yang tidak tepat." Ryu nampak menyesal.
Crysta tersenyum, "Tidak apa-apa."
"Ehm, bisa aku bertemu dengan manager tempat ini?"Dia bersuara lagi.
"Untuk apa kau ingin bertemu dengan manager tempat ini, Crysta?" Ryu mewakili pelayan menanyakan tentang hal ini.
"Aku bisa jadi Dj pengganti."
"Kau bercanda." Ryu tak percaya.
"Bisa aku bertemu dengan manager kalian?" Crysta bertanya lagi pada pelayan.
Pelayan tersebut nampak berpikir sejenak, "Mari ikut kami, Nona."
Dan Crysta serius. Dia berdiri dari duduknya.
"Apa mungkin minum cairan pembersih lantai membuatnya jadi gila?" Ryu memasang wajah idiotnya.
Crysta menemui manager club. Berbincang sedikit lalu melangkah menuju ke ruang make up. Dia membutuhkan sentuhan make up untuk terlihat memukau di stage.
"Beautiful Crysta." Dia puas dengan hasil make upnya sendiri. Wajahnya terlihat luar biasa cantik. "Geez, Kirei, kau punya wajah yang sangat indah tapi kau menutupinya dari semua orang. Okey, mari kita tunjukan kecantikanmu pada semua orang." Crysta memeriksa riasannya sekali lagi dan segera keluar dari ruang make up.
Crysta melangkah menuju ke stage. Ia mematikan musik yang menyala otomatis. "Well, selamat malam, guys." Crysta menyapa para pengunjung club. "I'm Crysta. Biarkan aku menghibur kalian malam ini. Nikmati malam kalian, kawan!" Crysta berkata dengan semangat yang biasa dia tunjukan saat berada di atas stage. Pengunjung club bersorak tanda mereka juga bersemangat untuk malam ini.
Crysta mulai memainkan alat dj. Ia bergerak seirama dengan hentakan musik yang dia mainkan. Wajah cantiknya terlihat makin menawan dengan lampu kelap-kelip yang menyinari wajahnya.
"Fix, cairan pemberish lantai bisa merubah orang jadi sangat berbeda. Sejak kapan Crysta yang hanya bermain dengan kuas dan kanvas menjadi sangat ahli dengan peralatan dj. Aw, Alardo, ini menarik untuk kita bahas nanti." Ryu tersenyum tipis.