Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 4 Terkejut Bukan Main

Resepsionis itu bernama Putri dan sudah bekerja selama dua tahun di perusahaan tersebut. Adapun rekannya bernama Linda dan sudah lebih dulu bergabung di sana. Putri amat tercengang setelah mendengar apa yang diutarakan oleh Okan barusan setelah menyebut nama orang tua yang dia cari sejak tadi. Putri tak segera membalas ujaran Okan barusan dan justru menoleh pada Linda yang kini terpaku dengan mata seakan lupa berkedip. Menyadari Linda terkejut juga adalah tanda kalau rasa curiga mengisi hati mereka, termasuk tak percaya.

"Jadi Papa Okan namanya Ozil?" Anggukan yakin diberikan oleh Okan sebagai tujuan bahwa tak ada yang bisa membantah kalau itulah nama papanya.

Setelah itu, Putri kembali beradu pandang dengan Linda yang sesekali menatap ke arah pintu masuk sekiranya ada tamu yang datang serta butuh bantuan.

"Apa kau dengar ucapannya barusan?" ucap Putri memastikan kalau Linda mendengar Okan yang berbicara.

"Tentu saja, Put, dan hanya ada satu orang dengan nama itu di perusahaan," balas Linda menatap serius pada Okan yang masih berdiri memperhatikan sekeliling dan sesekali takjub dengan keadaan lobi di mana ada sebuah layar TV berukuran besar.

"Lantas, apa kau percaya dengan ucapan Okan kalau orang tuanya bernama Ozil? Kita salah dengar atau memang Okan adalah anak Pak Ozil, Lin?" Pertanyaan itu terdengar yang menggambarkan rasa bingung melanda hati Putri di mana sesekali mereka menatap bersamaan pada Okan.

Amat jelas mereka melihat sosok anak kecil nan tampan dengan kulit putih pertanda dia dirawat dengan baik. Seketika itu juga mereka merasa curiga kalau bisa saja Ikan adalah anak dari seorang pria bernama Ozil.

"Tante, tahu tidak dengan Papa Okan? Okan mau ketemu sudah kangen!" ucap Okan lagi yang sudah mulai jenuh karena Putri justru berbisik dengan Linda.

"Tentu saja kami kenal, Sayang. Hanya saja kau harus menunggu karena Papa sedang sibuk."

"Ah, lama. Okan sudah bosan mau ketemu, Tanteeeeeeee!" Okan merajuk kini karena merasa sulit bertemu dengan Ozil.

Bersamaan dengan itu terlihat karyawan perusahaan semakin ramai dan menuju arah kantin untuk menikmati makan siang. Okan melihat penuh saksama dan ingat kalau dia berjanji menunggu Juki yang ke toilet. Tanpa berkata lagi, Okan segera berlari menuju kantin diikuti Putri yang berteriak.

"Okan, mau kemana?" teriak resepsionis itu karena melihat Okan yang berlari menuju kantin. Namun, dia tak mengejar Okan dan sadar kalau waktunya istirahat.

"Biarkan saja, Put. Dia tak sendiri di sana dan sebaiknya kau istirahat dulu!" seru Linda singkat.

"Ya sudah, aku istirahat dulu, ya, Lin. Aku mau kejar Okan juga takut buat rusuh di kantin. Iya, jangan katakan pada siapapun tentang pengakuan Okan tadi atau kita akan kena masalah," terang Putri sekadar mengingatkan Linda agar tutup mulut. Tanpa sungkan Linda mengangguk karena tahu resiko yang mereka terima jika ujaran Okan tersebar.

Sedangkan di kantin Juki sudah kembali dari toilet dan terkejut setelah menemukan bahwa tak ada Okan di tempat semestinya. Namun, tas punggung masih berada di meja beserta makanan yang dibawa olehnya untuk diserahkan pada Ozil. Mata Juki menatap sekeliling kantin di mana tak ada sosok anak kecil dan perlahan satu demi satu karyawan masuk karena jam istirahat sudah tiba. Juki menggaruk kepalanya yang mendadak gatal karena tak tahu keberadaan Okan saat ini dan cemas membuat masalah.

"Kemana perginya anak itu? Bisa repot urusan kalau dia buat masalah!" gumam Juki yang kebingungan dengan Okan karena tak terlihat.

Juki tak berdiam diri dan menyisir keadaan kantin dan tak nampak sosok anak kecil. Selain itu, dia juga sadar tak mungkin ada anak kecil di perusahaan karena bukan taman bermain. Juki sadar kimi kalau sudah melanggar peraturan yang berlaku di perusahaan karena tidak boleh membawa anak kecil. Berulang kali Juki menggaruk kepalanya karena semakin gatal hingga tiba-tiba terdengar suara yang memanggilnya.

"Bang Juki, sedang apa di sana? Mana makanan untuk Pak Ozil?" Juki menoleh dan menemukan Rini sedang berjalan menghampiri dirinya. Rasa lega dirasakan Juki karena satu urusan segera beres.

"Kenapa kau lama sekali dan malapetaka sudah terjadi!" ucap Juki seraya melangkah dan diikuti Rini yang kebingungan bersama kening berkerut. Akhirnya langkah mereka terhenti dan segera Juki mengambil pesanan Ozil untuk diserahkan pada Rini.

"Malapetaka apa, Bang? Kau punya masalah?" balas Rini setelah menerima kantong plastik hitam berisi makanan. Namun, Juki justru menggaruk kepalanya dengan mata menatap sekeliling.

"Aku datang bersama anak kecil dan dia hilang entah kemana. Tuh, lihat, hanya ada tas sekolahnya saja!" terang Juki dengan wajah gusar di mana Rini menatap meja dan sebuah tas tergeletak. Matanya memicing karena ingat betul bahwa Juki tak memiliki anak kecil, lalu berkomentar.

"Abang ke sini bawa anak siapa? Kenapa bisa hilang dan memang Abang kemana?" tanya Rini masuk akal dan dibalas helaan nafas.

"Aku habis dari toilet karena kebelet dan saat kembali Okan sudah tak ada. Mau lapor ke resepsionis, nanti heboh! Kau tolong bantu aku menemukannya!" balasnya lagi menceritakan fakta yang ada serta meminta bantuan.

"Paling juga dia muter-muter, Bang! Ya sudah, aku antar makanan ini untuk Pak Ozil dulu, ya. Setelah itu aku bantu cari!" ucap Rini yang sudah paham dan tak banyak tanya. Sebelum dia melangkah, Juki berujar lagi.

"Okan pakai baju sekolah dan sengaja ke sini mau bertemu Ozil!" Itulah kalimat singkat yang diutarakan Juki mengenai alasan Okan ikut dengannya. Sontak, Rini menahan langkah untuk beranjak karena kalimat barusan membuatnya bingung sekaligus penasaran.

"Apa, Bang? Anak itu mau ketemu Pak Ozil?" Anggukan diberikan Juki, sedangkan Rini sudah tahu kalau hubungan Ozil dan Juki cukup dekat sehingga tak menggunakan panggilan hormat seperti dirinya. Namun, Rini semakin penasaran apa yang menjadi sebab Okan ingin bertemu Ozil, sedangkan dia baru pertama kali mendengar ada anak kecil mencarinya. Mendadak Rini termenung bersama pikiran aneh mengisi kepala. Baginya terasa janggal karena seorang pria yang dihormati di perusahaan justru dicari anak kecil dengan seragam sekolah.

"Memangnya anak itu siapa, Bang? Ada urusan apa juga Pak Ozil dengannya? Minta bayaran sekolah?" Rini hanya menebak demi mencari tahu tentang tujuan Okan bertemu Ozil. Namun, hal itu justru membuat Juki kesal karena Rini harus membantunya lebih dulu untuk menemukan Okan yang dikenal genit. Ya, Juki curiga kalau Okan sedang berulah karena sempat mengatakan ingin melihat perempuan cantik di perusahaan berdasarkan informasi dari Juki.

"Aduh, Rin! Lebih baik kau cepat antar makanan itu ke Ozil dan segera bantu aku mencari Okan karena dia harus pulang!"

Sadar kalau ada tugas penting yang belum dikerjakan, secepatnya dia bergegas untuk meninggalkan Juki sendirian di kantin bersama kebingungannya atas kepergian Okan yang entah kemana. Namun, dia tak tinggal diam karena Juki kembali melangkahkan kaki untuk meninggalkan kantin demi mencari Okan.

Tak butuh waktu lama bagi Rini untuk sampai di depan pintu dari sebuah ruangan yang selama ini dihuni oleh Ozil. Rini tentu bertemu dengan sekretaris bernama Lola yang segera menuju kantin untuk makan siang. Sebelum mengantarkan makanan terlebih dahulu Rini mengetuk daun pintu sebanyak dua kali disusul mendaratkan tangan kiri pada gagang pintu, lalu mendorong perlahan. Ketika pintu dibuka tercium aroma ruangan tersebut yang begitu khas dan selama ini tak pernah berubah karena Ozil melarang untuk diganti. Bahkan, ruangan itu terasa begitu nyaman karena amat rapi dan ada pohon hias di beberapa sudut. Tak lupa Rini menutup pintu hingga rapat dan melangkahkan kaki untuk mempersiapkan segala sesuatunya. Adapun Ozil sedang berdiri di dekat jendela menatap keluar gedung. Keadaan di luar cukup mendung pertanda sebentar lagi akan hujan. Kedatangan Rini tentu disadari oleh Ozil yang menoleh ke arahnya disusul suara Rini terdengar.

"Maaf, Pak, saya datang terlambat!" ucap Rini yang sadar diri kalau kehadirannya di ruangan cukup lambat dari biasanya. Namun, Rini berusaha secepat mungkin mempersiapkan makanan yang dibawa oleh Juki dengan mengambil piring yang ada di sebuah minibar kecil di pojok ruangan.

"Apakah Juki datang terlambat?" balas Ozil sambil melangkahkan kaki untuk menghampiri Rini.

"Bang Juki tidak terlambat, Pak. Hanya saja saya tak melihatnya ketika datang ke kantin dan rupanya dia sibuk mencari seorang anak kecil yang datang bersamanya," sahut Rini enteng. Ozil telah mendudukkan tubuhnya di sofa dan menatap pada Rini yang berada di hadapannya, lalu menyodorkan makanan yang sudah siap untuk disantap. Seketika mereka beradu pandang di mana Rini menemukan wajah Ozil yang terlihat bingung.

"Anak kecil siapa maksudmu? Sejak kapan perusahaan mengijinkan anak kecil masuk?" tanya Ozil merasa tak salah dengar dengan ucapan Rini barusan dengan kening berkerut.

Dia tentu tahu kalau ada peraturan yang mengatakan kalau semua karyawan dilarang membawa anak kecil. Namun, Rini hanya menyampaikan apa yang didengar dan menghela nafas seakan menyimpulkan bahwa Juki akan terkena masalah. Dalam hati dia pun sebenarnya masih bingung siapa yang dia bawa oleh Juki karena belum bertemu.

"Namanya Okan, Pak. Dia tak ada di kantin ketika Bang Juki kembali dari toilet."

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel