Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

BAB. 2 Daddy Fred

"Ada kok! Hanya saja dia sedang sibuk saat ini! Banyak urusan di kantornya." Jawabnya sekenanya.

"Hahaha, kok gue nggak percaya ya?" Seru Shinta.

"Apalagi gue, gue tidak akan percaya tanpa bukti!" Ujar Mona.

Dua temannya yang lain juga terus mendesaknya.

"Kalau memang sugar Daddymu itu nyata! Segera telpon dong. Atau video call, kami ingin melihat bagaimana sih tampangnya?" Ujar mereka antusias.

"Atau jangan-jangan kamu membohongi kita ya selama ini? Ngakunya punya sugar Daddy! Padahal lo berbohong!" Hardik Mona.

Anisa terlihat pucat, ia tidak tau harus bagaimana. Ia melihat sekeliling cafe itu melihat jika ada seseorang yang akan menyelamatkannya. Matanya dan mata Fred tiba-tiba bertemu.

Fred melihat wajah ketakutan gadis yang terus menatapnya dari tadi.

"Ayo Anisa! Hubungi sugar Daddymu!" Kejar dua temannya yang lain.

Fred mulai geram melihat sekelompok mahasiswi yang terus memaksa gadis itu. Mereka mulai bermain kasar dengan menarik tas gadis itu. Ingin mencari ponselnya.

"Dia lagi sibuk! Lagi nggak bisa diganggu!" Seru Anisa sambil mempertahankan tasnya.

"Ayolah, berikan ponselmu, dia pasti tidak akan marah jika kamu menghubunginya sebentar!" Seru Shinta mulai marah. Karena ia sangat yakin jika Anisa berbohong tentang sugar daddynya.

Fred sudah tidak tahan lagi. Ia segera menuju meja para mahasiswa itu saat melihat jika teman-temannya mulai menarik rambutnya.

"Hentikan tindakan kalian!" Hardiknya marah.

Semua mata menuju ke asal suara yang menggelar itu.

"Dad.., Daddy." Ujar Anisa lalu melangkah menuju ke arah Fred dan berlindung di belakangnya.

Ia lalu berbisik pelan.

"Tu..tuan, tolong selamatkan saya." Lirihnya.

Fred segera meraih tangan Anisa dan menggenggamnya erat. 

"Wah.., Om sangat tampan!" Seru Mona sambil mulai bergelayut manja di lengan Fred.

"Lepaskan tangan kotormu dari lenganku!" Hardik Fred marah.

"Ma..maaf, Om!" Lirih Mona takut.

"Silakan duduk, Om." Sapa Shinta ramah.

Kedua temannya yang lain juga ikut mempersilakan Fred duduk. Namun ia tetap berdiri. Tetapi saat Anisa yang menyuruhnya untuk duduk, Fred baru mau untuk duduk.

"Kita duduk dulu, Dad." Ujarnya lalu menarik pelan tangan Fred.

"Apa kamu yakin mau bergabung dengan mereka?" Ketus Fred.

"Sebentar saja ya, Dad." Serunya lembut. Lalu keduanya pun duduk.

"Jadi Om adalah sugar Daddynya, Anisa?" Tanya Shinta penasaran.

"Jadi gadis ini bernama Anisa?" Gumamnya dalam hati.

"Ya!" Jawabnya singkat.

"Om, kita-kita belum pada lunch nih, Om boleh nggak mentraktir kita?" Seru yang lainnya.

Fred melirik Anisa meminta persetujuan. Anisa menggangguk lagi.

"Baiklah, kalian bisa pesan apa pun yang kalian mau. Tetapi saya hanya ingin makan satu meja dengannya." Ujar Fred lagi.

"Oh, tidak masalah Om. Om kan sugar daddynya Anisa jadi semua terserah om saja." Seru mereka. Lalu Fred pun beranjak berdiri dan kembali menggenggam tangan Anisa untuk mengikutinya di meja lain.

"Tu..tuan," lirih Anisa saat mereka sudah duduk terpisah dengan yang lainnya.

"Stop! Jangan bicara dulu. Pantang bagi saya berbicara di meja makan. Kita habiskan makan siang kita dulu." Ujar Fred tajam.

"Ba..baik, Tuan." Seru Anisa takut karena aura Fred yang mulai gelap.

Setelah keduanya selesai makan. Anisa memilih diam. Fred terlihat sibuk dengan ponselnya. Ia beberapa kali dihubungi oleh para kliennya. Tanda protes mereka karena Fred yang membatalkan meeting tanpa alasan yang jelas.

Fred masih tetap dengan ponselnya. Sementara tinggal ia dan Fred yang ada di kafe itu. Teman-temannya baru saja pamit pulang karena memang hari sudah menjelang sore saat ini.

Fred menyudahi panggilannya. Dan kembali menatap tajam ke arah Anisa.

"Ma..maaf Tuan, kok Tuan menatap saya seperti itu?" Gugupnya.

"Kamu masih berani bertanya kenapa saya seperti ini?" Anisa mengangguk pelan.

Fred menyodorkan total bill yang harus ia bayar kepada Anisa.

Anisa menerima bill itu, matanya hampir terbelalak keluar dari tempatnya saat tau total tagihan makan siang teman-temannya.

"Ma..mafkan saya Tuan. Saya telah melibatkan Anda dalam masalah saya." Ucapnya sambil menangis.

"Lho, kamu kok malah menangis?" Fred langsung kaget dengan reaksi Anisa yang malah menjadi menangis dihadapannya.

Ia segera menyodorkan sapu tangannya kepada gadis itu.

"Segera hapus air matamu. Aku paling tidak suka melihat perempuan menangis!" Hardiknya.

"Ma..maaf, Tuan." Anisa menerima sapu tangan itu dan mulai menyeka air matanya.

"Katakan! Kamu kenapa menangis!" Free kembali menatap tajam ke arah Anisa.

"Sa..saya menangis karena saya tidak ada uang untuk membayar makan siang teman-teman saya, Tuan. Maafkan saya." Serunya lagi sambil kembali menyeka air matanya.

"Kamu tidak perlu membayarnya, tetapi kamu harus mengikuti keinginan saya!" Tegas Fred.

"Apa yang harus saya lakukan, Tuan?" Tanyanya penasaran.

"Kamu hanya berpura-pura menjadi kekasih saya di depan semua orang, bagaimana?" Ucap Fred menatap penuh selidik ke arah Anisa.

"Ma..maaf Tuan, saya tidak mau berhubungan dengan pria beristri." Lirihnya.

"Hahahaha, tetapi tadi di depan teman-temanmu, kamu mengatakan jika kamu memiliki seorang sugar Daddy? Apakah itu benar?" Selidiknya lagi.

"Sa..saya berbohong Tuan. Saya tidak pernah memiliki kekasih, apalagi memiliki seorang sugar Daddy." Serunya jujur.

"Jadi kamu kok berbohong kepada teman-temanmu?" 

"Saya terpaksa, karena mereka tidak mau berteman dengan saya jika saya tidak memiliki seorang sugar Daddy." Lirihnya.

"Hahaha, Anda sangat lucu Nona. Bagaimana jika teman-teman Anda suatu saat bertemu denganku dan mereka mengetahui yang sebenarnya. Apakah kamu tidak takut kembali di bully oleh mereka?" Tanya Fred lagi. Ia sengaja menakut-nakuti Anisa untuk memuluskan aksinya. 

"Pikirkan tawaranku, Nona dan lagi, saya akan membayarmu mahal!" Serunya lagi.

"Sa..saya tidak butuh uang Anda, Tuan! Orang tua saya masih sanggup membiayai hidup saya!" Tuturnya balas menatap Fred dengan tajam.

"Hahahaha, menarik! Sungguh menarik!" Tukas Fred. 

Ia mulai tertarik dengan gadis di depannya ini. Sifatnya mirip sekilas dengan Hera, gadis impiannya dulu.

Demi untuk memuluskan rencananya, Fred mengeluarkan kartu identitasnya.

"Ini KTP saya, baca dan cermati baik-baik." Ucapnya.

Anisa mengambil KTP Fred yang ia letakkan di atas meja. Ia membaca informasi yang ada di dalamnya.

"Ja..jadi Anda, masih lajang, Tuan?" Ujarnya tidak percaya.

"Yap! Usiamu berapa tahun? Tanya Fred kepada Anisa.

"Sa..saya masih 21 tahun, Tuan." Jawabnya.

"Tu..tuan, saya setuju menjadi pacar, Anda!" Serunya yakin sambil tersenyum.

Anisa yang memang menyukai pria dewasa, seperti mendapatkan durian runtuh saat mengetahui jika Fred adalah seorang pria lajang.

"Bagaimana, Tuan? Apakah Anda menerima tawaran saya?" Tanyanya penuh harap.

"Tunggu dulu, saya mau bertanya satu hal, kenapa kamu tiba-tiba berubah pikiran?" Selidik Fred.

"Aku berubah pikiran, karena Tuan masih lajang. Dan aku juga memang tertarik dengan pria dewasa.

 Tuan bisakah aku memanggilmu dengan sebutan, 'Daddy Fred?' 

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel