Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

BAB. 3 Mulai kecarian

"Oh sebutan yang manis," gumam Fred dalam hati.

"Ya sudah, terserah kamu saja!" Seru Fred lagi.

"Jadi, deal ya! Sekarang kita sepasang kekasih?" Ucap Anisa malu-malu.

Fred memilih diam karena baginya ini terlalu cepat. Namun kecentilan yang dimiliki Anisa membuat ia akhirnya bertekuk lutut.

"Deal!" Ucapnya lalu menerima uluran tangan Anisa.

"Terima kasih Daddy!" Ucapnya lalu dengan cepat mengecup pipi Fred.

Fred yang dikecup langsung kaget karena tindakan berani Anisa.

Sedang pelakunya sendiri saat ini sedang tersipu malu.

"Berani juga kamu mencium pipiku?" Tukas Fred sambil mengusap bekas bibir Anisa yang merekah. Tiba-tiba ada keinginannya untuk menikmati bibir itu.

"Ma..maaf Dad, aku..aku keceplosan. Maaf ya?" Serunya lalu ikut mengusap pipi Fred.

Saat tangan Anisa menyentuh wajahnya ada sensasi tersendiri yang ia rasakan saat ini. Ia lalu menepis tangan Anisa.

"Aku tidak suka, jika orang lain menyentuh area wajah saya!" Hardiknya. Yang sontak membuat Anisa kaget.

"Ih.., Daddy! Galak banget sih!" 

"Iya, gue emang galak! Nyesel lo menjadikan gue sugar Daddy lo?" Tanya Fred kesal.

"Ya kagaklah Dad!" Lirihnya.

Lalu tiba-tiba ponsel Anisa berdering dan ada nama maminya di layar ponselnya.

"Halo, Mi?"

"Kamu kemana saja Nisa? Hari sudah sore, kok kamu nggak pulang juga?" Tanya sang mami dari seberang sana.

"Iya, Mi. Aku lagi otw kok." Ujarnya lalu mematikan panggilan dari ibunya.

"Telpon dari siapa?" Tanya Fred penasaran.

"Dari Mami, aku disuruh pulang cepat." Ujarnya lalu siap-siap untuk keluar dari kafe itu.

Fred juga ikut berdiri. "Kamu pulang naik apa?" Tanyanya.

"Aku di jemput sopir kok, Dad. Don't worry deh." Ujarnya lagi sambil tersenyum.

Ia lalu melirik ponselnya, memeriksa jika sopirnya sudah siap-siap atau belum. Setelah ia rasa sudah, ia lalu pamit kepada Fred.

"Dad, sopirku sudah datang, aku pergi dulu ya? Bye Dad! Sampai jumpa lagi, kapan-kapan!" Ia lalu melambaikan tangannya.

Namun bagi Fred, kepergian Anisa seperti membawa setengah jiwanya pergi.

"Shit! Aku lupa menanyakan nomor ponselnya berapa!" Ada rasa kesal yang tiba-tiba Fred rasakan saat ini karena kebodohannya yang lupa menanyakan nomor ponsel Anisa.

"Bagaimana aku bisa menemukan gadis itu lagi?" Kesalnya dalam hati. Ia lalu melangkah menuju parkiran kafe itu dan melajukan mobilnya dengan kencang.

Seminggu sudah berlalu, Fred tidak pernah bertemu Anisa lagi. Dan selama seminggu ini pula. Mood Fred terlihat naik turun. Dalam bekerja pun dia terlihat tidak fokus.

Semua karena Anisa si mahasiswi yang telah mencuri hatinya.

Ia masih ingat betul, bagaimana hangatnya bibir Anisa saat mengecup pipinya.

"Shit! Aku bisa gila gara-gara perempuan itu!" Gumamnya pelan.

"Tuan Muda, are you okay now?" Tanya Joni sang asisten yang menangkap kegelisahan hati bosnya itu.

"Joni, saya mau pergi ke suatu tempat. Tolong wakilkan saya untuk mengikuti meeting berikutnya."

"Tapi, Tuan Muda. Para investor menginginkan Anda yang memimpin meeting kali ini." Seru Joni mengingatkan bosnya.

"Saya lagi punya urusan yang jauh lebih penting, Joni! Jadi silakan hadapi mereka dulu. Minta bantuan Yana untuk menolongmu." Ujarnya lalu siap-siap untuk meninggalkan kantor.

Joni keluar dari ruang kebesaran Fred dan langsung masuk ke ruangan sekretaris Yana.

"Kenapa lo?" Tanya Yana.

"Si bos, dia tidak ingin menghadiri meeting selanjutnya. Ia menyuruh gue dan juga Lo untuk meng-handlenya." Jawab Joni.

"Lho, memangnya bos kemana?"

"I don't know!"

"Yan, lo sadar nggak belakangan ini, Tuan Fred sering melamun lalu berakhir dengan tingkahnya yang senyum-senyum sendiri. Seperti orang yang sedang jatuh cinta saja." Tutur Joni.

"Iya, benar banget! Pasti tebakanku kali ini tidak meleset! Tuan Muda pasti sedang jatuh cinta saat ini." Lanjutnya lagi.

"Hei, lo jangan asal ngomong, memangnya lo pernah melihat, si bos jalan sama seorang cewek?" Tanya Yana.

"Belum sih, tapi gue yakin banget! Si bos sedang fall in love saat ini." Tukasnya lagi.

"Kita harus memberitahukan hal besar ini kepada Nyonya Rini!" Ujar Joni semangat. Ia lalu meraih ponselnya dan ingin menelpon Nyonya pemilik gedung itu.

Namun dengan cepat Yana mencegahnya. 

"Joni, menurut gue, kita tahan dulu untuk menceritakan hal ini kepada Nyonya Rini."

"Lho memangnya kenapa, Yan?"

"Gue tanya lo, apa lo punya bukti konkrit jika Tuan Fred memiliki kekasih? Tidak, bukan?" Joni menggelengkan kepalanya setuju dengan pandangan Yana.

"Jadi ada baiknya kita kumpulkan bukti-bukti dulu. Setelah buktinya cukup. Baru kita memberitahukannya kepada Nyonya Rini. Kamu tau kan, Nyonya besar sangat mengharapkan jika Tuan Fred menikah dari dulu."

"Ya sudah, kita cari bukti dulu, setelah itu kita beritahukan semuanya kepada Nyonya Rini." Demikian kedua bawahan Fred itu sepakat untuk mencari bukti dulu.

Fred melajukan mobilnya menuju kafe tempat ia pertama kali bertemu Anisa. Ia mencoba peruntungannya kali ini.

"Semoga saja, hari ini Anisa dan teman-temannya kembali ke kafe ini." Ucapnya pelan. Ketika ia sudah menginjakkan kaki di dalam kafe ini.

Ia memilih duduk di tempat ia dan Anisa duduk saat itu.

Namun sayangnya sudah hampir 2 jam lebih namun ia tidak melihat bayangan Anisa datang ke kafe itu.

Dengan rasa kecewa, ia keluar dari itu.

Hari ini adalah ketiga kalinya ia menunggu kedatangan Anisa datang ke kafe itu. Namun lagi-lagi penantiannya sia-sia. 

Anisa sama sekali tidak menunjukkan batang hidungnya.

Karena suntuk, ia pun melajukan mobilnya ke kediaman orang tuanya.

Namun sayangnya. Kedua orang tuanya tidak ada di rumah.

"Memangnya, Papi sama Mami kemana, bik?" Tanyanya kepada ARTnya.

"Kurang tau, Tuan Muda. Tuan dan Nyonya tidak menyebutkan mereka mau kemana." Jawab sang ART.

"Ya sudah bik, saya istirahat saja di dalam kamar." Ujarnya.

"Tuan Muda, apa tidak sebaiknya, Anda makan siang dulu?" Tawar sang ART.

"Saya sedang tidak berselera makan, bik." Ujarnya lalu melangkah malas menuju kamar pribadinya di lantai atas.

Fred benar-benar bad mood saat ini. Hanya karena seorang Anisa. 

Ia lalu menjatuhkan tubuhnya di atas ranjang dan mencoba untuk tidur.

Sementara itu Tuan dan Nyonya Levin sedang berada di kediaman keluarga Ab.

"Jadi kedatangan kami kesini. Untuk melamar salah satu putri kalian untuk anak kami Fred." Seru Tuan Robi membuka pembicaraan.

"Maaf Tuan, apakah Tuan Muda Fred masih juga belum menikah?" Tanya Abel. 

"Ya seperti itulah, Abel. Makanya saya mendatangi rumahmu. Untuk meminang salah satu putrimu." Tuan Robi adalah mantan atasan Abel dulu saat awal ia merintis usahanya. 

Tuan Robi banyak membantunya dulu terlebih tentang masalah keuangan. Bisa dikatakan perusahaannya berkembang karena campur tangan Tuan Robi sebagai investor tetap.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel