Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

4. Lost Her Panties

Chapter 4

Pesta perjamuan berlangsung mewah dan meriah. Paris mulai lelah berdiri di atas sepatu tingginya mendampingi Arsen menyapa teman-temannya. Saat seorang pria yang ia kenal kenal sebagai salah satu pejabat penting di Perancis mendekati Arsen, Paris segera mengambil kesempatan. Setelah menyapa dan berbasa-basi sebentar Paris berbisik kepada Arsen meminta persetujuan Arsen untuk menikmati waktunya sendiri dengan dalih ingin memakan beberapa potong kue.

Paris tidak berbohong, ia memang menginginkan beberapa potong kue yang tampak manis tersusun rapi di atas meja. Ia memilih beberapa yang ia anggap menarik lalu menikmatinya di dalam mulutnya. Tiba-tiba seorang pria berperawakan tinggi tegap dan tentu saja tampan menghampirinya.

"Paris," sapa pria itu.

Paris dengan anggun menoleh ke arah sumber suara, ia melemparkan senyum manis yang paling manis dari bibirnya. "Hai."

Paris menyapa pria itu tanpa berniat menyebutkan namanya pria itu. Yang jelas Paris tidak tahu siapa nama pria itu, terlalu banyak pria di kota ini mengenalinya tetapi ia tidak pernah ambil pusing apalagi harus mengingat nama pria yang mengenalinya. Menurutnya itu sama sekali tidak penting, sangat tidak penting. Sudah terlalu banyak pria yang hadir dalam hidupnya

"Apa kau tidak ingat namaku?" Pria itu menaikkan sebelah alisnya. Sepertinya ia bisa membaca pikiran Paris yang tidak mengingat namanya.

"Oh, maafkan aku. Aku hanya ragu-ragu menyebutkan namamu karena terlalu banyak pria tampan sepertimu di dunia ini," ucap Paris.

Jika orang lain tahu Paris bermulut pedas, itu hanya berlaku kepada sugar baby yang telah selesai berurusan dengannya. Ia tidak pernah bermulut kasar dan pedas di luar itu, justru sangat manis, lembut dan memabukkan di depan para pria kaya.

"Aku Shane, suami Rachel, sahabatmu," kata pria itu memberitahu siapa dirinya.

Paris membelalakkan matanya yang indah. Itu benar-benar refleks karena ia tidak menyangka suami Rachel masih muda, tampan dan tidak mungkin jika pria itu tidak kaya.

"Oh, kau suami Rachel, Astaga. Wah... maksudku... aku sedikit tidak pandai mengingat nama-nama orang dan wajahnya karena aku... karena aku jarang keluar dari rumah, aku hanya berdiam diri di rumah. Itu membuat otakku sedikit melemah, maafkan aku," kata Paris dengan nada penuh sopan santun dan lemah lembut.

"Lupakan, tidak masalah. Itu bagus, memang seharusnya begitu, wanita yang telah bersuami tidak baik terlalu sering keluar rumah," kata Shane sambil meletakkan gelas anggur di tangannya ke atas meja.

Paris hanya tersenyum simpul menanggapi ucapan Shane.

"Di mana suamimu?" Shane bertanya, diam-diam ekor matanya melirik ke bagian dada Paris yang terbuka.

"Oh, suamiku sedang berbicara dengan kliennya," jawab Paris dengan nada sangat sopan.

"Dan membiarkan istrinya yang cantik ini sendirian memilih makanan?" Shane menaikkan sebelah alisnya.

Paris melebarkan senyum di bibirnya. "Itu sama sekali bukan masalah, ini hanya masalah kecil," katanya.

"Aku menyukai wanita cantik yang pengertian," ucap Shane dengan nada menggoda.

Shane diam-diam tampak menatap wajah Paris, tatapannya fokus di bibir ranum Paris lalu turun ke leher jenjangnya dan semakin turun ke dasar Paris yang terbuka lebar. Pria itu menelan ludahnya sendiri.

Paris tak kalah jeli, diam-diam ia juga melirik ke mana arah ekor mata Shane mengarah. "Oh iya, omong-omong di mana Rachel? Aku tidak melihatnya." Ia berusaha mengalihkan fokus Shane.

"Kebetulan ia memiliki acara bersama keluarganya," jawab Shane nyaris tergagap.

"Ah, sayang sekali. Seharusnya aku bisa bertemu dengannya di sini," kata Paris dengan nada kecewa.

Konsentrasi Shane tampak terbagi. Ia hanya mengaggukkan kepalanya dengan gerakan canggung.

"Sepertinya aku harus menggunakan toilet. Shane, sampai jumpa," ucap Paris seolah ia mengakhiri perbincangan mereka.

Paris meletakkan piring kue yang ada di tangan kanannya kemudian ia melenggang menuju toilet wanita. Ia berdiri di depan wastafel untuk mencuci kedua tangannya sambil mengawasi wajahnya sendiri di cermin. Sudut bibirnya mengulas senyum licik.

Setelah mencuci kedua tangannya ia mendekati tempat pengering tangan, tiba-tiba sebuah lengan melingkar di pinggangnya Paris. Tidak lama kemudian Paris diseret tanpa perlawanan dan di bawa masuk ke dalam salah satu toilet.

***

"Sayang," erang paris sambil bibirnya mencumbu bibir Arsen di dalam mobil yang dikemudikan oleh Dargon.

Arsen memberikan apa yang Paris minta, ia membelai bibir Paris menggunakan bibirnya, memasukkan lidahnya untuk membelai lidah Paris yang lembut dan hangat.

"Aku ingin kau menciumku di tempat yang lain," erangnya dengan nada memohon.

Arsen menangkup wajah istrinya menggunakan kedua telapak tangannya. "Berapa banyak anggur yang kau minum, Sayang?"

Paris menatap bibir Arsen dengan tatapan penuh gairah, ia tidak menghiraukan pertanyaan Arsen. Ia mendaratkan bibirnya di bibir Arsen mengisapnya seolah hanya bibir Arsen yang mampu menuntaskan rasa dahaganya. Paris sama sekali tidak mabuk, ia tidak meminum anggur setetes pun, ia menginginkan belaian lidah Arsen di tempat pribadinya karena Shane menggodanya di sana dan Paris demi menjaga citranya sendiri ia menolak Shane untuk melanjutkan.

Tidak pantas melakukan di toilet! Shane harus melakukan di tempat yang sepantasnya jika ingin bercinta dengannya.

"Arsen, aku ingin dirimu sekarang," erang Paris.

Arsen membelai wajah istrinya. "Kita akan melakukannya nanti setelah kita tiba di rumah," katanya dengan nada membujuk.

"Arsen, aku tidak tahan lagi...."

"Ada Dargon di sini, sayangku," bisik Arsen.

"Apa pedulinya...."

"Sayangku, bersabarlah." Arsen membujuk istrinya kembali.

"Aku ingin kau menciumku di sini," rengek Paris.

Paris beringsut ke pangkuan Arsen, ia meraih telapak tangan Arsen dan menuntunnya menuju daerah sensitifnya.

Arsen menghela napasnya, ia tidak pernah menyangka jika Paris benar-benar liar. Awalnya ia terkejut tetapi seiring berjalannya waktu ia memahaminya dan Arsen pun hanya bisa menuruti apa keinginan Paris. Telapak tangannya menyusup di antara kedua paha paris tetapi ia terkejut karena ia menemukan Paris tidak mengenakan pakaian dalam.

"Di mana pakaian dalammu?"

Paris terkesiap, ia nyaris terkejut tetapi ia dengan sangat lihai menyembunyikannya. Ia tidak ingat di mana ia meletakkan pakaian dalamnya, mungkin saat Shane menarik pakaian dalamnya, pria itu membuangnya ke dalam tempat sampah di dalam toilet. Shane menggodanya hingga ia hampir tidak mampu bertahan, itulah sebabnya Paris menghentikan Shane lalu ia keluar dari dalam toilet dan mencari suaminya. Merengek dengan manjanya mengajak Arsen meninggalkan pesta perjamuan meski waktu masih panjang. Dari pada berada di dalam pesta dengan denyutan nakal yang menghantui bagian bawah perutnya lebih baik ia bercinta di rumah bersama suaminya. Setidaknya itu bisa mengobati rasa yang menyiksanya.

"Aku tidak sengaja membasahinya, aku membuangnya," ucapnya. Begitu ringan seringan jaring laba-laba.

Bersambung....

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel