Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

BAB. 3 Kecurigaan Tuan Zack

Semua mata menatap ke arah Deral tak terkecuali Airin yang harap-harap cemas menanti jawaban Deral.

Deral dapat membaca kegalauan hati Airin. Tiba-tiba timbul ide gila dalam otaknya untuk mengerjai sahabatnya itu.

"Bagaimana Deral? Apa jawabanmu? Sang Ayah kembali bertanya.

"Kalau aku sih, yes!" Jawabnya yakin.

"Apa? Deral, kamu jangan bercanda dong!" Kesal Airin.

"Aku sedang tidak bercanda Airin, sayang..!" Ucapnya lalu mengedipkan satu matanya. Pertanda ada sesuatu rahasia yang tersembunyi dibalik perkataannya itu.

"Kalian sudah dengar semua? Deral menyetujui perjodohan ini. Jadi kita sudah bisa mulai menentukan tanggal pernikahan mereka." Jelas Tuan Edi.

"Apa?!" Airin lagi-lagi dibuat kaget dengan keputusan para orang tua. Sementara sahabatnya Deral terlihat santai dan tanpa beban.

"Kami orang tua Deral menyerahkan penuh keputusan penentuan tanggal pernikahan kepada orang tua mempelai wanita, bukan begitu, Mi?" Tanya Tuan Zack kepada istrinya.

"Iya tentu saja. Itu memang keputusan yang tepat, benar begitu kan, Al?" Tanya sang mami.

"Iya, Mi. Benar dan tepat! Saya setuju!" Jawab Deral sambil tersenyum ke arah Airin.

"Wah, lagi kehabisan obat nih, anak!" Gumam Airin dalam hati. Lalu dengan cepat Airin berkata, "Mi, Pi, Om, Tante, boleh tidak aku pinjam Al sebentar?" Tanpa menunggu jawaban para orang tua Airin segera menarik tangan Deral menuju teras samping rumahnya.

"Sini! Lo ikut gue!" Kesalnya.

"Airin, bersikaplah lebih lembut. Deral itu calon suamimu." Teriak Nyonya Veni. Namun dasar Airin keras kepala, ia tidak menggubris perkataan maminya dan terus menyeret Al.

"Apa-apaan sih lo, Al! Kok lo setuju dengan perjodohan itu.

"Lho, kenapa rupanya? Memangnya salah jika kita menikah?" Jawab Deral santai.

"Ah! gila lo Al!" Kesalnya lagi.

"Gue bukan hanya gila Ai. Tapi gue memang sudah tergila-gila karenamu!"

"Ih jijik gue, denger ucapan lo!" Airin semakin kesal.

"Hahahaha," Deral tertawa renyah.

"Lagian tadi saja lo bilang, lo nggak bakalan napsu lihat gue, walaupun gue telanjang, tapi sekarang kok beda lagi, Al?"

"Itu kan tadi Airin sayang, sekarang mah, beda lagi atuh!" Ucapnya sambil membelai lembut Airin.

"Ih..! Jangan pegang-pegang! Jijik gue, tau nggak!" Seru Airin lalu mencoba menepis tangan Deral yang hinggap di kepalanya.

Mami Veni dan Mami Dira terlihat tersenyum melihat tingkah keduanya yang begitu menggemaskan. Dari tadi mereka sengaja mengintip percakapan keduanya, atas suruhan suami-suami mereka.

Terutama Tuan Zack, yang sudah mengenal betul sifat Deral anak sulungnya yang suka jahil. Ia seakan tidak percaya, kenapa Deral begitu gampangnya menyetujui perjodohan itu. Untuk itu ia menyuruh para istri untuk memergoki keduanya.

Setelah kedua ibu tersebut merasa tidak ada hal yang mencurigakan dari keduanya. Mereka pun memutuskan untuk kembali masuk ke dalam rumah.

"Bagaimana, Mi?" Tanya Tuan Zack.

"Aman, Pi! Menurut Mami, Deral sangat menyukai Airin. Bukan begitu, Jeng?" Tanyanya kepada Mami Veni.

"Yap, seperti apa yang dikatakan Jeng Dira. Deral menyukai Airin. Pasti lambat laun Airin juga menyukai Deral." Ucapnya yakin.

"Ya sudah kalau begitu, mari kita lanjutkan pembicaraan kita tadi, biarkan mereka mengabiskan waktu berdua dulu." Tutur Tuan Edi.

Namun Tuan Zack yang sangat mengenali watak anaknya yang licik itu, tidak serta merta percaya. 

"Aku harus memastikannya sendiri." Gumamnya dalam hati.

"Bro, saya numpang ke toilet sebentar ya?" Pamit Tuan Zack.

Sementara itu, Airin tetap berontak dan tidak mau dijodohkan dengan Deral.

Ia terus memarahi Deral yang menyetujui perjodohan itu.

"Al! lo apa-apaan sih! Kok bisa-bisanya lo setuju? Terus cewek lo, lo tarok dimana? Lo buang ke laut, gitu?" Dan masih banyak lagi ocehan-ocehan lain yang keluar dari bibirnya.

Deral sendiri setelah mengetahui situasi aman terkendali. Ia lalu melirik kiri kanan, muka belakang, atas dan bawah. Ia juga memastikan jika kedua ibu mereka sudah pergi dari situ. 

Lalu kemudian ia tiba-tiba menutup mulut Airin dengan tangannya,

"Diam lo, Ai! Berisik! Gue hanya bersandiwara!" Bisiknya di telinga sahabatnya itu.

Airin dengan segera menghempas kasar tangan Deral yang menutupi melutnya.

"Maksud lo apa sih Al! Gue nggak ngerti!" Kesalnya tiba-tiba.

"Elah.., Airin telmi! Apa Lo nggak nyadar kode gue tadi?" 

"Kode yang mana sih, Al?"

"Mikir lo! Siapa juga yang mau nikah sama lo?" Sinisnya.

Airin mulai berpikir dan mencoba mengingat-ingat kode yang dimaksud oleh Deral. Dan ia pun akhirnya ingat, jika Deral beberapa kali mengedipkan mata kepadanya.

"Lo sudah ingat belum?" Tanya Deral.

"Sudah, hehehe, ya sorry. Gue nggak tau soal kode-kodean gitu, Al! Lo tau kan, gue orangnya lurus-lurus saja!" Jawabnya sambil cengengesan.

"Jadi kamu cuma pura-pura, Al?" 

"Yoilah! Siapa juga yang mau nikah cepat-cepat? Apalagi calon bininya, elo! Ih.., mikir seribu kali dulu gue, punya bini slengean kayak lo! Lihat bentuk badan lo aja, ih.., sama sekali nggak ada menarik-menariknya?" Deral memulai kejahilannya.

"Apa lo bilang Al? Dasar lo emang, body shaming!" Kali ini Airin benar-benar kesal kepada Deral. 

"Urusin tuh perjodohan sendiri! Gue nggak mau tau!" Ujarnya lalu meninggalkan Deral sendiri.

"Kok Airin jadi marah sih? Memangnya ada yang salah dengan ucapan gue?" Tanyanya dalam hati.

Disudut teras samping itu. Tuan Zack mengepalkan tangannya mendengar semua omongan anaknya.

"Jadi kamu hanya pura-pura setuju, Al? Kita lihat saja siapa yang menang kali ini!" Tuan Zack tersenyum penuh misteri. Ia segera melangkah kembali masuk ke dalam rumah.

Airin segera masuk ke dalam kamarnya dan mengunci pintu dari dalam. Karena ia tau, jika Deral pasti akan menyusulnya.

"Dia pikir dia siapa! Seenaknya saja menghina tubuhku!" Airin pun berdiri di depan cermin melihat tubuhnya. Ia membuka baju dan celana yang ia pakai. Tinggal tersisa underwear yang melekat di tubuhnya.

"Mata Al sudah juling kali! Masa dia tidak tau lekukan tubuh seksiku selama ini?" Ia lalu melenggak-lenggokkan tubuhnya di depan cermin. 

"Sean saja, pandangannya jika melihatku seperti ingin memangsa!" Ujarnya sambil kembali memakai pakaiannya.

"Tunggu saja pembalasanku, Al!" Geramnya dalam hati.

Untuk mengusir kegundahan hatinya. Ia pun mencoba menelpon sang kekasih. Namun sayangnya ponsel Sean tidak dapat dihubungi dan berada di luar jangkauan.

Ketukan di pintu kamarnya mulai terdengar. 

"Ai.., buka Ai, gitu aja lo ngambek. Bukain dong! Kayak anak kecil aja lo!" Ujar Deral. Bukannya merayu Airin, Deral malah menambah kekesalan hati Airin.

Benar saja, di dalam kamar Airin semakin marah dengan ucapan Deral yang mengatainya anak kecil.

Ia lalu memasang headset di telinganya.

"Terserah lo mau ngapain Al! Bodo!" Ujarnya lalu mulai memasang musik dan mulai bernyanyi.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel