Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

BAB. 4 Rencana melamar

Nyonya Lini melirik suaminya, ada raut keberatan dari wajahnya untuk menjodohkan putrinya dengan Fred yang sudah berumur itu.

"Maaf Tuan, jika kami boleh tau, Tuan Muda umurnya berapa? Tanya Nyonya Lini.

"Fred berusia 40 tahun, tahun ini jeng." Kali ini Nyonya Rini yang menjawab.

"Wah, usia Tuan Muda cukup matang juga ya. Kenapa tidak menikah dari dulu saja?" Selidik Nyonya Lini. Sebenarnya, ia tidak mempermasalahkan usia Fred saat ini. Hanya saja, ada sedikit keraguan di hatinya tentang Fred. Ia takutnya jika Fred lama menikah karena pecinta sejenis.

"Dulu di masa mudanya, ia pernah ditinggal menikah oleh seorang gadis yang ia sukai. Sejak saat itulah ia betah melajang sampai sekarang." Jelas Tuan Robi.

"Berarti, Tuan Muda, tipe setia juga ya?" Ujarnya lagi.

"Ya begitulah. Bagaimana apakah kalian setuju rencana kami?" Tanya Tuan Robi lagi.

Abel melirik istrinya. Namun ia tidak dapat membaca raut wajah Lini yang datar saat ini. Ia tau istrinya kurang setuju. Tetapi mereka harus membalas Budi baik Tuan Robi kepada mereka selama ini.

"Kami selaku orang tua, merasa sangat tersanjung atas kedatangan Tuan dan Nyonya yang ingin melamar putri kami. Iya kan, Mi?" Kali ini, ia meminta persetujuan istrinya.

"I..iya Tuan, Nyonya. Kami merasa sangat terhormat, kalian mau berbesan dengan kami." Lini juga ikut merendah.

"Hanya saja, putri kami ada dua orang. Yang sulung bernama Alin dan yang bungsu bernama Anisa. Yang mau dijodohkan kepada Tuan Muda, siapa?" Tanya Lini.

"Alin tahun ini baru lulus kuliah, sementara Anisa masih mahasiswa semester 6." Ucapnya lagi.

"Tetapi saat ini Alin sedang berada di luar kota dalam waktu yang lama. Hanya Anisa yang berada di Jakarta saat ini." Jelas Abel.

"Sebenarnya kami lebih condong jika Fred berjodoh dengan Alin. Mengingat ia yang sudah lulus kuliah. Tetapi bisa kah Fred memilih jodohnya sendiri?" Tutur Nyonya Rini penuh harap.

"Ya itu tidak masalah. Kapan Tuan dan Nyonya datang bersama Tuan Muda. Kita bisa melakukan video call dengan Alin." Sahut Abel.

Setelah sepakat. Keempat orang tua itu, akan kembali bertemu pada hari Sabtu. Fred juga akan hadir pada saat itu.

Alin yang sedang bekerja di sebuah resort di Bali mendapatkan telpon dari kedua orang tuanya sore itu.

"Halo Pi, Mi, tumben nih pada menelponku?" 

"Memangnya nggak boleh Papi dan Mami menelponmu?" Sergah Nyonya Lini.

"Boleh sih, cuma tumben saja nggak biasanya gitu lho." Ujar Alin.

"Pekerjaanmu disana bagaimana?" Tanya Tuan Abel kepada putrinya.

"Kerjaan ku lancar kok, Pi. Jika kinerjaku bagus bos Zey pasti memberiku bonus yang banyak." Tukas Alin mengingat kebaikan Zey tunangan sang sahabat.

"Syukurlah kalau begitu. Alin, apakah kamu ada rencana menikah muda seperti sahabatmu, Qhansa?" Tanya sang mami hati-hati.

"Lho kenapa memangnya, Mi?" Alin malah balik bertanya.

"Begini nak. Ada seorang pemuda yang ingin berkenalan denganmu. Orang tuanya baru saja datang ke rumah kita. Mereka ingin melamarmu menjadi menantu mereka." Seru Tuan Abel panjang lebar.

"Apa?! Tapi kan aku baru saja tamat kuliah tahun ini, Pi, Mi. Dan aku juga tidak ada niat untuk menikah dalam waktu dekat ini. Aku ingin berkarier dulu Pi. Bisakah kalian menolaknya saja?" Lirih Alin memelas. 

Kedua orang tuanya terdiam sesaat. 

"Begini saja, Nak. Bagaimana kalau kalian berkenalan dulu?" Tawar sang mami lagi.

"Untuk saling berkenalan sih, itu tidak masalah bagiku, Mi. Asal dia mau menungguku 3 atau 4 tahun lagi." Jelas Alin. 

"Mi, Pi, aku matikan dulu ya? Aku ada laporan yang belum selesai aku kerjakan." Ujar Alin menghindar. 

"Pi, bagaimana ini? Alin tidak ada niat menikah dalam waktu dekat." Seru Nyonya Lini khawatir.

"Kita jawab apa sama Tuan dan Nyonya Levin?" Tuan Abel terdiam dan tidak dapat berkata-kata.

Bertepatan dengan itu, Anisa pulang dari kampusnya.

"Selamat sore Mami, selamat sore Papi." Sapanya ramah kepada kedua orang tuanya.

"Kamu baru pulang, Nak?" Tanya sang ayah kepada anak bungsunya.

"Iya nih, Pi. Capek banget banyak tugas kuliah hari ini dari dosen." Letihnya.

"Nisa, Mami mau tanya sesuatu nih sama kamu." Ucap sang mami.

"Mami mau nanya apa, Mi?" Tanyanya polos.

"Pertanyaan Mami ini sangat pribadi. Jadi kamu harus menjawabnya dengan jujur." 

"Iya, Mi. Aku pasti akan menjawabnya dengan jujur. Memangnya Mami mau tanyain tentang apa sih? Aku jadi penasaran." Tuturnya jujur. Tuan Abel juga ikut penasaran dengan hal apa yang ingin istrinya tanyakan kepada anak bungsu mereka.

"Begini, Nisa. Apakah pandangan kamu tentang menikah muda?" Tanya sang mami hati-hati.

"Aku harus jawab jujur kan, Mi?" Sang mami langsung mengangguk cepat.

"Kalau aku ditanya tentang menikah muda. Menurut aku sih, sah-sah saja. Jika seseorang memilih untuk menikah muda." Terang Anisa.

"Maksudnya?" Tanya sang mami dan papi serentak.

"Maksudnya, aku setuju jika seandainya aku menikah muda. Asalkan pria yang melamarku orangnya serius dah mau bertanggung jawab, dan yang pasti sesuai dengan kriteriaku, gitu, Mi." Ujarnya lagi panjang lebar.

"Jadi seandainya ada yang melamarmu saat ini, apakah kamu akan menerimanya?" Selidik Nyonya Lini lagi.

"Jika Papi dan Mami setuju, kenapa nggak? Tetapi aku ingin bertemu lebih dulu dengan sang pria. Aku ingin lihat apa dia sesuai kriteriaku, atau bukan." Serunya lagi.

"Memangnya kenapa, Mi?" Tanyanya lagi.

"Begini Nisa anak rekan kerja papi, ingin berbesan dengan Papi dan Mami. Mereka ingin salah satu dari kalian untuk menjadi menantu keluarga mereka." Seru Tuan Abel menjelaskan. 

"Oh gitu ya Pi?"

"Iya, mereka akan kembali berkunjung hari Sabtu sore." Ucap sang mami.

"Kamu tidak ada kegiatan kan hari itu?"

"Nggak ada kok, Mi." Jawabnya sambil tersenyum.

"Ya sudah, kamu istirahat dulu di kamar." Tutur Nyonya Lini kepada anak bungsunya itu.

Sepeninggal Anisa. Kedua orang tua itu saling pandang.

"Pi, bagaimana jika kita menjodohkan Anisa dengan Nak Fred?" 

"Tapi Mi, perbedaan usia mereka sangat jauh. Anisa masih berumur 20 tahun. Sementara Fred 40 tahun, Mi! Bagaimana itu?" 

"Iya, Pi. Mami juga mikirnya begitu. Tetapi bukankah cinta tidak mengenal usia?" 

"Iya sih, Mi. Tetapi apakah Anisa mau dengan Nak Fred mengingat umurnya yang sudah.40 tahun?"

"Itu yang menjadi masalahnya, Pi. Bagaimana jika kita merahasiakan dulu tentang umur Nak Fred. Biarkan mereka bertemu dulu. Soal yang lain-lain nanti saja kita pikirkan. Dan siapa tau juga Alin tertarik kepada Nak Fred jika sudah melihat wajahnya yang tampan." Keduanya pun sepakat untuk merahasiakan umur Fred kepada kedua putri mereka.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel