Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

BAB 6

“Untuk sejauh ini nggak pak.”

“Oke, sudah jam lima sore, kita pulang sekarang,” ucap Brian.

“Baik pak.”

Brian mendekati Dista, ia merogoh sesuatu dari saku celananya, “Ini kunci office kamu dan saya,” Brian menyerahkan kunci itu kepada Dista.

Dista mengambil kunci itu dari tangan Brian, “Terima kasih pak.”

“Bersiaplah pulang, matikan computer kamu.”

“Iya pak.”

Dista memandang Brian masuk ke kantornya dan sedangkan dirinya, ia lalu mematikan komputernya. Semenit kemudian ia menatap Brian menenteng tas kerjanya. Dista mengunci office Brian dan mereka melangkah menuju keluar, tidak lupa Dista mematikan lampu ruang kerja mereka.

Dista melewati koridor, ada beberapa karyawan yang masih sibuk di kubikel, ada beberapa karyawan yang buru-buru pulang. Brian memandang Dista, ia hampir lupa bahwa Dista belum memiliki kartu akses dan wanita itu juga tidak mengenakan lanyard.

“Dista,” ucap Brian menatap wanita itu.

“Iya pak.”

“Kamu belum memiliki kartu akses masuk?”

“Iya pak belum.”

Brian merogoh sesuatu dibalik tasnya, ia menyerahkan kartu namanya kepada Dista, “Besok saya suruh HRD buatkan kartu akses untuk kamu. Untuk sementara kamu gunakan punya saya,” ucap Brian menyerahkan kepada Dista.

Dista mengambil kartu nama dengan tali bertulisan Sheraton Hotel, “Bapak pakek apa?”

“Saya ada dua,” ucap Brian.

Mereka masuk ke dalam lift dan lift mereka menuju ke lantai dasar. Brian memandang Dista yang berdiri di sampingnya. Dia tampak tenang, ia menium aroma vanilla dari tubuh Dista. Aroma parfum itu sangat khas dari tubuh Dista. Pintu lift terbuka, mereka keluar dari lobby bersama karyawan lainnya.

“Dista.”

“Iya pak.”

“Jangan lupa, besok kamu masuk kerja jam delapan pagi.”

Dista memandang Brian, “Baik pak. Jadi saya hari nggak nemani bapak ngobrol dan ngopi?”

Bibir Brian terangkat ia lalu tertawa, “Enggak, besok saja. Soalnya kamu juga baru tiba di Jakarta. Istirahatlah, besok pekerjaan kamu baru di mulai.”

“Terima kasih pak.”

“Besok jangan telat.”

“Iya.”

Dista memandang Brian masuk ke dalam mobil BMW berwarna putih. Ia tahu bahwa harga mobil itu dihargai dengan harga selangit dan Dista meneruskan langkah menuju kostannya. Dista pikir, ia akan pulang malam hari ini. Sepanjang perjalan menuju kostnya. Dista memikirkan tentang tugasnya yang agak tidak masuk akal. Jadi setiap hari ia pulang malam menemani boss nya itu ngobrol? Ngopi? dan makan malam. Apa sekretaris sebelumnya seperti itu? Sepertinya agak aneh jika dari pagi hingga malam menemani pria itu setiap hari.

Dista berhenti ke salah satu grobak penjual ketoprak, ia membeli satu untuk dirinya untuk makan malam. Ia juga tidak lupa membeli es jeruk yang berada di jalan. Setelah itu ia pulang, ia bisa tenang dengan makan-makanan ini.

***

Dista membuka matanya secara perlahan, ia mengakat kepalanya ke bantal. Meraih ponsel yang berada di nakas, ia melirik jam menunjukan puku 06.30 menit. Ia melihat di jendela matahari sudah terlihat. Dista beranjak dari tidur, ia melangkah menuju kamar mandi. Ia tidak ingin telat di hari pertama ia bekerja.

Beberapa menit kemudian Dista menyelesaikan ritual mandinya, ia mengeringkan tubuh dengan handuk. Ia melangkah menuju lemari. Ia mengambil rok pensil berwarna abu-abu dan blouse chiffon berwarna cream. Dista duduk di kursi, ia mulai menggunakan make up.

Rambut panjangnya ia blow hingga bergelombang. Setelah itu Dista mengenakan parfume ke lehernya. Dista memandang wajahnya, tidak ada kekurangan apapun pada penampilannya. Dista mengambil tas berwarna hitam dan ia juga mengenakan high heels.

Dista melirik jam berwarna silver di tangan kirinya, ia memandang jam menunjukan pukul 07.20 menit. Ia searching tadi pagi ternyata ada toko bakery di lobby office yang buka pada pukul 07.00. Dista menuruni tangga, ia menatap penjaga kost yang tersenyum ke arahnya.

Dista melangkah menuju tower office, ia masih mengenakan lanyard boss nya. Ia melihat ada beberapa karyawan yang masuk ke dalam lift. Dista melangah menuju gerai bakery Tous Les Jours, ia membeli cream cheese walnut bread, signature sandwich, donat, pai dan croissant. Ia membayar dengan kartu debit yang beri oleh Brian.

Setelah itu ia menuju lift sambil membawa paperbag berisi bakery hasil pilihannya. Ia sebenarnya tidak tahu makanan apa yang di sukai Brian. Dista melangkah menuju office nya, ia membuka hendel pintu, yang tidak terkunci, ia menatap office boy sedang membersihkan ruangannya.

Office Boy itu tersenyum kepadanya karena ia sudah membersihkan ruangan, “Selamat pagi bu.”

“Selamat pagi juga,” ucap Dista.

“Sekretaris baru nya pak Brian ya bu?” Tanyanya.

“Iya.”

“Selamat kerja ya bu, semoga betah kerja sama bapak.”

“Iya sama-sama,”

Dista meletakan paperbagnya di meja, ia melirik office boy itu, “Kamu tau nggak alasan dulu sekretaris pak Brian karena apa?” Tanya Dista penasaran, karena tidak ada orang yang bisa ia tanyain di sini.

“Saya kurang tau sih bu. Tapi denger-denger nih, resign karena nggak tahan sama sikap tunangan pak Brian.”

Alis Dista terangkat mendengar kata tunangan, “Tunangan? Pak Brian punya tunangan?”

“Iya bu, udah lama. Cuma ya, kayaknya pak Brian nggak suka gitu.”

“Sekretarisnya suka di ajak lembur nggak?” Tanya Dista lagi.

“Setahu saya sih nggak bu, soalnya sekretarisnya yang lama bawa mobil sendiri. Jam lima sore sudah pulang.”

“Nyiapin sarapan juga nggak?”

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel