Bab 6 Dikurung
Keesokan harinya, seperti biasa Ethan bangun pagi dan keluar kamar dengan penampilan sudah rapi dengan jas hitam yang membalut tubuh tinggi dan kekarnya. Langkahnya pasti menuju ruang makan di mana tiga anggota keluarga telah berkumpul menikmati sarapan yang tengah disajikan oleh Bi Entin.
"Pagi semuanya!" sapa Ethan setibanya di ruang makan dan dijawab oleh Mike yang tersenyum, sedangkan Evan yang tengah menikmati sarapan hanya melirik sebentar.
Ethan menarik kursi yang ada di sebelah kanan Evan dan dengan yakin dia mengambil sepotong roti, lalu mengoleskan selai strawberry kesukaannya dan melahapnya cepat. Tak berapa lama, Pupe yang baru saja selesai memasak nasi goreng yang diminta oleh Mike langsung menghampiri meja makan dan menyajiaknnya pada Mike yang sudah menunggu sejak tadi.
"Evan mau juga, Ma!" pinta Evan yang memnag belum memakan apa pun kecuali susu saja.
"Kamu mau juga tidak, Eth?" tanya Pupe menawarkan pada Ethan yang sedang menatap layar handphone.
"Mau dong, Ma. Mana tahan lidah ini tak bergoyang lihat nasi goreng buatan Mama yang denok demplon!" seru Ethan yang membuat Pupe terkekeh dan Mike menggeleng.
"Kamu itu punya mata suka rabun masih muda. Mana ada Mama demplon!" gumam Pupe yang sudah berdiri di samping Ethan sambil menyendok nasi goreng dan diletakkan ke piring.
"Elah, Ma. Nomor hape Mama dikasih nama Ayang Demplon, kok, sama Papa. Lihat jugakan, Kak?" jawab Ethan dan meminta dukungan pada Evan yang mengangguk.
"Seriusan, Pa?" kata Pupe tak percaya dan menatap Mike yang mengulum senyum.
"Iya. Papa kasih nama itu kalau malamnya habis dapat jatah!" jawa Mike jelas dan sontak membuat Evan tersedak.
Ethan terbahak sambil memukul meja dan Evan dengam cepat meraih gelas berisi air untuk menghilangkan rasa tersedak yang membuat wajahnya memerah. Dengan cepat, Pupe menghampiri Mike yang tersenyum dan mendapat pukulan bertubi dari Pupe yang dia tangkap tangannya.
"Sudah tua masih saja mesum!" omel Pupe yang membuat seisi ruang makan berubah gaduh tak terkecuali Bi Entin yang tertawa melihat kebahagiaan di rumah tempatnya bekerja selama ini.
Setengah jam kemudian, tiga pria penguasa rumah mewah itu akhirnya pergi menjalankan kegiatan rutin mereka mengurus perusahaan. Mike menuju gedung Eduro Group, sedangkan dua pria satu wajah menuju gedung EE Corp dengan mengendarai mobil berbeda. Keduanya memasuki halaman parkir beriringan. Bagi yang sudah lama mengenal dan bekerja di sana sudah bisa membedakan keduanya.
"Kak, nanti sore aku pulang telat, ya, mau ke tempat Jon dulu!" kata Ethan pada Evan yang berjalan beriringan dengannya.
"Mau ngapain ketemu si Jong? Emang ada proyek?" timpal Evan cepat.
"Ada proyek kecil, Kak!"
"Proyek apa? Kok aku tak tahu!" jawab Evan yakin jika perusahaan mereka tak ada kerjasama baru dengan Jon.
"Aish … wajahmu serius sekali, sih, Kak, macam nonton bokep. Bukan proyek kantor, tapi proyek cewek!" ujar Ethan cengengesan dan membuat Evan menghentikan laju langkahnya.
"Ngapa berhenti mendadak, deh!" gumam Ethan melihat Evan yang berhenti dan menatap saksama ke arahnya.
"Cewek apa maksudnya? Kalian mau trisome gitu?" tebak Evan yang membuat mata Ethan terbelalak.
"Anjir kau, Kak. Kok bisa kepikiran sampai sana, sih! Mana ada aku begituan. Aku masih adikmu yang polos dan suci dalam debu laksana e'e kucing. Mana mungkin aku main jorok begitu! Apalagi mainnya sama si Jong lagi. Najeees! Mending mainnya sama Kak Evan saja bagai main sama satu orang, hehehe …."
Secepat kilat tangan kanan Evan mendarat di kepala Ethan cukup kuat dan melangkah kembali meninggalkan Ethan yang tertawa sambil meringis. Dia pun mengejar Evan yang sudah berdiri di depan lift dan masuk bersamaan hingga tak berapa lama sampai di lantai 12 di mana hanya dihuni oleh mereka berdua dan seorang sekretaris bernama, David Dobrik.
'Ding Dong'
Pintu lift akhirnya terbuka dan melangkah sebentar terlihatlah David tengah duduk menatap layar komputer besar di mejanya.
"Sibuk banget, nih, kayaknya pagi-pagi!" cicit Ethan melihat David yang terlihat begitu fokus. Sadar kedua bosnya sudah hadir, David langsung bangun dari duduknya dan menyeringai aneh.
"Mencari kesibukan dan semangat, Bos!" sahut David menyeringai.
"Pasti lagi nonton bola yang live semalam, ya? Ah, sial! Aku ketiduran, jadi gak nonton, deh!" cerocos Ethan memukul meja dengan tangannya.
"Bukan, Bos. Lagi nonton bokep. Artis favorite baru rilis video baru!" jawab David yang seketika membuat Evan mendelik.
Ethan yang sedang berapi-api mendadak bungkam. Senyum anehnya sontak hilang dan balik badan meninggalkan David menuju pintu ruangannya. David hanya menghela nafas karena berpikir Ethan kecewa akan jawabannya barusan. Namun, tanpa diduga mereka, Ethan berteriak dan mengucapkan kalimat yang membuat Evan menepuk jidat dan geleng kepala.
"DOWNLOAD DAN KIRIM VIA WHATSAPP, VID. CEPETAN!"
****
Di sebuah ruangan berukuran 3x4 meter, Lisa tengah duduk di tepi ranjang. Dia sudah sadar sejak pagi hari dan terkejut mendapati dirinya berada di tempat asing. Dia sudah lelah berteriak dan mengetuk pintu, tapi belum ada tanda-tanda ada orang yang mendengar teriakannya. Lisa menatap sekeliling di mana tak ada jendela yang bisa dia gunakan untuk melarikan diri. Lelah dengan semuanya, Lisa hanya mampu menunggu sekiranya akan ada orang yang membuka pintu itu.
"Ya Tuhan, ini di mana? Aku harus segera keluar. Di toko pasti teman-teman mencariku!" gerutu Lisa yang memikirkan tentang pekerjaannya di toserba dan pasti sedang mencari keberadaannya.
Lisa kembali bangun dari duduknya dan mondar-mandir sambil sesekali menggerakkan gagang pintu berharap ada seseorang yang membuka dari luar, tapi nyatanya tetap nihil. Bingung dengan semua, tubuh Lisa luluh ke lantai di dekat pintu. Di saat pikirannya sedang menerawang jauh, tiba-tiba ada seseorang yang menggerakkan gagang pintu dan secepat kilat Lisa berdiri hingga terbukalah pintu itu didorong dari luar.
"Mas, tolong …."
"Sudah bangun rupanya tambang emas kita!" seru sosok pria yang baru saja membuka pintu dan berdiri menjulang di hadapan Lisa.
Di tengah kekagetannya dengan ucapan aneh pria itu, Lisa melangkah untuk melaluinya, tapi dengan kasar pria itu menghadangnya dan mendorong Lisa hingga jatuh ke lantai.
"Mau ke mana gadis manis. Diam dan tenanglah di sini karena kau tak diizinkan keluar!"
"Kau siapa dan mau apa? Aku harus pergi karena aku banyak urusan!" kata Lisa dan coba melawan meski tubuhnya telah duduk di lantai merasakan kakinya yang sakit.
Sebelum pria itu menjawab, tiba-tiba muncul sosok wanita dari belakangnya dan mendekat serta berdiri di hadapan Lisa yang kian tercengang.
"Lebih baik kaumakan dulu gadis cantik. Nanti malam kau akan segera bertemu dengan pangeranmu yang kaya raya!"
CUT!
21 Desember 2020/09.04