14. Richard Bourque
Gelap...
Hanya kegelapan yang dirasakan ana saat ini.
Dingin...
Ia mencium aroma bunga camelia disekitarnya.
Kalvian membuka penutup mata ana
"pagi ana..baby"
Sapa kalvian
Ana langsung meludah kearah kalvian
Plakkkkk!!!!
Ana meringis merasakan sakit dipipinya
"jangan bertingkah ana..."
"atau aku akan membunuh suami mu yang sedang mencari ku"
Kalvian mengelus pipi ana yang memerah karena tamparan nya
"lepaskan aku brengsek" ia mencoba meronta dari ikatan tali yang membelenggu dirinya
"dia sudah membunuh ayahku ana... Bagaimana kalau aku membunuh kesayangan nya juga lalu kita seri" kalvian mengeratkan cengkramannya dileher ana
"oh ya...
Aku lupa...
Ayah mu menitipkan salam padamu sebelum kematian nya" kalvian tertawa sumbang dihadapan ana
"jadi..."
"kau pikir itu Alex? Dasar gadis bodoh!
Seharusnya kau teliti lebih dahulu ana" kalvian menyeringai
Wajah ana memerah menahan amarah
"BRENGSEKKK
KAU PEMBUNUH!!!
DASAR PEMBUNUH!!!"
Teriak ana histeris, ia terisak mengingat betapa bersalahnya ia meninggalkan alex
Alex... Maafkan aku
Ia menggumam dalam hati, merutuki kebodohannya sendiri. Harusnya ia tau dari awal alex tak akan setega itu.
"TERKUTUK LAH KAU!!!
Setelah ini apa? Kau akan membunuh nya? Saudara kandung mu sendiri?
Seorang Ivanovic?"
Bentak ana
"ouhhh... Maafkan aku ana! Tapi aku bukan lagi Ivanovic..."
"perkenalkan diriku"
Kalvian membungkuk sembari mengenalkan diri seperti seorang psikopat
"Kalvian Richard Bourque"
Ia menyeringai
Sial
"suatu kebetulan bangsawan diperancis mengangkat ku sebagai anak mereka bukan?"
"apa maumu?"
"kematian alexander... Kau akan memberiku satu pertunjukan kecil" kalvian melenggang pergi meninggalkan ana diiringi tawa mengerikannya
.
.
.
.
.
Leo memasuki kamar yang dihuni ana, menghampiri wanita yang menatap jendela dengan memakai gaun tidurnya.
"seperti sangkar emas huh?" tanya leo sembari mendudukan dirinya kesebuah sofa
"kau sama saja dengan mereka, bermuka dua" cibir ana
"andai kau tau apa yang dirasakan istri mu"
Leo tersenyum miring
"sama seperti halnya dirimu ana... Memasuki jurang curam"
"wanita begitu rumit...
Sudah diperingatkan untuk tidak terjun kedalam nya"
Ana berbalik menghadap leo
"cinta leo..."
"cinta menghancurkan segalanya" balas leo
"kau tak mencintai bella?" tanya ana penasaran
"aku mencintai nya... Karena itu aku menyerahkan mu kepada Kalvian" leo menyeringai
"BRENGSEK KAU!!!"
Ana melempar tumpukan buku kearah leo
"PERGILAH KALIAN KENERAKA BAJINGAANNNNN!!!!"
Leo melenggang pergi
"nikmatilah ana... Selagi kau masih bisa"
Ana terduduk dilantai, semua orang menghianatinya. Miris.... Hanya alex satu-satunya harapan ana. Sanggup kah ia bertemu alex setelah semuanya? Bisakah alex memaafkan nya? Atas semua kesalahpahaman yang dibuat kalvian..
Kalvian....
Satu nama yang ia benci....
*******
Alexander menelisir seluruh penjuru sebuah bangunan yang menjuntai tinggi dengan tiga lantai, sebuah mansion yang mengingatkan nya pada mendiang sang ibu.. Mansion bergaya paris yang bertahun lamanya telah ditinggalkan, alex memicingkan matanya. Rasanya lelaki tua itu tak pernah menjual masion yang terlihat begitu terawat walau tak ada yang menghuni nya.
Hahhh
Ia menendang ketikil didepannya dan berjalan menunduk, memori sebuah keluarga bahagia menyesakan dada bidang nya. Ia menyentuh dada berharap bisa meredakan sakitnya sejenak.
Flashback
"alex..."
"apa?"
"tenanglah! Aku tidak akan menggigit mu" seringai kalvian memperlihatkan deretan gigi putihnya
Alex menaikan satu alisnya
"dan mengadukan ku pada padre?"
"sampai kapan kau jadi pengecut?"
Cibir alex
"bisakah kau tak mengganggu gadis kecil itu, kalvian?"
"bukan urusan mu" jawab kalvian datar dan melangkah pergi meninggalkan alex
Alex mengepalkan tangan nya menahan amarah, ia sudah terlalu sabar menghadapi sikap saudaranya yang hanya berbeda 5 menit darinya saat kelahiran. Alex berlari kearah kalvian dan memukul tenguk kalvian dengan sikunya.
Arrrghhhhh
Kalvian merosot ketanah.. Sambil memegang tenguk nya kalvian menatap alex dengan amarah.
"apa???
Adukan lah kepada lelaki tua keparat itu!"
"jika aku membunuh padre apa kau masih berani melawan ku hm?" alex tersenyum mencibir kalvian
Kalvian tak menghiraukan alex dan berdiri lantas pergi meninggalkan alex.
Alex mengikuti kalvian dari belakang dan terhenti sesaat.
Ia menoleh kearah gadis kecil yang sedang menyusun buah yang terhambur ketanah kedalam sebuah keranjang..
"Marina..." ia bergumam dan akhirnya pergi
Plakkk!!!
Jelena terhempas membentur tembok setelah sebuah tamparan keras mendarap dipipi pucatnya.
"kau urus anak sialan mu itu Jelena!!" bentak dimitru
Alex hanya berani mengintip dari sebuah pilar besar yang berada didekat pintu utama. Alex melihat Dimitru melenggang pergi, alex langsung memghampiri sang ibu..
"madre..." isak alex sambil memeluk sang ibu
"alex..." jelena membalas pelukan alex dan ikut terisak disampingnya
"maafkan aku madre... Aku tak bermaksud membuat mu seperti ini" alex mengeratkan pelukannya berharap sebuah kehangatan yang selalu diberikan sang ibu
"tak apa alex.. Kau hanya ingin membela gadis kecil itu bukan?" jelena memaksakan senyumnya dan melepaskan pelukan nya sambil memegang bahu alex yang bergetar karena tangis, alex mendongak menatap ibunya yang cantik.
"madre... Kita pergi saja!"
Jelena menggeleng sambil terisak
"madre tidak bisa meninggalkan kalvian"
"tapi kalvian tidak perduli pada madre" balas alex meyakinkan
"madre akan pergi alex... Jika ayahmu telah tiada" jelena menangkup wajah mungil alex dengan kedua tangan nya
"berjanjilah pada madre alex... Bahwa kau akan menjaga adik mu! Dengan begitu... Madre akan pergi dengan tenang"
"tidak...."
.
.
.
.
Alex merosot kebawah mengingat pesan sang madre. Ia menundukan wajahnya, tubuhnya bergetar menahan tangis..
"maafkan aku madre... Aku harus mengingkari janji ku"
Krak.. Krak...
Alex mendongak mendengar ranting yang patah, mata elangnya menelusuri pepohonan lebat yang terdapat dibagian belakang mansion. Pohon-pohon melambai terkena tiupan angin dihari yang hampir gelap dan mendung..
Mata elangnya menangkap siluet seseorang memakai jubah dan kerudung yang menutupi semua tubuhnya. Alex bangkit dan berlari mengikuti siluet tersebut... Ia berlari terus berlari menggapai tubuh yang terlihat tak terlalu tinggi tersebut.
Hilang....
Orang itu hilang...
Alex menyipitkan matanya, berharap semua itu hanya ilusi semata. Pasalnya tidak seorangpun yang berani menginjakan kakinya dimansion milik keluarga Ivanovic ini..
"sir.."
Alex terpelonjak kaget saat sebuah tangan besar menyentuh pundaknya.
"sial... Andrew apa yang kau lakukan?" bentak alex ketika berbalik menghadap andrew
"maaf tuan...
Kamar anda sudah siap" balas andrew
"bukan... Bukan itu...
Kau menyentuhku!!" bentak alex arogan
"tuan tidak mendengar panggilan saya, jadi..."
"ya sudah.." balas alex datar lalu pergi meninggalkan andrew
Alex merebahkan dirinya keranjang. Pikirannya melayang.. Dia menunggu wanitanya yang dengan sialnya belum dapat ia temukan. Seolah keberadaannya hilang ditelan bumi. Tidakkah wanitanya rindu padanya?
Alex berdoa dalam hati semoga kalvian belum menemukan ana, atau mungkin sekarang wanita itu telah berada dibawah tubuh kalvian dengan sedikit paksaan..
Ah sial....
Alex menjambak kesal rambutnya, pikirannya terus tertuju kepada anastasia. Dan sekarang anak buah kalvian mungkin sedang mengawasinya dihutan belakang mansion..