Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 6 Bermalam Bersamamu

Richard berpindah duduk di sampingku. Untuk sesaat, kami hanya saling memandang. Kemudian, aku bisa merasakan sesuatu di matanya dan pria itu mulai bergerak.

Aku diam saja saat wajah Richard mendekat dan bibirnya mengecup lembut bibirku. Tetapi aku juga tidak menghindar. Aku cukup terkejut merasakan bibirnya yang lembut dan hangat. Ada sedikit aroma mint bercampur tembakau yang manis. Kukira bibirnya akan kering dan kasar khas pria, ternyata tidak.

Richard melepas ciumannya lalu menatapku intens, “maaf.”

Aku balas menatapnya. Pandangan pria ini terlihat tulus saat meminta maaf. Apakah dia melakukan itu karena terdorong keinginan impulsif ataukah dia mengasihaniku yang mendapat tekanan jahat dari kekasih sendiri.

Kemudian mataku lurus ke bibirnya yang basah, bekas menciumku. “Kamu ... merokok?” tanyaku dengan kepala berisik membingungkan.

“Hm. Kadang-kadang. Tetapi hari ini aku hanya makan permen.” Bibirnya yang seksi itu mengulas senyum saat ia menjawab demikian.

Aku tahu, yang dia maksud pasti "Dutch Masters". Aku menggelengkan kepala berusaha mengusir berisik di sana, tetapi aku tak sanggup.

“Peduli setan,” bisikku pelan dan kali ini aku yang maju untuk mengecup bibirnya.

Richard menyambutku seolah semua ini adalah hal yang ia tunggu semenjak kami bertemu. Aku mendarat di dadanya yang keras dan ia segera memelukku tanpa melepas tautan mulut kami.

Berdua rebah di atas tempat tidur dengan tubuhku menindihnya, kami mulai berciuman panas yang tidak pernah aku bayangkan sebelumnya.

Napas hangat Richard menerpa wajahku saat mulut kami terlepas. Ia merengkuh wajahku dengan tangannya yang besar dan panas, mengecup kedua mataku satu-satu lalu menatapku. “Aku tidak akan melanjutkan tanpa ijinmu, Kim.”

Sepertinya otakku sudah gila ketika aku meresponnya, “Lakukanlah.”

Richard merengkuh lebih erat dan sejurus kemudian dia bangkit berdiri membawaku di dadanya. Aku melingkarkan lengan ke lehernya dan bersandar pada pria kokoh ini. Richard membawaku ke tempat tidur tanpa melepaskan pandangan matanya yang lurus ke mataku. Saat kakinya mulai naik, saat itu juga bibirnya melumat mulutku dengan lembut.

Ia merebahkan aku di atas tempat tidur kemudian mengungkungku. Kami tidak berhenti berciuman saat kurasakan tangan Richard mulai melepas kancing kemejaku satu persatu.

“Oh, Richard,” erangku saat pria ini menanamkan bibirnya yang panas di leherku. Aku mendongak pasrah meskipun kedua tangan Richard juga mulai melepaskan kemejanya, menemaniku yang kini hanya mengenakan bra.

Ketika kulit kami bersentuhan, seketika sengatan gairah menyerangku, membuatku melupakan Chad dan menginginkan pria di atasku ini. Sukarela kulepaskan renda cantik penutup dadaku dan Richard menyambut dengan penuh syukur.

Oh, aku tidak pernah merasakan ini. Bagaimana pria ini bisa melakukan padaku dengan lembut sekaligus keras penuh tuntutan?

Bayangan Chad makin lama makin kabur dalam kepalaku, ia yang selalu melakukan dengan kasar dan cepat untuk kepuasannya sendiri, tak dapat aku bandingkan dengan Richard.

“Katakan padaku kau tidak akan menyesalinya, Sweety,” tanya Richard lembut saat kami masing-masing hanya mengenakan cepana dalam.

Wow. Aku bahkan tidak sadar kalau celanaku sudah terlepas begitu saja. Aku memalingkan wajahku lalu berdehem canggung, berbanding terbalik dengan tubuhku yang melekat padanya tak tahu malu. Richard tertawa pelan dan aku menoleh kembali padanya.

Lihat, lihat, kenapa kau sok malu, Kim? Tanganmu saja masih melingkari lehernya dengan posesif!

“Kamu cantik sekali, Kim,” desah Richard.

“Hm?”

Aku tidak cantik. Aku lari-lari hampir seharian dengannya. Rambutku pasti awut-awutan. Richard ada masalah dengan mata atau gimana?

Pria itu malah mengelus sisi rahangku dengan gerakan menggoda, apalagi tatapan matanya demikian memuja, tatapan yang tak pernah aku dapatkan dari Chad.

Ah, dia muncul lagi. Aku menggelengkan kepala berusaha mengusir bayangan Chad.

“Wajah ini. Cantik sekali kalau bersemu merah dan malu-malu begini. Please, Kim. Ijinkan aku memilikimu.”

Well, perayu ulung. Pasti dia playboy. Tak apalah, semalam saja. Toh aku yang sedang sakit hati dengan Chad juga mengambil keuntungan darinya dengan kondisi ini. Peduli setan.

“Ya, kau boleh.”

Dan Richard bergerak menunjukkan keperkasaannya. Ia menarik celana dalamku dengan cara yang hanya kulihat di film-film romantis. Setelah segitiga berenda itu melewati kakiku, Richard mulai menciumi kakiku seolah itu adaah trophy kemenangan dan dia melakukan penuh sukacita.

Matanya memejam saat bibirnya yang hangat menyusuri jari-jari kakiku, naik ke punggung kaki lalu terus bergerak meninggalkan jejak basah hingga ke paha tengah. Selama ia melakukan itu, kedua tangannya menahan kakiku dengan lembut.

Napasku menderu, merasakan gelitik sepanjang kaki hingga melupakan, bagaimana tangan yang terlihat kokoh dan keras itu mampu menopang kedua kakiku dengan lembut?

Aku hampir tersedak napasku sendiri saat wajah Richard melesak ke dalam milikku. Oh, no ... kenapa ia melakukan itu dengan wajah penuh pemujaan menatapku. Aku menjadi gila, semakin gila saat merasakan sapuan lidahnya di setiap celahku.

Aku mengerang tanpa bisa kukendalikan dan kulempar kepalaku kebelakang. Oh, ini sungguh intens, aku tidak tahan, aku ... aku ...

“Richard!” teriakku terkejut saat mendapatkan pelepasan pertamaku. Sungguh memalukan, aku memuncak hanya dengan lidahnya? Well, Kim. Kamu memang nakal!

“Suka, Sayang?” tanya Richard lembut. Wajahnya yang tersenyum puas, karena berhasil menyenangkanku. Bukan jenis senyum sombong karena berhasil mengalahkanku.

“Hm,hm,” jawabku tanpa sanggup mengucap kalimat penuh. Badanku masih bergetar dan kini aku melihat Richard mengungkungku dengan perkasa.

“Bagaimana ini, pesonamu membuatku gila, Kim.”

Aku bingung, apa yang dia maksud?”

Maka mataku merunut ke gerakan paling impulsif. Tangan Richard bergerak di bawah perutnya mengelus miliknya dan sekarang mataku tertarik kesana.

Oh, my ... apa itu? Apa bisa sebesar itu?

Aku menatap dengan takjub. Mataku kembali ke matanya dan sepertinya Richard mendapati kegentaran di sana.

“Jangan takut, Sayang. Aku akan sabar dan berlaku lembut padamu,” bisiknya saat ia menarikku ke bawahnya dan menempatkan panjangnya diantara celahku.

Ini gila. Ini luar biasa enak. Dan aku tenggelam padanya.

Oh! Lebih tepatnya, dia yang tenggelam padaku saat panjangnya mendesak masuk dengan begitu perkasa dan celahku menerima penuh sukacita.

Aku melenguh saat ia mendorong masuk untuk kali kesekian. Kedua tangan meremas pelapis tempat tidur saat rasa yang kukenal itu menyerang perut bagian bawahku. Oh tidak, oh ya. Aku akan keluar lagi.

Milikku mengepal, menggenggam miliknya demikiar erat saat aku menikmati pelepasanku. Sepertinya Richrad juga menyukainya, karena ia menemaniku, menggeram indah dengan suaranya yang berat di leherku.

“Ya, Kim. Begitu, Sayang. Oh, milikku menghisapku, Kim. Aku tidak tahan. Haruskah aku keluarkan di dalam atau di luar, Sayang?” pintanya sopan ketika perbuatannya atasku tidak ada sopan-sopannya.

“Di dalam. Aku memakai kontrasepsi,” bisikku tanpa ragu. Aku menginginkan cairan cinta pria ini. Sama besar ia menginginkan untuk membuang di dalam. Aku tahu itu. Aku tahu dari caranya memelukku dan tak melepasku seincipun, aku tahu dia pun berhasrat besar padaku.

Richard melenguh panjang saat tubuhnya bergetar dan berkedut selama pelepasannya. Ia mendesak wajahku dan leherku, menciumiku sedemikian rupa selama proses itu. Suara keenakan terus keluar dari mulutnya.

“Oh, yeah. Kiim ... aku mencintaimu.”

Hah?! Apa?!

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel