BAB. 2 Airin yang usil
Airin sampai di lantai bawah dengan memasang wajah tersenyum. Benar saja, keempat orang tua itu sedang duduk di ruang makan menunggu dirinya selesai mandi.
"Airin, kamu ini kebiasaan kalau mandi lama banget. Dari tadi kami nungguin kamu!" Sergah Nyonya Veni menggerutu karena anak gadisnya kebiasan mandi lama yang membuat mereka hanya bisa melihat semua hidangan yang ada di atas meja tanpa menyentuhnya sama sekali, dan itu terjadi hampir 1 jam lamanya.
"Sudah, Jeng nggak apa-apa kok, yang penting Airin sudah kembali dan terlihat cantik setelah mandi." Bela Nyonya Dira.
"Terima kasih, Tante." Ucap Airin lalu menarik kursinya dan duduk manis.
"Ya sudah, karena semua sudah lengkap, mari kita makan." Seru Tuan Edi.
"Tunggu dulu, Bro." Cecar Tuan Zack.
"Ada apa lagi, Pi?" Tanya sang istri.
"Deral kemana kok nggak kelihatan dari tadi?" Tanyanya kepada semua orang.
Airin malah cuek dengan omongan Tuan Zack. Ia malah asyik menyendokkan nasi ke atas piringnya.
"Airin, tunggu. Kita menunggu Deral dulu." Sergah sang mami.
"Yaelah Mi, mau ditunggu sampai planet mars pindah posisi dengan bumi, Deral nggak bakalan nongol tuh." Jawab Airin santai.
"Maksud kamu, apa sih Ai?" Tanya sang mami penasaran.
"Airin, memang kami tau Deral sedang berada dimana?" Kali ini Nyonya Dira yang bertanya.
"Ya tau lah, Tan." Jawabnya cepat.
"Lho, memangnya Deral lagi dimana, Ai?" Nyonya Dira menjadi penasaran kemana anak sulungnya itu sebenarnya berada.
Ketiga orang tua lain juga turut menunggu jawaban dari Airin.
"Ih.., kok semua pada lihatin aku sih?" Risihnya.
"Makanya, jawab dong Deral lagi dimana?" Seru sang mami lagi.
"Deral lagi numpang tidur di kamarku, Mi dan katanya dia nggak boleh diganggu karena sangat mengantuk saat ini." Seru Airin dengan santainya.
"Apa?!" Jawab keempat orang tua itu serentak.
"Ampun dah! Kaget gue!" Celutuk Airin sambil melirik kesal kepada para orang tua.
"Sejak kapan Deral berada di kamarmu?" Tanya Nyonya Dira khawatir.
Saat aku selesai mandi, ia sudah tiduran di kasurku, Tan."
"Apa?!" Lagi-lagi keempat orang tua sangat kaget.
"Aduh! Kalian kenapa sih? Bikin aku jantungan saja!" Airin menjadi kesal kepada kempat orang tua karena sudah dua kali ia merasa kaget dan jantungnya hampir copot.
"Ai! Kamu kok biarin Deral tidur di kamarmu?" Tuan Edi bertanya kepada anaknya.
"Lho, memangnya kenapa, Pi? Kan Deralnya ngantuk katanya. Ya aku nggak masalah kok jika Deral tidur di kasurku." Ucap Airin polos.
"Mi, ini pamali, Mi!" Seru Tuan Zack kepada istrinya. Segera bangunkan Deral!" Titah Tuan Zack.
"Pamali kenapa sih, Om? Deral cuma numpang tidur doang kok, bukan yang lain." Jawabnya polos.
Airin masih belum mengerti jika keempat orang tua itu akan menjodohkannya dengan Deral.
Atas titah dari Tuan Zack, Mami Dira bersama Airin datang ke kamarnya untuk membangunkan Deral.
Airin membuka pintu kamarnya. Nyonya Dira melihat Deral yang sedang tidur sangat pulas bahkan sang anak sampai mengorok segala saking pulasnya ia tertidur.
"Tuh, Tan. Deral cuma numpang tidur di kamarku, bukan karena hal lain." Ujar Airin polos.
Airin lalu mendekati ranjangnya dan mulai membangunkan Deral.
"Al, Deral, bangun woi! sudah pagi!" Airin mulai mengguncang-guncangkan tubuhnya.
Sayup-sayup Deral mendengar suara Airin yang membangunkannya.
"Apaan sih Ai! Ganggu tidur gue aja lo!" Kesalnya.
"Woi! Bangun! Lo semalaman tidur di kasur gue!" Cecar Airin lagi.
"Apa?!" Deral segera bangun dengan rambut kusut dan muka cemberut seperti kerucut.
"Mami?!" Kagetnya. Lalu ia melirik arlojinya.
"Airin! Lo bohongin gue! Awas lo!" Mendengar perkataan Deral. Airin langsung mengambil langkah seribu. Berlari menghindari Deral yang hendak mengejarnya.
Namun satu tarikan baju yang dilakukan nyonya Dira, tiba-tiba menahannya untuk melangkah mengejar Airin yang sudah lari terbirit-birit menuju lantai bawah.
"Deral! Mau kemana kamu?" Sergah sang mami.
"Mau ngejar Airin dong, Mi. Habis dia bohongin gue!" Ujarnya lalu mencoba melepas cengkraman tangan sang mami di bajunya namun tidak bisa.
"Deral! Ini rumah orang! Jaga wibawamu! Kita tamu disini!" Seru Nyonya Dira sambil menatap tajam ke arah anaknya.
Dengan rasa kesal, mau tidak mau, Deral mengikuti apa yang dikatakan oleh sang mami.
Deral dan Nyonya Dira kembali bergabung di ruang makan.
"Ya sudah, yuk kita makan dulu. Dari tadi kita menundanya terus. Gara-gara ulah anak-anak." Semua orang di ruang makan itu. Memulai makan malam mereka.
Deral dari tadi menatap tajam ke arah Airin. Sementara yang ditatap malah tersenyum mengejek ke arahnya. Keempat orang tua itu, sedikit heran dengan tingkah keduanya.
Dalam hati mereka masing-masing sudah bertekad bulat untuk menjodohkan keduanya.
Setelah selesai makan malam keluarga.
Semuanya kembali duduk di ruang keluarga. Tak terkecuali Airin dan Deral.
Nyonya Veni kembali menghidangkan puding untuk di santap sebagai hidangan pencuci mulut setelah makan.
"Baik, karena semua sudah berkumpul. Kita akan memulai pembicaraan keluarga ini." Tuan Edi mulai buka suara.
"Edi dan Veni, kedatangan kami ke rumah keluarga Vee saat ini. Tak lain dan tak bukan untuk melamar Airin menjadi calon istri dari anak kami Deral." Ucap Tuan Zack tanpa beban.
"Apa?!" Teriak Airin dan Deral serentak.
"Kalian diam dulu! Jangan menyela saat orang tua bicara!" Tukas Tuan Edi tajam kepada keduanya yang hendak protes.
"Silakan lanjutkan, Zack." Ujar Tuan Edi lagi.
"Ya itu saja, intinya kami mau Airin menjadi menantu pertama keluarga, Prins." Airin dengan cepat menggelengkan kepalanya dan menatap Deral untuk meminta pertolongan. Namun yang ditatap, malah tersenyum licik ke arahnya.
"Bagaimana Edi? Apakah jawaban dari keluarga Vee." Dengan cepat Nyonya Veni mengangguk yakin sambil menatap ke arah suaminya." Sementara Airin semakin kesal menghadapi kenyataan ini, terlebih Deral yang terkesan tidak peduli dengan perjodohan ini.
"Kami dari keluarga Vee, tentu saja dengan senang hati, menerima perjodohan ini." Tegas Tuan Edi.
"Apa?!" Tapi, Pi?" Protes Airin tidak senang dengan keputusan sang ayah.
"Pi, kok Papi ambil keputusan sendiri sih?' tanya Airin dengan nada kesal.
"Papi tidak ambil keputusan sendiri kok. Mami juga setuju jika Deral menjadi menantu keluarga Vee." Kali ini Nyonya Veni yang akan bicara.
"Mi, Pi, aku dan Deral tidak saling kenal sifat masing-masing, kenapa malah main dijodohin aja sih?" Kesal Airin.
Tidak saling kenal bagaimana? Tadi saja Deral baru numpang tidur di kamarmu!" Sergah sang mami.
"Tapi itu kan beda, Mi." Jawabnya
"Beda bagaimana sih?" Kamu ini ada-ada saja." Seru Tuan Edi kepada anaknya.
"Deral bagaimana pendapatmu tentang perjodohan ini?" Tanya Tuan Zack tiba-tiba kepadanya.