Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

7 - Kenapa takdir terus mempermainkannya seperti ini?

Tiga hari sudah Amber terkurung di kediaman Oliver. Ia sudah mengundurkan diri dari pekerjaannya melalui telepon. Amber beralasan bahwa ia memiliki masalah kesehatan jadi ia tidak bisa bekerja untuk sementara waktu.

Hari-hari yang Amber lalui terasa sangat membosankan, sebelumnya ia adalah wanita bebas yang melakukan banyak aktivitas. Jika ia tidak memiliki jadwal pekerjaan paruh waktu maka ia akan datang ke kedai kopi milik sahabatnya, Edrea Mallory.

Amber menghela napas pelan, tidak pernah ia bayangkan dalam hidupnya bahwa ia akan kembali terkurung seperti ini. Benar, tempatnya lebih baik dari pada gudang, tapi tetap saja ia tidak bisa melakukan banyak hal dan kesepian.

Di kediaman Oliver terdapat piano, Amber tidak berani memainkan piano legendaris itu. Satu kesalahan fatal yang ia buat mungkin akan menyebabkan ia tidak bisa lagi bermain piano. Amber berhati-hati, ia tidak akan menyentuh barang-barang yang tidak seharusnya ia sentuh meski saat ini ia benar-benar ingin memainkan piano. Tangannya rindu ingin menari di atas tuts hitam putih yang ia sukai itu.

Ponsel Amber berdering, wanita yang sedang melamun itu tersadar. Ia meninggalkan tepi jendela kamarnya lalu meraih ponselnya. “Ya, Edrea.” Ia menjawab panggilan dari satu-satunya sahabat yang ia miliki.

Amber tipe wanita yang dingin dan penyendiri, jadi ia tidak bisa memiliki banyak teman. Selain itu Lilly juga telah membuat orang-orang menjauhi Amber dengan segala macam rumor yang disebarkan oleh sepupunya itu. Hanya Edrea yang mau berteman dengannya dan bisa mendekati dunianya.

“Aku bertemu dengan Lilly hari ini. Dia mengatakan omong kosong tentang kau telah menikah. Sepupumu itu benar-benar terlalu banyak membual.” Edrea berkata dengan ekspresi kesal di wajahnya. Lilly datang ke kedai kopi miliknya dan mulai mengatakan beberapa hal tentang Amber.

Wanita itu mengejeknya karena Amber bahkan tidak mengundangnya ke acara pernikahan. Edrea telah mengenal Lilly sejak masih remaja, jadi ia tahu benar setiap kata yang keluar dari mulut Lilly hanyalah untuk menjatuhkan Amber.

Edrea tidak mengerti kenapa Lilly begitu membenci Amber padahal Amber tidak pernah menyakiti wanita itu.

“Edrea, itu bukan omong kosong. Aku benar-benar sudah menikah.” Amber tidak mungkin membohongi Edrea. Cepat atau lambat sahabatnya itu pasti akan tahu juga.

“Kau pasti bercanda, Amber.” Edrea menolak percaya. Selama ini ia tidak pernah melihat Amber berkencan dengan laki-laki.

“Aku tidak bercanda. Aku menikah lima hari lalu.”

“Siapa pria itu? Kenapa kau tidak mengundangku? Apa aku masih sahabatmu?” Edrea benar-benar terkejut dengan kenyataan saat ini. Ia jelas mengenal Amber, sahabatnya itu tidak mau menikah jika pengantin prianya bukan cinta masa kecilnya.

“Pamanku mengatur pernikahan untukku. Aku menerimanya. Aku bukan tidak mengundangmu, pernikahanku tidak dirayakan. Pria yang menjadi suamiku adalah Oliver Phoenix.”

“Kau dijodohkan? Apa alasan kau menerima perjodohan itu? Selama ini aku kau selalu berkata bahwa kau tidak akan menikah jika pengantin prianya bukan cinta masa kecilmu. Apakah kau dipaksa?” Edrea curiga. Ia telah memperkenalkan Amber pada banyak laki-laki, tapi Amber tidak menyukai salah satu dari mereka. Satu-satunya pria yang berhasil menjadi teman Amber hanyalah Leith Clifford, tapi Amber juga mengatakan padanya bahwa ia tidak menganggap Leith lebih dari teman.

Amber diam sejenak. Detik selanjutnya ia menjawab Edrea. “Pamanku mengalami masalah, satu-satunya yang bisa membantunya adalah aku. Jika aku melakukan pernikahan dengan Oliver Phoenix maka perusahaan pamanku akan selamat.”

Edrea sudah menduga itu. Amber tidak akan mungkin menerima perjodohan jika tidak ada sesuatu di belakangnya. “Apa kau kehilangan akal sehat, Amber? Bagaimana kau bisa menikah dengan pria yang tidak kau kenali sama sekali. Pamanmu benar-benar kejam, dia telah menjualmu demi menyelamatkan perusahaannya!”

“Pamanku tidak bermaksud seperti itu, Edrea. Aku berhutang budi pada pamanku. Dia telah membiayai pengobatan ibuku, juga pamanku telah merawatku sejak kepergian ibuku. Membantunya adalah sebuah keharusan bagiku.”

“Kau benar-benar konyol, Amber. Karena seorang bocah laki-laki yang memberikanmu makan saat kau kelaparan kau menolak semua pria yang mendekatimu untuk bocah laki-laki yang keberadaannya entah di mana. Dan sekarang, karena berhutang budi pada pamanmu kau mempertaruhkan kebahagianmu. Kapan kau hidup untuk dirimu sendiri, Amber?!” Edrea marah pada Amber, tapi ia lebih marah lagi pada paman Amber yang dengan tega menikahkan Amber pada pria asing.

“Edrea, aku menerima perjodohan itu tanpa terpaksa. Sebenarnya aku harus berterima kasih pada pamanku karena dia telah menjodohkanku dengan pria yang selama ini aku cari.” Amber tidak ingin Edrea menyalahkan pamannya.

“Maksudmu kau dijodohkan dengan bocah yang memberimu makan itu?” Edrea bertanya memastikan. Sungguh kebetulan sekali.

“Benar.”

“Bagaimana kau bisa tahu bahwa pria itu adalah bocah laki-laki itu? Bagaimana jika kau salah?”

Amber diam lagi. Pada awalnya ia yakin Oliver adalah pria yang ia cari selama ini, tapi setelah Oliver memperlakukannya dengan buruk ia menjadi ragu. Hanya saja tidak ada gunanya benar atau salah saat ini, ia sudah menikah dengan Oliver. “Dia benar-benar bocah laki-laki itu.” Amber membual. Ia tidak ingin Edrea mengkhawatirkannya.

“Apakah pria itu memperlakukanmu dengan baik?”

“Ya.”

“Di mana kau sekarang? Aku akan menemuimu.”

“Aku sedang berada di kampung halaman orangtuaku, Edrea. Aku akan menghubungimu ketika aku kembali.” Dari satu kebohongan muncul kebohongan lain. Amber tidak bermaksud membohongi Edrea, ia hanya tidak mungkin membawa Edrea ke kediaman Oliver.

“Kau pergi dengan suamimu?”

“Ya.” Amber menggigit bibirnya. Ia terus membohongi Edrea. Ia benar-benar sahabat yang buruk.

“Baiklah, setelah kau kembali, kau harus memperkenalkan aku pada suamimu. Aku ingin melihat seperti apa pria itu.”

“Ya.”

“Apakah Leith tahu kau sudah menikah?” Edrea merasa kasihan pada Leith. Ia tahu Leith menyukai Amber sejak lama, tapi sekarang Amber menikah dengan pria lain. Edrea sangat setuju jika Leith menjadi suami Amber, selain Leith memiliki pekerjaan yang matang, pria itu juga penerus dari keluarga kaya. Hidup Amber akan jauh lebih baik jika bersama Leith.

“Aku belum memberitahunya. Mungkin ketika aku bertemu dengannya nanti aku akan mengatakan padanya.” Amber sudah bertemu dengan Leith sebelumnya, tapi tidak terpikirkan olehnya untuk memberitahu pria itu bahwa ia sudah menikah.

“Baiklah, kalau begitu aku tidak akan mengganggu waktumu dan suamimu. Kalian masih pengantin baru. Jangan lupa untuk menemuiku jika kau sudah kembali.”

“Akan aku lakukan. Sampai jumpa, Edrea.”

“Sampai jumpa.”

Panggilan selesai. Amber meletakan kembali ponselnya ke meja. Ia menghela napas lagi. Berbohong pada Edrea seperti ini membuat ia merasa sangat tidak nyaman. Namun, jika ia mengatakan yang sebenarnya, Edrea pasti akan terus mengkhawatirkannya. Selain itu, emosi Edrea juga tidak terkendali, ketika wanita itu marah ia akan mendahulukan emosinya daripada akal sehatnya. Edrea mungkin akan membuat masalah dengan Oliver.

Yang Amber takutkan di sini adalah bahwa Oliver Phoenix bukan seseorang yang bisa disinggung dengan mudah. Nama besarnya, kekuasaan yang ia miliki, sangat mudah bagi Oliver untuk menyingkirkan satu Edrea.

Amber tidak ingin terjadi hal buruk pada Edrea, lebih baik wanita itu tidak tahu bagaimana ia menjalani pernikahannya, jika tidak Edrea juga akan mengalami hal buruk seperti dirinya.

Setelah terjebak dalam berbagai macam pikiran, Amber menyalakan televisi. Gambar pertama yang ia lihat ketika benda layar datar itu menyala adalah Oliver yang sedang merangkul seorang wanita cantik yang pernah Amber lihat beberapa kali di majalah dan televisi.

Mata Amber tidak bergerak dari televisi, telinganya terus mendengar suara reporter yang mengabarkan bahwa untuk pertama kalinya Oliver Phoenix, penerus dari keluarga Phoenix muncul di depan banyak orang.

Wanita yang bersama Oliver adalah Laurece Hamilton, penerus dari keluarga Hamilton yang perusahaannya berpusat di luar negeri. Disebutkan bahwa sejak dahulu keluarga Hamilton telah bersahabat dengan keluarga Oliver.

Seorang reporter bertanya pada Oliver, “Apakah benar Tuan Oliver akan bertunangan dengan Nona Laurece dalam waktu dekat ini?”

Jantung Amber seperti ditikam ketika ia mendengar pertanyaan itu. Hatinya sangat berharap bahwa itu tidak benar. Oliver telah menikah dengannya, bagaimana bisa pria itu bertunangan dengan wanita lain.

Namun, tidak ada yang keluar dari mulut Oliver. Pria itu tidak membantah atau tidak membenarkan. Ia hanya melewati para reporter bersama dengan Laurece yang terus menggandeng tangan Oliver.

Senyum anggun tampak di wajah Laurece, ia penuh rasa percaya diri dan sangat bangga dengan statusnya yang saat ini mulai diakui oleh Oliver. Sementara itu, di depan layar televisi wajah Amber tampak sangat muram. Oliver - yang tidak menjawab pertanyaan itu sama saja dengan membenarkan pertanyaan reporter.

Hati Amber seketika remuk, Oliver benar-benar kejam. Pria itu menikahinya, tapi wanita yang diakui dan berdiri di sebelahnya adalah orang lain. Rasa sakit tak tertahankan menyerang Amber.

Kenapa takdir terus mempermainkannya seperti ini? Akan lebih baik baginya tidak bertemu kembali dengan Oliver daripada semua kenangan manis tentang Oliver digantikan dengan rasa sakit yang juga diberikan oleh pria itu.

Air mata Amber jatuh lagi, ia telah menggigit bibirnya sekuat tenaga, tapi isak tangis masih juga lolos dari mulutnya. Oliver, pria itu telah membuatnya banyak menangis.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel