Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

4

Wajah Arche nampak datar. Tak ada yang bisa memprediksi apakah saat ini pria itu tengah marah atau baik-baik saja. Tapi berbanding terbalik dengan Jazzlyne, wanita itu menangis meraung karena kehilangan janinnya. Tidak, Jazzlyne tidak sedang bersandiwara, wanita itu tidak pernah menginginkan kematian anaknya. Mulutnya memang terkadang berkata sembarangan, tapi jauh dari itu Jazzlyne sangat mencintai janinnya. Janin itu adalah buah cintanya bersama Arche, pria yang begitu ia cintai.

Arche tidak tahan lagi melihat Jazzlyne yang meraung. Ia memeluk tunangannya itu, mencoba menenangkannya.

“Kenapa? Kenapa kamu tidak menangis? Apa kamu tidak sedih karena kepergian calon anak kita?”

Pertanyaan Jazzlyne mengganggu Arche. Bagaimanapun juga Arche sangat mengharapkan kehadiran anak itu, Arche juga mencintai darah dagingnya itu. “Aku tidak ingin menangisi yang telah pergi. Biarlah kesedihanku aku tanggung sendiri.” Suara Arche terdengar datar. Arche tidak pernah berkata sedatar ini pada Jazzy yang artinya saat ini Arche juga ikut merasakan kehilangan.

“Aku tidak ingin tahu Arche. Dapatkan pelayan yang sudah membuatku kehilangan janinku. Bawa dia padaku dan aku akan membunuhnya dengan tanganku sendiri,”

Tak perlu Jazzy perintahkan. Arche sudah jelas akan menemukan pelayan yang sudah memasukan obat penggugur kandungan pada minuman Jazzy. Dari rekaman CCTV restoran itu pelayan terakhir yang memberikan minuman pada Jazzy adalah pembunuhnya. Air dari dalam gelas itu sudah di periksa dan di pastikan kalau air minum itu mengandung senyawa kimia berbahaya. Jangankan tiga tetes, satu tetes saja sudah bisa menggugurkan kandungan Jazzy.

“Istirahatlah, aku butuh udara segar,” Arche melepaskan pelukannya. Ia meninggalkan Jazzy dan mencari udara segar.

Arche duduk di bangku taman, ia mengeluarkan sebuah kotak kecil yang isinya adalah batangan rokok. Arche mengambil sebatang rokok, ia menyelipkan rokok itu di antara bibirnya, tangannya menyalakan pemantik. Arche menghisap rokok itu lalu menghembuskan asapnya yang mengepul.

Merokok adalah cara Arche menenangkan dirinya.

15 menit berada di taman, Arche memutuskan untuk pergi. Ia melajukan mobilnya menuju ke mansionnya.

“Bagaimana keadaan Jazzy?” Pertanyaan ini yang di dapatkan saat Arche masuk ke dalam ruangan kerjanya. Arche melonggarkan ikatan dasinya, ia melepas tuxedo yang ia pakai.

“Buruk,” Arche melangkah menuju ke dekat jendela. Arche membuka gorden yang menutupi kaca, ia memandang ke luar jendela dengan tatapan kosong.

“Arche, kemarilah. Ada yang ingin aku tunjukan padamu,” Ozzie membuka kembali laptop yang tadi sudah ia tutup.

“Wanita yang memasukan obat pada minuman Jazzy dan wanita yang meledakan clubmu adalah orang yang sama,” Ozzie menunjukan kedua gambar yang sudah ia kaitkan.

“Wajah mereka berbeda Ozzie,”

“Rupanya kehilangan anak membuatmu sedikit bodoh. Wajah itu cuma tipuan. Kau juga memiliki banyak topeng silikon. Bentuk tubuh dan ciri fisik mereka sama.”

Arche mengamati baik-baik. Wajahnya masih terlihat kaku, ekspresi Arche yang seperti ini lebih berbahaya dari ekpresi kejam lainnya. Ekspresi wajah yang tidak terbaca sama sekali, tak akan ada yang mampu menebak apa yang saat ini Arche pikirkan.

“Aku yakin wajah aslinya bukanlah yang kau lihat baik di museum ataupun di restoran. Wanita ini benar-benar berbahaya. Kita bahkan tak tahu siapa dia sebenarnya,” Selama Ozzie berada di dunia kriminal ia tidak pernah menemukan orang yang seperti Eury.

“Siapapun dia, dia tidak akan pernah aku lepaskan. Menghancurkan clubku saja tidak aku maafkan apalagi membunuh calon anakku. Aku bersumpah, meski ke neraka aku akan mengejar wanita itu. Aku tak akan membunuhnya, aku akan menyiksanya, membuatnya merasakan sakit yang benar-benar menyakitkan. Aku akan membuatnya mati karena kehabisan darah. Aku bersumpah, aku akan menemukan wanita itu,”

Dendam, Arche menyimpan dendam yang begitu dalam pada wanita yang tak lain adalah Eury. Dua kali Arche merasa dipecundangi, orang yang mencari masalah dengannya berada tepat di depannya tapi ia tidak mencium apapun.



“Sepertinya malam ini Kakak terlihat senang, apa ada yang terjadi?” Allary menatap Kakaknya yang saat ini tengah tersenyum kejam. Allary mengartikan senyuman itu sebagai kebahagiaan.

“Aku baru saja membuat seseorang merasakan sebuah kehilangan. Bukan satu orang tapi dua orang,”

Mendengar hal ini Allary tidak ngeri lagi. Ia sudah paham betul dengan kepribadian kakaknya yang berubah 180 derajat.

“Apakah ini ada hubungannya dengan masalalu?”

Eury hanya diam, yang diartikan ‘ya’ oleh Allary.

“Pantas saja Kakak sangat bahagia.” Allary kembali menghadap ke televisi, ia menyandarkan bahunya di sandaran televisi dan kedua kakinya berselonjor di atas meja. “Sampai detik ini aku belum menemukan pria yang sudah menghancurkan hidupku,” Allary juga ingin seperti Eury, ia ingin membalaskan kesakitannya tapi sampai detik ini ia belum menemukan pria yang telah merusak hidupnya. Semuanya terhubung tapi waktu yang membuat Allary tak menemukan Ozzie.

“Lupakan dendammu itu, Allary. Kau sudah memiliki Raffael sekarang, jangan menghancurkan hidupmu sendiri,”

Sampai detik ini Eury tidak pernah tahu siapa yang sudah memperkosa adiknya. Allarypun tidak bisa mengenali wajah si pelaku karena pada saat itu si pelaku memakai topeng hitam berbeda dengan Arche yang secara terang-terangan menampakan wajahnya di depan Eury.

“Aku hanya ingin membunuhnya, Kak. Aku tidak akan menghancurkan diriku sendiri,”

Eury hanya diam. Ia tidak mengomentari kemauan Allary. “Ah, ya, Kak, Sean tadi menelponku.”

“Dia pasti mengeluh padamu. Dia juga melakukan hal yang sama padaku,”

“Bukan itu, Sean mengatakan kalau aku harus mejagamu. Ia tidak ingin terjadi sesuatu yang buruk pada Kakak,”

Eury tersenyum kecil, kali ini sebuah senyuman hangat. “Anak itu bisa juga bersikap manis.”

“Dia merindukan kita, kapan tugas ini akan selesai,” Allary menghela nafasnya. Ia sudah lelah dengan tugas yang tidak menemukan titik terang ini. “Aku juga merindukan Rafa,”

“Cih, kau terlalu mencintainya. Aku yakin saat ini Rafa tak merindukanmu.” Eury bersuara tak minat.

Ia bangkit dari sofa lalu memakai kembali coat-nya. “Aku pergi.” Usai mengatakan itu Eury langsung meninggalkan Allary. Allary bahkan belum sempat menahan Eury. Seharusnya Eury memang tidak berkunjung ke tempat Allary karena itu bisa membahayakan nyawa mereka masing-masing, bukan tidak mungkin penyamaran mereka akan terbongkar.

Eury memakai helm fullfacenya. Ia melajukan motor kesayangannya, membelah jalanan kota Moscow dengan kecepatan sedang. Eury lebih suka menggunakan motor daripada mobil karena motor lebih bisa diandalkan daripada mobil. Saat kondisi terdesak ia bisa kabur dengan cepat dari orang yang mengejarnya.

Eury memutuskan untuk mengunjungi sebuah club malam. Ia memakai topinya dan juga kacamata untuk menyamarkan wajahnya. Malam ini Eury akan bekerja sambil melepaskan penat. Ia butuh alkohol untuk membuang penatnya. Alkohol dan juga rokok, sejak 7 tahun lalu Eury berteman dengan dua hal itu. Kehancuran hidupnya membawanya ke dunia yang begitu gelap. Dunia yang mendidiknya dengan keras, dunia yang terus menariknya ke dalam dan semakin dalam. Eury tak pernah berniat keluar dari dunia seperti ini, ia nyaman berada dalam dunia penuh darah.

“Tequilla, please,” Eury memesan minuman pada bartender.

“Okay,” Bartender pria itu segera membuatkan pesanan Eury.

“Silahkan dinikmati,” Segelas tequilla sudah berada di atas meja. Eury menyesap minuman itu, meneguknya dengan sekali tegukan.

“Lagi,” Ia menyodorkan gelasnya pada bartender. Gelas itu kembali penuh, tapi Eury tidak langsung menghabiskannya, Eury mengeluarkan sebungkus rokok dan pemantik. Ia menyalakan rokokdan mulai menghisapnya. Merokok bisa membuat Eury lepas dari depresi. Rokok masih cukup baik karena rokok Eury tidak berlari ke narkoba.

Mata Eury mengamati satu persatu orang yang ada di club itu, asap mengepul di depan wajahnya.

“Pelayan!” Seorang pria mengangkat tangannya. Mata Eury melebar.

“Dapat kau,” Eury segera menekan rokoknya di asbak. Ia menelan habis tequillanya, ia membayar tagihan sambil terus mengamati pria betato kepala harimau.

Usai membayar, Eury segera melangkah, ia merapikan kembali topinya lalu menyusupkan kedua tangannya kedalam saku coatnya. Ia mendekati pria incarannya, Eury tidak bisa membunuh pria itu karena ia harus tahu siapa yang memerintahkan pembunuh bayaran itu.

Pembunuh bayaran itu pergi dengan seorang perempuan seksi yang menurut Eury adalah seorang jalang. Eury terus mengikuti langkah pria itu. Ternyata tempat yang pria itu tuju adalah sebuah kamar yang berada di lantai 3 club itu. “Aku tidak akan menganggu kesenangannya. Malam ini akan jadi malam terakhir dia bermain-main dengan para pelacur,” Eury memutuskan untuk berdiri bersandar di dekat pintu kamar itu. Ia akan membiarkan setidaknya beberapa menit untuk pria itu bersenang-senang.

“Tik,, tok,, tik,, tok,,” Eury mulai melakukan hal yang membuatnya terlihat pshyco. Ia terus mengetuk-ngetukan jari telunjuknya di dinding.

“Oke, sudah cukup,” 30 menit sudah Eury memberikan waktu untuk pembunuh bayaran itu.

Eury memasukan sebuah kunci ke rumah kunci, mengutak-atiknya pelan, dan cklek, pintu terbuka. Eury masuk dengan perlahan.

“Son of a bitch!” Eury mengumpat saat ia melihat pria yang ia incar tengah bercinta dengan pelacur yang dari lehernya sudah mengeluarkan banyak darah. “What a sick person!”

Pria incaran Eury masih tidak sadar atas kehadiran Eury.

“Selamat malam, Mr. Necrophilia,” Pria itu tersentak kaget karena suara Eury. Pria itu segera meraih pistolnya. Wush,, Eury mendahului pria itu, Eury menembak tepat ke tangan pria itu.

“Jangan takut, aku tidak akan menyakitimu jika kau bersikap baik.” Eury bersuara tenang. “Aw,, pemandangan yang sangat indah. Wanita ini makin cantik dengan lehernya yang mengeluarkan darah,” Eury sama sakit jiwanya. Ia tidak berbohong, ia hanya mengungkapkan apa yang ia pikirkan.

Pria incaran Eury bergerak cepat. Ia meraih pistol dan segera menembak Eury. “Sial,” Eury menggeram karena peluru itu berhasil menggores bahunya. Pembunuh bayaran itu menembak kaca kamar itu, secepat kilat ia melompat dari jendela itu. Eury segera menyusul pria itu, ia melompat dari jendela itu dan terjatuh tepat di atas atap sebuah mobil.

Eury mengejar pria yang sudah mengendari sepeda motor, ia berlari mengejar sepeda motor yang kecepatannya jelas lebih cepat dari larinya.

Eury menyetop sebuah motor, ia menodongkan senjata agar orang itu menyingkir dari motor. Kendaraan, Eury dapatkan, ia segera mengejar pria itu. Baku tembak terjadi lagi, pembunuh bayaran itu membalas serangan Eury, meski ia terluka orang itu tetap bisa menyerang Eury.

Kejar-kejaran di jalanan yang ramai tidak membuat Eury kesulitan, ia terus mengejar pria yang terus mengecoh gerakannya. Eury tidak bisa melepaskan tembakan di tengah keramaian seperti ini, akan ada banyak nyawa yang melayang jika ia sampai meleset. Mengejar pria itu adalah satu-satunya cara.

Eury berhasil mengejar pria itu. Pria itu menembakan senjatanya pada Eury, hingga membuat Eury terpaksa menghindar. Jarak Eury dan pria itu menjauh tapi Eury perlahan-lahan membunuh jarak itu.

Karena tembakan pria tadi jalanan di belakang Eury jadi macet. Tembakan itu mengenai seorang pengendara motor.

Kejar-kejaran masih terjadi. Eury terpaksa harus menembak. Kali ini jalanan sudah tidak sepadat tadi. Wush, ia melayangkan satu peluru.

Brak,, motor pria itu terseret jauh. Pria itu segera bangun dari tempatnya. Ia berlari memasuki sebuah lorong.

“Rodney, cepat masuk,” pintu sebuah mobil terbuka. Pria yang bernama Rodney itu segera masuk. Si pemilik mobil membuka kaca mobilnya, ia mengeluarkan tangannya lalu menembakan satu peluru yang tepat mengenai ban motor Eury. Motor Eury tumbang, Eury terpental jatuh ia bergulingan di aspal. Beruntung jalanan tidak ramai.

Eury mengepalkan kedua tangannya. “Brengsek!!” Pria yang ia incar lolos dari tangannya. Eury benar-benar tidak senang karena hal ini. “AKHHHHH!!!!!” Dia berteriak kesal. “Aku akan mendapatkanmu, Mr.Necrophilia.”

Necrophilia adalah Kelainan seksual dimana seseorang suka berhubungan badan dengan mayat.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel