Bab 9
Setelah acara pernikahan mereka, malam benar-benar berjalan dengan semestinya. Tidak mereka ingat lagi perilaku reseh Thomas yang berusaha memecah belah kepercayaan mereka. Mereka tetap teguh dalam menjalani kehidupan pernikahan yang telah mereka putuskan bersama.
Adapun sisa-sisa acara pernikahan memang hampir tidak nampak. Namun, itu tak penting. Sebab kedekatan mereka juga lebih mirip keluarga lama yang kembali kumpul bersama. Tidak ada kecanggungan sama sekali.
Selain itu, memang beginilah keadaan pernikahan kedua bagi orang biasa; tidak ada pesta pernikahan yang berkepanjangan, tidak banyak tamu undangan, tidak ada pula acara staycation dalam rangka honeymoon.
Jangankan mau honeymoon, mereka sebagai orang tua yang punya anak harus bisa menjaga anak-anak mereka dengan tangan mereka sendiri. Jadi, pemandangan yang bisa digambarkan pasca pernikahan memanglah figur keluarga harmonis yang telah lama berkeluarga.
"Nah, akhirnya beres juga ganti bajunya. Anak-anak Papa jadi cantik dan ganteng," puji Zayn seraya berkacak pinggang. Meniliti penampilan anak-anaknya dengan serius.
Tadi Zayn membantu mengganti baju Zio sementara Angel mengganti baju Zila. Mendengar kata "papa", memantik rasa penasaran anak Angel yang tentunya bukan anak kandung dari Zayn.
"Om Zayn, aku beneran boleh manggil Om dengan sebutan Papa, kan?"
"Boleh dong, Sayang."
"Yey. Akhirnya aku punya Papa baru," pekiknya gembira.
"Hahaha. Bisa aja kamu, Sayang."
Zayn tampak begitu manis saat mengacak-acak rambut anaknya. Lalu, Zila yang nampaknya ingin merasakan keindahan keluarga baru ikut menyahut.
"Papa, Papa, malam ini bobok sini sama Zio dan Zila ya. Pengin peluk Papa."
"Eh, ya enggak boleh dong, Sayang. Papa harus bobok sama Mama."
Angel menyela. Sungguh anak-anak ini tak tau arti pernikahan. Tentunya tidak etis jika malam pernikahan malah tidur terpisah. Padahal, banyak hal yang ingin mereka bicarakan, setidaknya.
"Ish, kok gitu, Ma? Masak Mama nggak berani bobok sendiri? Mama kan udah gede."
Zayn tertawa dengan renyah. Pemikiran anak dan orang tua memang berbeda. Dan kepolosan itulah yang menjadi nilai semangat bagi para orang tua.
"Iya. Mama emang udah gede. Tapi, kamu kan harus belajar bobok sendiri," sanggah Angel dengan alasan yang terbilang logis.
Padahal, kenyataannya, malam pertama pernikahan biasanya berisi 'ehem'. Walaupun tidak semua.
"Iya. Bener itu, Zil. Jangan manja sama Mama Papa." Kali ini Angel dibela Zio.
"Ish, padahal mau bobok bareng aja enggak boleh."
Demi menengahi perdebatan kecil itu, Zayn mendekati Zila lalu merangkul bahu putrinya.
"Hahaha. Maaf ya, Sayang. Gini deh, sebagai gantinya, gimana kalau Papa bacain dongeng sampai kalian tidur. Oke?"
"Oke, Papa," sahut keduanya dengan semangat.
"Eh, tapi bacain cerita putri tidur ya, Pa," pinta Zila.
Zayn membelalakkan mata.
"Oh, jangan. Bacain cerita detektif conan aja, Pa. Apaan putri tidur? Kayak anak perempuan aja!" sanggah Zio.
Angel dan Zayn semakin tertawa. Sungguh anak-anak yang lucu. Malah berdebat lagi.
"Hahaha. Iya iya. Malam ini baca satu cerita dulu ya. Besok baru gantian."
"Kalau gitu putri tidur aja, Pa."
"Enggak! Detektif Conan!"
"Udah udah ... Kali ini Papa bacain Putri tidur dulu, besok baru detektif Conan."
"Yey! Papa milih punyaku!" seru Zila gembira.
"PeDe amat kamu! Besok juga gantian aku!" sahut Zio tak mau mengalah.
Angel dan Zayn hanya bisa geleng-geleng kepala menyaksikan perdebatan anak-anak ini. Kehidupannya menjadi lebih berwarna setelah pernikahan ini. Rumahnya tidak lagi terlalu sepi. Sekalipun dia tidak mendapatkan suami kaya, dia beruntung mendapatkan lelaki baik seperti Zayn yang bisa menyatukan kedua keluarga.
Dalam kepekatan malam yang mulai merambat, Angel memperhatikan betapa antusiasnya Zayn dalam membacakan cerita untuk anak mereka. Tidak ada perasaan lain yang bisa Angel gambarkan selain kagum kepada Zayn. Zayn sungguh lelaki yang telaten mengurus anak-anak meskipun dia lelaki.
Karena Zayn sibuk menidurkan anak-anak, maka, Angel lebih memilih kembali ke kamar untuk melayani suaminya nanti. Dia tak tau apa yang akan terjadi malam ini. Hanya saja, dia perlu membuat lelaki itu nyaman di rumah ini pada malam pertama. Tentunya, Angel berganti baju tidur dan menyiapkan baju tidur untuk suaminya.
Selang sekitar 15 menit, Zayn sudah kembali dengan senyum yang merekah dari bibirnya. Mereka bak pengantin baru yang masih sedikit malu-malu sekaligus melemparkan tatapan menggoda.
"Terima kasih, Papa, habis bacain cerita," ucap Angel sedikit menggoda seraya merentangkan tangan.
Sebenarnya itu adalah ungkapan bangga untuk seorang Zayn yang berhasil menjalankan peran ayahnya dengan baik. Hal itu segera ditanggapi Zayn dengan pelukan hangat yang sudah lama tak mereka rasakan. Mereka bergerak pelan-pelan dari kanan ke kiri layaknya sedang berdansa.
"Sama-sama, Istriku. Terima kasih juga sudah menerimaku untuk menjadi ayah dari anak-anak kita."
"Tentu saja. Tapi kita masih punya banyak PR. Kita harus berusaha biar rumah tangga kita selalu begini."
"Tentu, Sayang. Kehidupan selalu berisi berbagai pelajaran. Hidup juga pembelajaran. Jadi, kita akan terus belajar melakukan yang terbaik untuk rumah tangga kita. Bukankah begitu?"
"Ya. Aku setuju."
"Tapi, Sayang ...."
"Iya? Kenapa?"
"Maaf."
"Buat?"
"Karena profesiku sampai sekarang masih cleaning service."
Angel mengerutkan kening. Hal seperti ini sebenarnya tidak perlu dibicarakan. Toh, Angel sudah tau sejak awal mengenai kondisi Zayn.
"Emang kenapa?"
Padahal, pertanyaan tersebut timbul sebab adanya rasa tidak percaya diri semenjak kedatangan Thomas. Mereka saja sampai tak bisa pergi bulan madu setelah menikah. Sungguh menyedihkan.
"Aku belum bisa ngasih kamu apa-apa," ucapnya penuh sesal.
Angel menggeleng. Dia memegang pipi Zayn lantas mengecupnya dengan lembut. Menyalurkan ketenangan kepada lelaki itu. Dan benar saja, perlakuan lembut dari Angel benar-benar membuat Zayn merasa nyaman.
"Tidak apa-apa. Harta bukanlah segalanya."
Zayn masih diam. Sebenarnya dia senang mendapatkan pengertian dari Angel. Hanya saja, rasa bersalahnya masih begitu besar. Untung saja Angel segera memindahkan topik pembicaraan.
"Sudah yuk. Capek banget aku. Kamu ganti baju terus kita tidur," ucap Angel seraya menunjukkan setelan baju tidur yang sudah disiapkan di atas ranjang.
Sekali lagi dia kembali merasakan hangatnya kehidupan pernikahan yang sudah lama tak ia rasakan.
"Baiklah."
Saat Zayn mengambil baju tersebut, Angel buru-buru berbalik badan. Terlihat begitu malu-malu dengan apa yang terjadi selanjutnya. Padahal, Zayn tentu paham bahwa ia perlu berganti pakaian ke kamar mandi. Tapi, kalau sudah dipancing seperti ini, sepertinya akan lebih seru kalau dia menggoda Angel.
"Ekhem! Ada yang malu-malu nih," goda Zayn seraya berbisik di ceruk leher istrinya.
Aroma parfum yang menguar dari tubuh Angel begitu semerbak. Meningkatkan gairah dalam jiwanya. Tentu saja Angel bersemu merah. Angel berbalik badan demi menghindari bagian tubuh suaminya yang akan terekspos malah digoda beneran. Alhasil, dengan satu tangan yang menutup wajah, tangan lain ia pergunakan untuk mendorong tubuh Zayn jauh-jauh.
"Ih, Zayn, sana ganti baju ah."
"Hahaha. Kenapa malu-malu, Sayang? Kita sama-sama udah pengalaman," godanya sekali lagi.
Mendengar kata 'pengalaman', wajah Angel semakin memerah menggemaskan. Dia begitu malu-malu layaknya wanita di pernikahan pertama.
"Zayn ah. Jangan dulu. Capek."
Omong-omong soal lelah, Zayn juga lelah meskipun acara hari ini tidak terlalu padat. Jadi, demi menuruti kemauan istrinya, Zayn segera setuju dan ke kamar mandi untuk berganti baju.
Saat ia kembali, tampak sosok Angel sudah tidur miring di ranjang mereka. Zayn yakin sekali kalau Angel belum terlelap. Namun, Zayn memutuskan untuk tidur bersama. Benar-benar tidur dimana perempuan dan lelaki hanya seranjang berdua. Tak lebih. Hanya saja, dia memeluk tubuh Angel sepanjang malam dan berbagi kehangatan.