Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

BAB 5

****

Dista memandang jobdeks yang diberikan oleh Brian. Ia mulai membacanya secara cermat.

1. Menanggapi pertanyaan dari client atau mitra bisnis secara langsung, melalui telepon atau email

2. Mengembangkan dan menerapkan prosedur kantor

3. Menjaga sistem rekaman perusahaan untuk menjunjung tinggi file yang akurat

4. Menulis surat, memo, dan email

5. Menyortir dokumen

6. Memesan ruang pertemuan untuk rapat

7. Mengatur panggilan konferensi

8. Melakukan tugas administratif, termasuk pengarsipan dan fotokopi

Sebenarnya tidak banyak jobdeks yang tertera di dalam sana, ia cukup mengerti tugasnya seperti apa. Perkerjaan ini lebih mudah dari pekerjaan accounting menurutnya, dan minim resiko nombok. Dista sangat paham tentang tugas ini, ia sudah mempelajari ini sebelumnya waktu kuliah dulu.

Brian memandangnya sekretarisnya, bibirnya naik ke atas namun tanpa senyum.

“Sudah di baca?” Tanya Brian, setiap ia memberi waktu Dista lima menit.

“Iya sudah pak.”

“Ada yang ingin kamu tanyakan?”

“Nanti mungkin saya akan bertanya jika seiringnya waktu saya tidak mengerti pak.”

“Baik.”

Brian menarik nafas memandang Dista, “Begini Dista, ada peraturan yang tidak saya tulis di sini. Di dalam list itu kewajiban kamu sebenarnya, namun saya pribadi, ada tugas khusus untuk sekretaris saya.”

“Baik, apa itu pak?”

Brian bersandar di kursi, ia melipat tangannya di dada, “Setiap pagi kamu menyiapkan saya breakfast, saya breakfast terserah menu apa saja, saya tidak pilih-pilih makanan, yang penting itu roti atau buah segar.”

Brian membuka laci ia menyerahkan sebuah kartu untuk Dista, “Ini kartu debit saya untuk beli sarapan, nanti saya kasih nomor pin nya.”

Dista mengambil kartu debit berwarna silver itu dari tangan Brian.

“Setiap pagi juga, kamu membuat saya kopi dengan sedikit gula, ukurannya setengah sendok saja. Saya ingin diseduh dengan air yang panas.”

“Baik pak.”

“Jam 12 siang kita lunch, kamu temani saya makan. Pulang kerja kita jam 5, namun biasa saya pulang malam jam enam atau jam tujuh. Kamu menemani saya ngobrol sambil ngopi, untuk menghindari kemacetan saya. Karena rumah saya di Dharmawangsa. Yah, pulang biasa jam tujuh dan delapan, karena kita juga akan makan malam juga.”

“Kamu mengerti?”

“Baik pak, mengerti.”

Brian memandang penampilan Dista, “Nanti kalau kamu kerja agak lama, mungkin saya akan kasih uang baju dan makeup untuk kamu.”

“Terima kasih pak.”

“Ada yang ingin kamu tanyakan?”

“Cukup mengerti pak?”

“Oiya, kamu bisa bawa mobil?”

Dista mengangguk, “Bisa pak. Metic dan manual saya bisa semua pak.”

“Oke, bagus kalau begitu, nanti saya kasih mobil untuk kamu transportasi.”

Brian beranjak dari kursinya, “Ikut saya, saya akan tunjukan ruang kerja kamu.”

Dista mengikuti langkah Brian menuju ruangannya. Ruangan kerjanya tepat di sebelah rungan pria itu. Ruanganya sangat bagus, memiliki meja kerja yang luas, di atas meja terdapat computer flat, printer. Di belakangnya terdapat felling cabinet berwarna putih dan kursi hitam yang bisa diputar 360 derajat. Di situ juga terdapat sofa ruang tunggu. Jujur ini merupakan kantor idamannya.

“Ini ruangan kamu,” ucap Brian.

“Kamu bisa pelajari dulu berkas-berkas yang ada di ruangan ini. Kalau kurang paham kasih tau saya.”

“Iya pak.”

Brian lalu meninggalkan Dista di sana, agar wanita itu bisa mempelajarinya. Sedangkan Dista lalu duduk di kursinya. Ia menghidupkan power computer, ia membuka laci yang kosong , hanya terisi alat tulis kantor.

Dista membuka lemari ia melihat beberapa arsip yang tersusun rapi, di sana ada memo, surat masuk, surat keluar, proposal dan berkas-berkas penting. Dista beralih melihat file-file di dalam drive computer. Dista mempelajari di mana letak file-file penting, ada beberapa yang ia baca. Ia juga membuka email sekretaris yang tersedia password di meja. Ia membuka email satu persatu itu. Dista tenggelam dengan pekerjanyanya, ia sebenarnya tidak terlalu susah mempelajari administrasi karena pada awalnya ia jurusan administrasi.

***

Sementara di sisi lain Brian memandang profil sekretarisnya itu lagi. Dista menurutnya wanita yang sangat cantik sesuai exspetasinya. Dia memiliki mata yang indah, wajah berbentuk V dan hidungnya mancung. Yang paling ia suka dari Dista, dia sangat legan.

Brian kembali menekuri pekerjaanya, ia menandatangani laporan-laporan yang masuk. Brian menarik nafas panjang ia menyandarkan punggungnya di sisi kursi.

Aktivitasnya seperti ini setiap hari, ada perasaan bosan menghantuinya. Ia tahu bahwa bosan dapat dirasakan oleh siapa saja. Ia merasa ada yang kurang puas dalam kehidupannya, namun entahlah ia tidak mengerti.

Ia merasa bahwa ia sudah mengerjakan pekerjaan dan tugas terlalu sulit. Lambat laun timbul rasa bosan dan jenuh tidak ada lagi happy dalam hidupnya. I know, itu hal yang wajar menurutnya dan dapat dirasakan siapa saja. Ia terus-terusan merasa stuck di posisi bosan, seakan tidak menemukan makna dalam kehidupan. Hobi, mimpi dan hal-hal yang menyenangkan tidak pernah ia rasakan lagi.

Brian memejamkan mata beberapa detik, ia mengusap wajahnya dengan tangan. Ia melirik jam melingkat ditangannya menunjukan pukul 17.10 menit. Ia beranjak dari kursi, ia harus segera pulang hari ini.

Brian melangkah menuju ke arah jendela ia menatap gedung pencakar langit dari ketinggian. Banyak yang bilang bahwa “Enjoy the moment, do something”. Rasa jenuh akan hilang dengan sendirinya kalau dicoba dengan fokus, makan akan mendapatkan better dalam hidup. I know, tapi ia sudah mencoba tapi tetap saja hampa. Karena sebenarnya rasa jenuh datang tanpa diundang, dan pergi tanpa dipaksakan.

Brian melangkah keluar dari ruangannya, ia menuju office sekretarisnya, ia menatap Dista di sana. Wanita itu menyadari kehadirannya, mereka saling memandang beberapa detik. Wanita itu lalu berdiri dan tersenyum kepadanya.

“Kamu sudah pelajari semua?”

“Iya sudah pak.”

“Ada yang ingin kamu tanyakan?” Tanya Brian.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel