Bab 2 Menanti
Hari terus berlalu dan sudah dua minggu Okan tak bertemu dengan Ozil, meskipun dia selalu datang ke taman itu. Namun, dia tak pernah menemukan Ozil di sana. Bahkan, dia tetap menunggu hingga taman itu sepi karena ditinggal oleh pengunjungnya. Adapun Mbak Nining tentu sudah merayu Okan untuk segera pulang karena Ozil tak kunjung datang ke taman itu. Namun, Okan tetap bersikeras dan menunggu sampai Ozil datang. Dengan susah payah Mbak Nining terus merayu Okan untuk pulang karena tak mungkin meninggalkan sendirian di sana.
Di saat dia masih menunggu dengan setia kehadiran Ozil, tiba-tiba datang seorang tukang parkir yang biasa bersama dengan Ozil karena sering terlihat mengobrol dan beberapa kali ditemui oleh Okan. Dengan sigap, dia bangun dari duduknya di sebuah kursi dan berteriak sekuat tenaga memanggil orang tersebut yang melintas tak jauh dari posisinya duduk.
"Om Jukiiiiii ... tungguiiiiiiiiiin!" teriak Okan sekuat tenaga sambil berlari menuju Juki yang terkejut dan menoleh ke arahnya.
"Okan!" gumam Juki kaget yang melihat masih ada Okan di saat taman sudah sepi.
Akhirnya Okan tiba di depan Juki yang menghentikan langkah dan kini berhadapan dengannya dengan nafas terengah karena menghampiri sambil berlari di mana di belakangnya Juki melihat ada Mbak Nining yang setia menemani dan terlihat berjalan tergesa .
"Kenapa Okan belum pulang? Dari tadi di sini?" tanya Juki di mana dia tak melihat Okan ada di taman itu.
"Belum. Okan lagi tunggu Papa Ozil. Dia belum datang dan pasti datang!" Itulah jawaban yang diberikan oleh Okan yang akhirnya diketahui oleh Juki di mana dia terlalu sibuk sejak tadi hingga tak bisa menyempatkan diri untuk bertemu dengan Okan. Selain itu, posisinya tadi berada di sisi lain taman tersebut.
"Tunggu Papa Ozil? Untuk apa? Dia tidak akan datang," jawab Juki yang seketika membuat Okan tercengang. Begitu pula dengan Mbak Nining yang ikut mendengar ucapan tersebut.
"Kenapa begitu? Memang Papa Ozil lagi marahan sama Okan, ya, Om. Okan tak nakal, kok, cuma sikit lihat cewe lewat yang kedip-kedip mata," papar Okan yang membocorkan sikap genitnya dan sudah diketahui oleh Juki serta kerap dilihat langsung. Adapun alasan kenapa Okan mengutarakan hal tersebut karena Ozil pernah menasehati Okan untuk tidak bersikap genit pada teman wanitanya. Namun, kenyataannya nasehat itu tak pernah ditanggapi oleh Okan dan kini diakui sebagai kenakalannya dan merasa Ozil sedang marah terhadapnya sehingga tak datang menemuinya di taman.
"Apa Papa Ozil marah karena Okan genit sama cewek, Om? Okan sudah kangen berat ingin bertemu," sambung Okan lagi mengutarakan perasaan rindu yang amat sangat dia rasakan terhadap Ozil di mana sudah beberapa minggu dia tak bertemu dan selalu menunggu dengan setia di taman itu. Apa yang dilakukan Okan tentunya diketahui oleh Juki serta beberapa orang lainnya yang kerap berbincang dengan Ozil dan Okan ketika akhir pekan. Mendengar kesedihan yang begitu terlihat di wajah Okan, Juki menarik nafas dalam dan menghembuskannya perlahan diikuti lirikan mata terhadap Mbak Nining yang ikut menghela napas mendengar penuturan sedih Okan. Terlihat dia menggerakkan kakinya ke aspal hingga terdengar suara gesekan sepatu. Belum lagi bibir lucunya yang manyun dan membuat Juki ingin sekali mencomot bibir lucu tersebut.
"Siapa bilang Papa Ozil marah pada Okan?"
"Terus kenapa Papa Ozil tak datang menemui Okan di sini. Pasti marahan. Iyakan, Om?" serunya lagi yang merasa yakin bahwa Ozil sedang marah terhadapnya sehingga tidak mau bertemu.
Akhirnya Juki pun berjongkok untuk menyamakan tinggi badan dengan Okan sebelum dia meneruskan kembali kata-kata ampuh demi menenangkan hati Okan yang saat ini sedang gundah. Keresahannya ini sangat dimaklumi oleh Juki karena tahu pasti bahwa hubungan keduanya begitu dekat dan saling menyayangi. Selain itu, Okan teramat sangat menyukai Ozil dan menemukan sosok seorang ayah pada dirinya dan tak segan memanggilnya dengan sebutan Papa, sehingga banyak orang yang menyangka bahwa Okan adalah putranya.
"Dengarkan Om Juki bicara. Papa Ozil tak marah pada Okan. Dia sedang sibuk dengan pekerjaannya sehingga tak bisa datang ke sini. Jadi, Okan tak perlu risau serta sedih Apalagi berpikir kalau Papa Ozil sedang marah karena itu tak benar." Dengan suara terdengar lembut dan mengucapkan kata demi kata secara perlahan demi menenangkan hati Okan, Juki menerangkan apa penyebab sehingga Ozil tak datang ke taman itu selama ini.
"Benarkah? Om Juki tahu dari mana? Pasti lagi sebar hok!" jawab Okan tak percaya.
"Apa itu hok?" Bingung Juki tidak mengerti kata yang diucapkan oleh Okan dan kerap mengatakan kalimat yang sulit dimengerti serta membuatnya kebingungan selama ini.
"Om Juki norak. Masa tak mengerti hok. Pasti sekolahnya makan rayap jadinya tak paham, hihihi ...." Begitulah hinaan yang terdengar dan begitu ringan dilontarkan oleh Okan serta ditujukan untuk Juki. Matanya seketika membulat karena terkejut karena sedang dilecehkan oleh anak berusia enam tahun yang begitu menjengkelkan dan membuatnya ingin menjitak saat ini.
"Sabar, Juk, sabar. Kalau saja tak ada Mbak Nining, sudah kukarungi anak ini dan yakin kalau ginjalnya pasti laku keras kalau dijual!" ucap Juki merasa gemas sambil menoel dagu Okan yang terlihat berlipat karena tubuhnya cukup gemuk.
Namun, ucapan seperti itu justru dianggap lucu oleh Okan yang kini mengukir senyum lebar di mana gigi ompong bertambah lagi.
"Om tak bohonglah. Papa Ozil memang sedang sibuk dengan pekerjaannya sehingga dia tidak bisa datang ke sini," ucap Juki lagi yang memperjelas ucapannya dan berharap kali ini dipercaya oleh Okan.
Kali ini terlihat wajahnya ditekuk karena merasa kecewa mendengar Ozil yang sedang sibuk dengan pekerjaannya. Okan terdiam di mana dia mengingat kalau ibunya selalu berangkat kerja tiap hari.
"Ooooh ... jadi Papa Ozil Pergi kerja juga seperti Mama," ocehnya terdengar pelan dan tanpa ragu diberi anggukan oleh Juki setelah menatap pada Mbak Nining yang mengangguk.
"Benar, makanya Okan tak usah cemas dan berpikir Papa Ozil marah. Kalau sudah tak sibuk dia pasti akan datang lagi ke taman dan bisa bermain dengan Okan seperti biasa," kata Juki yang menambahkan ucapan untuk memberikan nasehat kecil bagi Okan agar mengerti dan tidak salah paham.
Akhirnya Juki bangun dari posisinya berjongkok dan berdiri menjulang di hadapan Okan yang tak menimpali kini. Namun, belum sempat Juki beranjak dari sana, tiba-tiba Okan kembali berujar sambil menarik ujung kaos hitam yang dikenakan oleh Juki.
"Om Juki tau tak di mana Papa Ozil kerja?" tanya akan yang terdengar jelas kalau saat ini dia sedang menanyakan di mana Ozil bekerja.
"Tentu saja tahu!"
"Benarkah?"
"Iya, soalnya Om Juki pernah beberapa kali datang ke sana karena Papa Ozil minta dibelikan nasi padang kesukaannya," sahut Juki apa adanya karena memang dia beberapa kali datang ke kantor untuk mengantarkan apa yang dipesan oleh Ozil lewat Juki yang dengan senang hati mengantarkan.
Maka, senyum lebar terlihat jelas di wajah Okan seolah dia menemukan sesuatu yang luar biasa. Maka, tanpa buang waktu Okan langsung berujar lagi.
"Anterin Okan ke sana, yuk, Om!"