Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

BAB. 4 Tuan Zack geram sendiri

Deral terus mengetuk pintu kamar Airin namun tidak ada sahutan. Tetapi ia mendengar suara Airin yang sedang mendendangkan sebuah lagu.

"Shit! Pasti ia sedang mendengarkan musik dan memasang headset! Sial, gue dari tadi kayak radio rusak dong! Ngomong sama dinding?" Deral menjadi kesal. Ia pun memutuskan kembali ke lantai bawah dan bergabung dengan para orang tua.

"Lho, Al, Airinnya mana?" Tanya sang mami.

"Tauk tuh Mi, Airinnya lagi ngambek kali. Dari tadi aku ketuk kamarnya dia nggak mau bukain." Kesalnya.

"Kamu pasti sudah jahili dia, kan?" Tanya sang mami penuh selidik.

"Aku cuma bercanda kok, Mi. Airinnya aja yang sewot sendiri." Deral masih membela dirinya.

"Sudah Jeng, nggak apa-apa, nanti biar saya yang bujuk Airin." Seru Nyonya Veni.

"Al, kamu itu harus mulai belajar dewasa. Sebentar lagi kamu akan menjadi kepala keluarga dan menjadi seorang suami. Berhenti bersifat kekanak-kenakan!" Hardik Tuan Zack marah. Apalagi setelah tau jika anaknya hanya bersandiwara menyetujui perjodohan ini.

"Jangan terlalu keras dengan Deral, Bro. Saya yakin Deral pasti punya rasa tanggung jawab penuh terlebih setelah keduanya menikah nanti. Benar begitu Deral?" Ucapan Tuan Edi terlihat santai tapi menusuk. Ia menatap tajam ke arah Deral.

"I..iya Om, benar banget." Jawab Deral gugup.

"Bagus kalau begitu, Om akan pantau terus perubahan sikapmu. Semoga kamu juga berhasil dalam mengarungi bahtera rumah tangga seperti kesuksesanmu dalam memimpin sebuah perusahaan." Tegas Tuan Edi.

"Beres, om!" Jawab Deral asal. Demi menyelamatkan reputasinya sebagai seorang CEO muda.

"Karena semua sudah jelas, jadi Nak Deral, kami para orang tua sudah menentukan tanggal pernikahan kalian. Tiga Minggu dari sekarang, bagaimana menurut kamu?" Tanya Nyonya Veni antusias.

"Siap Tante! Apapun keputusannya, saya dan Airin akan ikuti semuanya." Jawabnya tegas.

"Dasar Kamu, Deral! Pemberi harapan palsu! Jangan harap kamu akan lolos kali ini. Papi tidak akan membiarkannya." Geram Tuan Zack dalam hatinya.

Pertemuan keluarga pun selesai. Mulai besok para mami akan mulai disibukkan dengan persiapan pernikahan keduanya.

Waktu sudah menunjukkan pukul sebelas malam. Deral kembali mencoba menghubungi Airin tetapi tetap tidak diangkat.

"Ngapain sih Airin! Kok nggak angkat telpon gue?" Padahal Deral tidak tau jika Airin sudah dari tadi terbang ke alam mimpi.

Lalu ia pun mengirimkan pesan kepada Airin,

"Ai, lo beneran tidak peduli dengan perjodohan ini? Asal lo tau, tiga Minggu lagi kita sudah resmi menjadi suami istri! Jika lo tidak peduli juga, ya sudah, gue juga sama! Selamat menjadi Nyonya Deral Matthew Prins, wanna be!" Demikian isi pesan Derap kepada Airin.

Deral lagi-lagi menelpon kekasihnya, Rida. Setelah beberapa kali mencoba akhirnya panggilan itu tersambung.

"Rida, telpon lo kok berdering terus?" Tanya seorang pria yang sedang tidur satu ranjang dengannya tanpa sehelai benang pun.

"Lo sembunyi dulu, ini dari Deral, pacar gue." Seru Rida lalu mulai memakaikan kembali bajunya.

"Sial! Ternyata Rida sudah memiliki kekasih. Jangan-jangan gue hanya sebagai pelarian saja!" Kesal Sean lalu bersiap-siap bersembunyi di balik selimut.

"Halo Al?" Sapa Rida kepada kekasihnya.

"Kamu kok baru angkat panggilan dariku?" Kesal Deral.

"Sorry, Al. Tadi aku ada acara kantor. Maaf ya."

"Ya sudah, nggak apa-apa, lain kali jika kamu sibuk di kantor. Jangan lupa kabari aku. Apakah kamu mengerti?"

"Iya, sayang. Thanks sudah maafin aku."

"Oh ya, kamu kok keramas malam-malam?" Selidik Deral.

"Iya nih Al. Tadi kepalaku mumet banget makanya deh aku mandi besar aja sekalian." Jawabnya sedatar mungkin. Padahal, Sean yang membuatnya keramas malam ini.

"Tapi lain kali, jangan keramas malam hari deh, nanti kamu masuk angin. Jadi kamu mau tidur?"

"Iya nih, aku ngantuk banget. Thanks ya Al,  kamu sudah perhatian banget sama aku." Ujarya tulus dari hatinya.

Setelah saling berpamitan. Deral pun mematikan panggilan video itu.

Deral terlihat mengepalkan tangannya saat melihat foto-foto Rida dengan seorang pria. Sebenarnya ia sudah tau Rida selingkuh. Namun ia sengaja mendiamkannya dulu karena ia ingin tau lebih jauh tentang sosok selingkuhan pacarnya.

Deral juga tidak benar-benar menyukai Rida. Untuk itu ia terlihat santai saat orang kepercayaannya memberikannya foto-foto Rida dan selingkuhannya.

"Selidiki orang ini!" Ujar Deral kepada Abdul, orang kepercayaannya yang saat ini sedang berada di ruang kerjanya.

"Baik Tuan Muda." Serunya lalu keluar dari ruang kerja Deral.

Sampai saat ini, Deral sama sekali belum menemukan perempuan yang mampu membuat hatinya berdetak. Ia hanya dekat dengan Airin, sang sahabat sejak dulu. 

Padahal begitu banyak wanita yang menggandrunginya. Namun tidak ada satu pun yang menarik hatinya. Hanya Airin yang bisa mengisi kekosongan hatinya. Sayangnya mereka berdua sudah memplokamirkarkan hubungan mereka hanya sebatas teman semata tanpa melibatkan persahabatan.

Makanya saat Airin mengatakan ia sudah memiliki pacar. Deral merasa tersaingi. Ia pun dengan terpaksa menerima pernyataan cinta dari Rida yang dari dulu mengejar-ngejar cintanya.

Makanya saat kedua orang tua mereka mengetahui jika masing-masing dari mereka telah memiliki kekasih. Timbullah ide untuk menjodohkan keduanya.

Karena para orang tua mereka yakin, baik Deral maupun Airin, sama-sama saling menyukai hanya saja mereka masih gengsi satu sama lain dan belum benar-benar menyadari jika mereka saling menyukai.

"Bagaimana, Adul?" Tanya Tuan Zack. Saat ini keduanya sedang berada di halaman belakang rumah sedang berbicara empat mata. 

"Maaf Tuan, sepertinya rencana kita tidak berhasil. Tuan muda sama sekali tidak kaget. Sepertinya Tuan Al sudah lebih dulu tau tingkah Nona Rida yang berselingkuh dibelakangnya." Jelas Abdul.

"Saya juga tidak habis pikir, kenapa Deral tidak meninggalkan wanita itu! Padahal dia sudah tau perangainya." Tuan Zack terlihat memijit kepalanya. Ia mulai pusing memikirkan kisah percintaan anak sulungnya itu.

"Tapi Tuan muda menyuruh saya untuk menyelidiki siapa pasangan selingkuh Nona Rida." Ucapnya lagi.

"Ya sudah, segera lakukan. Jangan lupa laporkan kepada saya, bagaimana hasilnya." 

"Baik Tuan, saya permisi dulu." Abdul segera berlalu dari situ dan memulai penyelidikan malam itu juga.

Pagi pun tiba, Airin bangun dengan mata bengkak. Ia menangis semalaman karena ucapan Deral kepadanya. 

Entah kenapa, Deral lebih berpengaruh di hidupnya dibandingkan Sean kekasihnya.

Ia melirik jam di dinding kamarnya. Ternyata sudah menunjukkan pukul sembilan pagi.

Terdengar suara teriakan maminya dari balik pintu kamarnya.

"Ai.., bangun Ai, sudah mau siang nih. Buruan bangun. Kita mau ke butik pagi ini. Ai.., buka pintunya!" Teriakan sang mami semakin besar saja. Tak henti-hentinya menggedor pintu kamarnya.

Dengan malas, Airin membuka pintu kamarnya. 

"Apaan sih Mami! Teriak mulu! Bikin kupingku budek, tau!" Kesal Airin kepada ibunya.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel