Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

3. Woman on Top

Chapter 3

Penuh sandiwara, itulah Paris.

"Sayang...!" seru Paris seraya melangkah cepat menghampiri suaminya lalu menghambur ke dalam pelukan Arsen. "Sayang, kau ada di rumah rupanya. Kau kembali begitu cepat, apa hari ini ada acara khusus?" tanya Paris dengan nada manja yang mampu membuat Arsen benar-benar bisa meleleh di kakinya hanya dengan mendengar Paris memanggil namanya.

"Dari mana saja kau?" Arsen memeluk istri kesayangannya lalu menghadiahkan ciuman kecil di pelipis Paris dengan penuh kasih sayang.

Paris menggeliat dalam pelukan Arsen, ia sedikit mendongakkan kepalanya untuk menatap wajah suaminya dengan tatapan khasnya yang nakal. "Aku hanya pergi makan bersama teman-temanku," jawabannya dengan manja.

"Oh, ya? Apa yang kalian makan tadi siang?"

"Aku hanya makan satu piring salad," jawab Paris dengan nada tidak berminat membahas apa yang ia makan. Yang jelas tadi siang ia makan di sebuah restoran bersama teman sosialitanya yang lain. Setelah itu pergi bersama Kazuma.

"Malam ini kita harus menghadiri pesta perjamuan," kata Arsen memberitahu istrinya.

Tangannya dengan gerakan lembut membawa sejumput rambut paris ke belakang telinganya. Samudra matanya yang berwarna biru menatap Paris penuh kasih sayang.

"Kenapa mendadak sekali?" tanya Paris dengan nada protes. Namun, ia sama sekali tidak bertanya pesta apa yang akan mereka hadiri.

Arsen meraih pinggang Paris lalu mereka berjalan beriringan menuju kamar mereka. "Aku telah menyiapkan gaun untuk kau kenakan malam ini," katanya.

Paris menghentikan langkahnya, ia tersenyum manis kemudian mengecup sebelah pipi suaminya. "Terima kasih, sayangku. Aku yakin gaun itu sangat indah."

Wajah Arsen tampak berseri-seri, istrinya sangat patuh dan manis di matanya. "Kau lebih indah dari gaun itu."

"Kau selalu mengerti keinginanku, aku sangat beruntung memiliki suami sepertimu." Suara Paris terdengar begitu manis. Arsen memang selalu mengerti selera Paris, setiap kali hendak menghadiri acara pesta Paris hanya tinggal duduk manis orang-orang suruhan Arsen mendandaninya dengan sempurna sesuai instruksi Arsen.

"Akulah yang beruntung memilikimu, kau sangat cantik, sayangku. Aku memujamu," ucap Arsen.

"Aku menyukai caramu memujaku dan aku pun tidak bisa hidup tanpamu, suamiku," ucap paris.

Faktanya, Paris menyeringai di dalam benaknya. Iya hanya tidak bisa hidup tanpa uang dari Arsen.

Sementara Arsen selalu terbius oleh ucapan Paris, ia segera meraih telapak tangan istrinya menghadiahkan kecupan manis di ujung jemari Paris. Menatap Paris dengan penuh kekaguman lalu menggendongnya ala bridal style memasuki kamar mereka.

Di dalam kamar Paris menautkan bibirnya di bibir Arsen, lidahnya yang mungil mendorong masuk membelai lidah hangat Arsen. Arsen membalas cumbuan bibir Paris, menyelimuti bibir Paris hingga menimbulkan suara-suara kecil penuh gairah yang berasal dari tenggorokan wanita itu. Tangan Paris bergerak menelusuri kancing kemeja Arsen, dengan tidak sabar ia membuka kancing itu satu demi satu tanpa melepaskan cumbuan bibir mereka.

Jemarinya begitu terlatih membuka kancing pakaian pria. Ia bahkan tidak memerlukan indra penglihatannya untuk melakukan pekerjaan seperti itu dan dalam sekejap dada bidang Arsen telah terbuka, tersaji dengan indah. Pria tampan berusia empat puluh tahun itu memiliki dada yang kokoh. Paris dengan leluasa membelainya, tangannya meraba ke bawah di mana sesuatu yang mengeras di antara paha Arsen telah tersiksa di balik kain. Dengan sekali jentikan Paris melepaskan pengait ikat pinggang yang di kenakan suaminya lalu telapak tangannya menyusup membelai benda yang tengah meronta meminta pembebasan.

Sementara Arsen, sebelah tangannya berada di pinggang ramping Paris dan sebelah tangannya meremas dada Paris  yang kenyal di balik kain bra yang membungkusnya. Istrinya mengerang merintih dengan sensual. Arsen hampir gila setiap menghadapi Paris yang terbakar gairah.

Arsen mengubah posisi mereka, ia membuka pakaian Paris kemudian ia membasahi ujung dada Paris yang mengeras dengan lidahnya, menggigitnya hingga Paris menjerit dalam nikmat.

Paris memberikan isyarat agar Arsen melakukan sesuatu yang dapat membuat Paris puas dan Arsen  mengerti apa arti isyarat itu, ia membuka laci nakas di samping tempat tidur mereka untuk mengambil benda yang biasa istrinya mainkan, Arsen tahu jika Paris memiliki banyak koleksi benda seperti itu.

Bagi Arsen, hal itu tidak masalah selama istrinya hanya bermain benda mati bukan mencari kepuasan dari benda sejenis yang bernyawa. Arsen memainkan benda itu di antara kedua paha istrinya sambil mencumbui bibir istrinya yang telah bengkak dan tampak semakin menggairahkan.

Otak Paris mengembara. Membayangkan sesosok pria yang ada di dalam imajinasinya. Pria yang ada di dalam khayalannya, pria yang mampu memuaskannya, mengalahkannya. Jika suatu saat ia bertemu pria itu, Paris bertekad akan melepaskan segalanya, bahkan kekayaan Arsen sekalipun. Ia akan menyembah pria itu, berlutut  di kakinya demi mendapatkan  kepuasan yang selalu ia dambakan. Sayangnya, ia telah mencicipi banyak pria tetapi tidak satu pun dari mereka memenuhi kriteria yang seperti Paris inginkan.

Arsen memberikan apa yang Paris minta, setelah Paris selesai, Paris memosisikan dirinya di atas Arsen. Posisi yang paling Paris sukai. Bagi Paris pria yang boleh berada di atasnya hanya pria yang lebih hebat darinya, ia tidak ingin di kuasai oleh siapa pun. Tidak boleh ada pria mana pun yang boleh mengendalikannya. Paris selalu memegang kendali dalam permainan kecuali Arsen, pria itu adalah sumber keuangannya. Jadi, bukan masalah jika ia memberikan kelonggaran. Terkadang membiarkan Arsen di atas.

Perlahan Paris menyatukan tubuhnya di atas tubuh Arsen, memorak-porandakan Arsen yang hanya mampu menggeram di bawah kuasanya dalam beberapa menit Arsen telah melebur.

***

Mengenakan long dress berwarna navy yang hanya melekat di dadanya Paris berjalan dengan anggun di samping Arsen yang menggandengnya. Arsen meski usianya tak muda lagi ia masih terlihat tampan, gagah dan pastinya berwibawa sebagai salah satu orang yang sangat berpengaruh bagi perekonomian negara itu.

Bak pasangan yang saling menyempurnakan mereka melangkah tanpa ragu-ragu, Paris terus mengumbar senyumnya setiap ia bertemu dengan rekan kerja suaminya yang menatapnya dengan tatapan lapar dan mengagumi wajah serta bentuk tubuhnya. Sementara Arsen, ia tidak peduli istrinya ditatap oleh pada pria lain dengan tatapan ingin menerkam Paris. Yang ia pedulikan hanya Paris sangat cantik, tubuh Paris sangat molek, dan wanita yang memesona itu adalah istrinya.

Jika perlu seluruh dunia harus tahu jika wanita itu adalah Paris. Miliknya.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel