Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

3. Serangan Mendadak

“Satu bulan!” jawab Elle jujur.

“Baru kali ini!” bohong Mike.

Mereka menjawab serempak namun dengan jawaban yang berbeda. Mendengar kebohongan Mike, Elle pun memicingkan matanya pada pria itu.

Sedangkan Grace tersenyum miring menatap mereka berdua bergantian.

“Elle, jangan berbohong kau!” hardik Mike pada Elle.

“Kau!” geram Elle menatapnya sinis dengan napas yang memburu. Padahal pria itu pernah mengatakan padanya bahwa jika suatu saat pengkhianatan mereka diketahui oleh Grace, Mike akan mengakhiri hubungannya dengan Grace, dan menikahinya. Namun, sekarang ia sadar, ternyata itu semua hanya kebohongan semata.

“Sweetheart, dia berbohong. Jangan dengarkan dia,” kilah Mike.

Grace berdecih dan tersenyum miring, “Cih ... sayangnya aku lebih percaya pada perkataannya dari pada perkataanmu, Bastard!” cibir Grace menatap Mike dengan tatapan jijik.

Mendengar itu, Elle merasa sedikit lebih tenang, ia merasa Grace masih mempercayainya.

“Tapi Sweetheart ....”

“Stop Mike!” Grace mulai menjerit karena kesabarannya yang sudah benar-benar habis, ia sudah muak pada semua kebohongan pria yang telah menjalin kasih dengannya tiga tahun belakangan ini, “jangan panggil aku dengan panggilan menjijikkan seperti itu lagi! Mulai detik ini, hubungan kita sudah berakhir! Dan kau, Elle ...,” Grace mengalihkan pandangannya pada Elle dengan tatapan tajam, “kemasi barang-barangmu dan pergi dari sini, karena mulai sekarang kau sudah bukan manajerku lagi!” tegasnya.

“Tapi aku masih sahabatmu, ‘kan, Grace?” tanya Elle menatap Grace dengan tatapan sendu dan penuh harap.

Grace tertawa sumbang, “Setelah apa yang kau lakukan padaku, kau masih berharap aku masih mau menganggapmu sebagai sahabatku? Aku tidak senaif itu, Elle!”

“Tapi Grace ....”

“Stop! Jangan katakan apa pun lagi padaku! Cepat kalian pergi dari sini!” jerit Grace seraya menutup telinganya dengan kedua belah telapak tangan.

“Grace, aku mohon, maafkan aku, aku janji aku tidak akan mengulanginya lagi. Enam bulan lagi adalah hari pernikahan kita, Grace. Tidak mungkin kita membatalkannya, ‘kan?” Mike mencoba membujuk Grace dengan berlutut di hadapannya.

“Aku tidak peduli! Aku akan membatalkan semuanya. Aku tidak sudi memiliki suami sepertimu!”

“Grace, aku sangat mencintaimu, yang tadi aku lakukan hanya sebuah kesalahan. Bukan karena aku mencintainya.”

Grace tersenyum smirk, “Cinta? Cinta kau bilang? Cinta itu tidak akan mengkhianati, Mike. Kau juga tahu, ‘kan? Seberapa banyak pria yang jauh lebih mapan darimu yang mendekatiku? Tapi, apa? Apa aku pernah mengkhianatimu, Mike? Apa pernah, huh? Jawab!” jerit Grace dengan air matanya yang mengalir deras di wajah cantiknya. Gadis itu sudah tak mampu lagi untuk membendung air matanya sekarang.

“Grace, maafkan aku. Aku berjanji aku tidak akan melakukannya lagi, Grace. Aku mencintaimu, aku mohon, maafkan aku sekali ini saja. Tolong berikan aku kesempatan untuk membuktikannya padamu.” Mike terus mencoba memohon pada Grace dengan menggenggam jemarinya. Namun, dengan segera di tepis kasar oleh Grace. Ia sungguh merasa jijik jika Mike menyentuhnya.

“Tidak ada yang perlu dijelaskan lagi, Mike! Aku sudah melihat semuanya dengan mataku sendiri!”

“Tapi, Grace ....”

Grace bangkit dari duduknya, membuat Mike menghentikan kalimatnya. Kemudian berjalan ke arah pintu dan membuka pintunya, lalu menarik Christian yang sedang berdiri di depan pintu untuk masuk.

Gadis itu terus berjalan sambil menarik pergelangan tangan Christian sampai di hadapan Mike.

“Usir mereka berdua! Aku mau, dalam waktu sepuluh menit, mereka harus sudah angkat kaki dari sini!” titahnya pada Christian tanpa menyebutkan namanya.

“Baik, Nona!” sahut Christian.

“Apa dia Bryan bodyguard baru Grace? Mengapa dia terus menggunakan masker seperti itu?” gumam Elle dalam batinnya sambil menatap pria itu dari ujung kepala hingga ujung kakinya.

“Tunggu apa lagi? Cepat kemasi barang-barangmu!” hardik Grace berteriak pada manajer sekaligus sahabatnya itu, saat melihat Elle masih duduk di sofa sambil memicingkan matanya pada bodyguardnya.

“I-iya, Grace,” sahut Elle beranjak dari duduknya menuju kamar yang ia tinggali tiga tahun belakangan sejak ia bekerja bersama Grace.

Grace kembali masuk ke dalam kamar sambil membanting pintunya. Ia sungguh sudah muak melihat wajah kedua pengkhianat itu.

Setelah sepuluh menit berlalu, bodyguard barunya itu benar-benar berhasil mengusir Mike dan Elle.

Karena keadaaan di apartemennya sudah tak terdengar lagi suara Mike yang mengamuk karena Christian mengusirnya, akhirnya Grace keluar dari kamarnya.

Gadis pemilik manik mata berwarna abu itu mendapati sang bodyguard sedang membereskan ruang keluarganya yang berantakan karena amukan Mike saat dipaksa untuk keluar dari unit apartemen Grace.

Grace mengulurkan tangannya memberikan kartu debitnya pada Christian, “Tolong belikan dua botol Red Wine!” titahnya.

Pria yang diyakini Grace bernama Bryan itu, mengangguk kecil kemudian pergi keluar untuk membeli Red Wine yang Grace minta, setelah selesai merapikan apartemen dengan desain interior bernuansa elegan itu.

Pria tersebut keluar dari apartemen Grace dengan menggunakan topi baseball dan masker berwarna hitam untuk menutupi wajahnya lagi.

Sebelumnya, ketika ia hendak turun dari mobil untuk mengejar Grace yang berlari karena sudah tidak sabar untuk memergoki perselingkuhan Mike dan Elle, ia melihat sekelompok pria bertubuh kekar dan berpakaian serba hitam yang tadi menangkap sosok Bryan asli.

Christian sangat yakin jika orang-orang itu sudah salah menangkap orang, dan mereka baru menyadarinya.

Mereka salah tangkap karena bodyguard baru Grace yang asli memiliki ciri-ciri fisik yang hampir terlihat sama jika dilihat dari belakang. Bentuk tubuh dan tinggi badannya pun terlihat sama persis.

Christian tidak ragu lagi, mereka adalah orang-orang bayaran sang paman, Jason Reed, yang berniat untuk menghabisi nyawanya.

Ia sungguh harus menyembunyikan identitasnya sekarang agar kakak dari ayahnya itu tidak dapat menemukan keberadaannya untuk sementara waktu, sampai ia berhasil mendapatkan bukti-bukti untuk melenyapkan pria tua yang licik itu.

Christian masuk ke dalam mobil Maybach edisi terbatas miliknya yang terparkir tak jauh dari tempat parkir mobil Grace.

Diletakkannya dompet yang berisi kartu debit dan juga ponsel miliknya di dalam mobilnya, agar keberadaannya tak bisa dilacak. Ia hanya mengambil semua uang tunai yang ada di dompet itu.

Tiga puluh menit berlalu, ia datang membawa dua botol Red Wine seperti permintaan Grace.

Pria bertubuh atletis itu mengambil gelas wine di mini bar yang ada di dalam unit apartemen itu, kemudian menghampiri Grace yang sedang melamun di sofa yang ada di balkon, dan meletakkan botol wine beserta gelasnya di meja yang ada di hadapan Grace, kemudian berbalik hendak meninggalkan Grace. Namun, suara aktris cantik itu berhasil menghentikan langkahnya.

“Duduklah! Temani aku minum,” ucapnya sambil menatap langit yang tampak mendung seperti suasana hatinya saat ini.

Drrrt ... Drrrt ... Drrrt ...

Suara ponsel Grace terus bergetar. Namun, Grace sama sekali tidak menjawab panggilannya. Karena dia tak tahu harus menjawab apa pada mommy-nya, gadis itu benar-benar tidak bisa pergi untuk mengunjunginya hari ini. Karena suasana hatinya yang sedang sangat kacau.

Christian kembali ke mini bar untuk mengambil satu buah gelas lagi, kemudian ia membukakan botol wine itu dan menuangkannya ke dalam gelas Grace dan gelasnya.

Grace mengambil gelas itu dan mendentingkan gelasnya ke gelas pria itu, lalu mulai menyesapnya.

“Kau memiliki kekasih?” tanya Grace memulai percakapannya dengan Christian tanpa menoleh padanya.

“Tidak, Nona,” jawab Christian menatap wajah cantik sang aktris yang sedang menatap langit gelap tanpa bintang dengan tatapan sendu.

Grace tidak bertanya apapun lagi, ia hanya menenggak wine di gelasnya dengan sekali teguk. Dia meminta pria di hadapannya itu menuangkannya lagi, kemudian lagi-lagi gadis itu menenggaknya sekaligus.

Grace terus meminta Christian menuangkannya lagi dan lagi hingga satu botol wine itu dihabiskan oleh Grace sendiri.

Gadis itu pun menjadi mabuk, karena ia memang tak terbiasa minum minuman beralkohol. Batasnya minum alkohol hanya satu gelas saja, tidak lebih dari itu.

Grace tertidur di sofa karena mabuk. Karena cuaca yang sedang mendung dan berangin, Christian menggendongnya ala bridal style ke kamarnya dan membaringkannya di tempat tidur king size milik Grace.

Saat Christian sedang menarik selimut untuk menutupi tubuhnya, tiba-tiba saja Grace mengalungkan lengan di lehernya dan menyambar bibirnya dengan penuh hasrat, membuat kedua mata Christian membelalak karena mendapat serangan mendadak dari aktris cantik itu.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel