Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

5

Lova berada di sebuah gedung tua, ia sering datang ke tempat itu saat ia merasa hidup terlalu sulit baginya. Di tengah malam seperti ini ia berdiri di atap sebuah gedung tua yang memiliki 10 lantai.

“Ayah, dan kamu malaikat kecil Ibu, bisakah kalian melihat aku disini? Hanya satu langkah aku bisa kembali bersama kalian.” Lova menatap ke langit yang malam ini sangat kelam.

“Beritahu aku, apakah aku harus mati sekarang atau tetap hidup untuk membalaskan kematian kalian?” Lova bertanya lagi.

“Benar, aku harus tetap hidup. Aku harus membalaskan kematian kalian, aku tidak akan mati sebelum itu terjadi.” Lova menjawab ucapan yang berasal dari otaknya, ia mendengar bisikan bahwa ia harus tetap hidup dan membalas Kyven juga Ibu Kyven.

Dor,, dor,, dorr,, dor,, tiga peluru terdengar nyaring di telinga Lova. Ia menoleh ke samping dan melihat seseorang telah tewas karena tembakan dari dua pria berseragam hitam lengkap. Lova tidak bisa melihat dengan jelas karena tempat itu sedikit remang.

“Aih, kalian berdua terlalu banyak menghabiskan peluru. Satu saja pada kepala sudah bisa membuatnya mati.” Seorang pria terdengar mengoceh, Lova memiringkan kepalanya sedikit lagi, ia bisa melihat seorang pria lain berdiri satu meter dari dua orang berseragam dan mayat yang masih mengeluarkan darah segar.“Sudahlah, ini tidak menyenangkan. Ayo kita pulang!” Suara itu memberi perintah.

Kreek,, Lova tak sengaja menyenggol sebuah kaleng bekas saat ia ingin melihat pria yang berbicara dengan jelas.

“Ah, ada tamu lain. Botak, selesaikan dia!” Pria tadi memberi perintah.

“Baik, Bos.” Botak menarik pelatuknya, ia melangkah menuju ke arah suara tadi.

“Nona,” Botak mengenali Lova.

“Anda,” Lova juga begitu, ia kenal dengan pria yang memegang senjata di depannya.

“Siapa dia?” Pria yang tak lain adalah Reeve itu bertanya pada botak.

“Wanita yang aku tabrak, Boss.”

“Hya, astaga. Apa yang dia lakukan di tempat ini di jam seperti ini. Apa dia hantu?” Reeve bersuara tanpa niat untuk mendekat ke arah Botak dan juga Lova.

“Nona, keluarlah,” Botak mengajak Lova untuk keluar dari tempatnya tadi.

Lova segera keluar, ia sudah menemukan iblis yang bisa membantunya untuk membuat Kyven dan Ibu Kyven menderita.

“Hey, Nona. Kau berniat bunuh diri disini, hm? Apakah tidak ada mobil yang ingin menabrakmu?” Reeve bertanya pada Lova dengan nada mencibir.

Lova mengingat kembali, ia pernah melihat pria ini. “Anda?”

“Ya, benar. Aku yang tadi pagi, astaga hari ini aku bertemu denganmu dua kali.” Reeve mengeluh seakaan sebuah kesialan bertemu dengan Lova lagi.

“Botak, antar dia pulang. Berikan aku uang, aku akan naik taksi saja.” Lagi-lagi Reeve meminta uang pada Botak.

“Ini, Boss.” Botak memberikan hasil rogohan di sakunya. Botak memang harus selalu memegang uang karena ia tahu Bossnya yang ajaib pasti akan meminta uang padanya, entah untuk naik taksi atau untuk membeli ice cream di sebuah taman.

“Apakah tidak apa-apa jika dia hidup, Bos??” Pria satu lagi bertanya.

“Tidak apa-apa, wanita ini pasti akan segera mati, jangan membuang peluruku untuk membunuhnya.” Kata Reeve santai. Reeve tak berpikiran bahwa wanita lemah dan rapuh seperti Lova berani membeberkan tentang ini.

“Jangan mengatakan apapun lagi, aku akan melemparmu dengan sepatuku jika kau menyelaku.” Reeve mengancam orangnya yang bahkan tak berniat untuk menyelanya.

Reeve segera melangkah meninggalkan Botak, temannya botak dan juga Lova.

“Nona, Ayo.” Botak mengajak Lova.

Lova segera berlari, ia mengejar Reeve.

“Tuan, tunggu!” Lova bersuara sedikit tinggi. Ia semakin memperpendek jarak antara dirinya dan Reeve.

“Ada apa?” Reeve berhenti melangkah, ia menatap Lova tanpa minat.

“Aku ingin meminta bantuan padamu.” Lova berkata dengan jelas.

Reeve menautkan alisnya. “Apakah aku terlalu baik padamu? Aku tidak membunuhmu dan aku juga memerintahkan orangku untuk mengantarmu pulang dan sekarang kau ingin meminta bantuan, kau pikir aku ini kantor polisi. Tidak!” Reeve menolak cepat.

“Aku mohon, bantu aku.” Lova memohon.

“Apa? Kau ingin mati? Minta tolong pada Botak saja, dia pasti bisa mengirimmu ke neraka.”

“Bukan itu.”

“Bukan?” Reeve menggelengkan kepalanya.

“Aku ingin meminta bantuanmu untuk membuat hidup dua orang menderita.”

“Ah, permintaanmu terlalu menyusahkan.” Reeve menolak lagi.

“Aku akan melakukan apapun jika Tuan bersedia membantuku.” Inilah yang Lova maksudkan dnegan menjual dirinya pada iblis.

“Memangnya apa yang bisa kau lakukan? Aku punya banyak pelayan, aku juga bisa membayar wanita jika kau ingin dipuaskan?” Reeve masih tak ingin membantu Lova.

“Aku akan menjadi apapun yang anda inginkan, Tuan. Aku mohon bantu aku.”

“Ah, bagaimana ini? Aku benar-benar tidak membutuhkanmu. Kau tidak bisa jadi tukang pukul karena tubuhmu sangat kurus, kau juga tidak bisa jadi pembunuh karena aku yakin kau tidak akan bisa melawan satu orangpun.” Reeve memasang wajah menyebalkannya.

“Aku mohon, Tuan.” Lova berlutut.

“Hya, dia benar-benar serius rupanya.” Reeve menghela nafas frustasi. “Berdiri! Ikut aku ke tempat tinggalku.” Reeve memberi perintah.

Lova segera bangkit, ia segera berjalan dibelakang Reeve.

♥♥♥

Mobil Reeve sampai di Maxleon, Maxleon adalah sebuah mansion mewah dengan keamanan berlapis-lapis, Reeve tidak akan membiarkan penyusup masuk ke dalam rumahnya.

“Zanda! Zandaaaa! ZANDAAAAA!!” Reeve memanggil pempimpin para pengawalnya.

“Bos, gunakan ini.” Botak memberikan sebuah alat untuk memanggil Zanda.

“Ah, kau ini, kenapa tidak bilang dari tadi, Botak! Aku jadi tidak perlu berteriak.” Reeve menyalahkan botak, ia menyentil kepala Botak dengan jarinya.

“Zanda, dimana kau?” Reeve berbicara di alat komunikasi yang hanya orang-orang Black ‘A’ milikki.

“Disini, Bos.” Suara Zanda terdengar dari arah belakang Reeve. Reeve memutar tubuhnya dan melihat Zanda yang melambaikan tangannya. Zanda mendekat pada Reeve.

“Ada apa?” Tanya Zanda.

“Bersihkan tubuh wanita ini dan berikan dia pakaian yang bagus lalu bawa dia ke, ruanganku.” Reeve menunjuk ke arah Lova.

“Ah, baiklah.” Zanda menganggukan kepalanya.

Reeve pergi meninggalkan ruangan itu, sementara Zanda dia membawa Lova ke sebuah tempat. Botak dan temannya kembali ke tempatnya yaitu di ruang pengawal Maxleon.

Reeve sampai di sebuah ruangan yang terbuat dari kaca tebal yang tidak bisa ditembus oleh peluru, Reeve meletakan 5 jari nya pada kaca lalu setelahnya ia mendekatkan matanya ke kaca, yang Reeve lakukan adalah untuk membuka pintu kaca ruangan itu. Inilah keamanan dari tempat Reeve, semuanya membutuhkan sidik jari dan sensor mata.

Reeve duduk di kursi kebanggannya, ia menekan meja kaca yang ada didepannya lalu pada dinding kaca ruangan itu muncul beberapa gambar yang merupakan bagian-bagian dari Maxleon. Reeve menekan tombol lain yang ada di meja kacanya, layar itu menunjukan bagian-bagian dari markas Black ‘A’ beginilah cara Reeve mengawasi orang-orangnya, hanya dengan satu alat canggih yang ia ciptakan sendiri.

Beberapa saat kemudian Zanda datang ke ruangan kaca yang tak lain adalah ruang kerja utama Reeve.

“Lumayan,” Reeve berkomentar saat melihat Lova sudah didandani dengan cantik, pakaian lusuh Lova juga sudah diganti dengan dress yang indah.

“Tinggalkan kami berdua, Zanda.” Reeve memerintahkan Zanda untuk pergi.

“Baik, Boss.” Zanda segera keluar dari ruangan kaca itu.

“Jadi, siapa namamu?” Reeve meletakan kakinya diatas meja kaca. Ia menatap Lova dengan angkuh. Reeve berubah-ubah dengan cepat, kadang ia seperti anak kecil dan kadang ia seperti malaikat maut, seperti ini misalnya.

“Cinderella Pimelova.”

“Nama yang indah. Usiamu?”

“24 tahun.”

“Hanya berbeda satu tahun dariku. Alamat rumah?” Reeve menanyakan hal yang bisa dengan mudah ia dapatkan meski ia tidak bertanya sekalipun.

“Ah, tidak perlu. Kenapa aku seperti sedang mewawancarai seorang pelamar kerja?” Reeve membuat mulut Lova yang berniat menjawab kembali bungkam.

“Katakan alasan kenapa aku harus membuat dua orang menderita?”

“Karena mereka sudah membunuh ayahku, karena mereka sudah membuat hidup kami menderita.”

“Ah, rumit juga.” Reeve sok-sokan berpikir. “Nama?”

“Cin-“

“Bukan itu, nama dua orang itu.”

“Kyven Aylward dan Regina Aylward.”

“Apakah itu orangnya?” Reeve menunjuk ke dinding kaca yang sudah menunjukan dua foto.

“Benar.”

“Ah, itu terlalu mudah untukku.” Reeve meremehkan permintaan Lova.

“Anda tidak boleh membunuh mereka sekarang, buat mereka menderita lalu buat mereka mati karena penderitaan itu.”

“Waw, kau mengerikan juga.” Reeve memperlihatkan raut ngerinya. “Aku bisa melakukan itu untukmu tapi sebagai bayarannya-”

“Aku akan melakukan apapun.” Lova menyela ucapan Reeve.

“Jangan menyelaku,” Reeve tidak suka disela seperti tadi. “Meminta bantuan denganku akan membuatmu terikat denganku selamanya. Aku adalah iblis, aku tidak perlu menjelaskannya karena kau tahu itu dengan baik. Sekali kau masuk maka kau tidak akan bisa keluar lagi, sekali kau menjadi milikku maka kau tidak bisa berpikir untuk menjadi milik yang lain lagi. Kau akan terkurung selamanya.” Reeve menjelaskan itu dengan nada menakutkan, ini seperti sebuah perjanjian antara iblis dan penganutnya.

“Aku akan menyerahkan hidupku, aku hanya ingin mereka menderita.”

“Baiklah, setelah ini jangan pernah berpikir bahwa hidupmu adalah milikku karena mulai sekarang hidupmu adalah milikku.” Reeve bangkit dari tempat duduknya, ia mendekat Lova yang berdiri di seberangnya.

“Pertama, tunjukan padaku bahwa kau menjadi milikku sepenuhnya.” Reeve memainkan rambut Lova.

Lova bukanlah anak kecil, ia mengerti betul maksud dari ucapan Reeve. Lova segera membuka dress selutut yang ia kenakan hingga menyisakan dalamannya saja.

Reeve berdiri dari duduknya. "Cukup," Reeve menghentikan Lova yang ingin membuka branya. Reeve menarik pinggang Lova hingga antara dirinya dan Lova tidak ada jarak lagi.

"Membuka ini dan ini adalah bagianku." Reeve memegang bra dan celana dalam Lova. "Aku tidak suka foreplay, jadi bisa kita langsung saja?" Reeve berbisik di telinga Lova.

"Tubuhku, milikmu. Lakukan apapun yang membuatmu senang."

Mendengar ucapan Lova, Reeve langsung mendudukan Lova diatas meja kaca, ia membuka bra dan celana dalam Lova, kali ini wanita itu benar-benar tak tertutupi apapun.

Reeve membuka kemeja abu-abu yang ia kenakan hingga memperlihatkan dada bidangnya dan absnya yang terbentuk indah. Terdapat tato di dada bagian kiri Reeve hingga ke perut dan juga lengannya. Reeve memang menyukai tatto.

Lova tak lagi memikiran tubuh indah Reeve, yang ia tahu saat ini bahwa ia tidak bisa mundur dari perjanjian yang ia buat sendiri.

Reeve membuka pengait celananya ia menurunkan celananya, kini yang tersisa hanya dalaman bermerk yang melekat di pinggangnya. "Kau tidak takut, Lova? Aku suka dengan permainan kasar." Reeve menakuti Lova.

"Tak ada kata takut saat aku sudah menyerahkan hidupku."

Reeve tersenyum. "Aku suka kata-katamu, tapi harusnya kau takut padaku karena aku adalah pria menyeramkan."

"Aku pernah bertemu dengan orang yang lebih menyeramkan sebelumnya."

Reeve menurunkan celana dalamnya, tangannya mengangkat kedua paha Lova. Ia mengarahkan miliknya, di dorongnya kasar lalu ia menyatu dengan utuh pada Lova.

"Sakit, hm? Sudah berapa lama kau tidak melakukan ini?" Reeve memegang pinggang Lova dengan kedua tangannya. Ia bergerak maju mundur dengan cepat.

"3 tahun,"

"Cukup lama, mulai sekarang kau akan terus merasakannya, Lo-va." Reeve memenggal kata Lova dengan suaranya yang serak.

Lova memejamkan matanya, ia meracau tak karuan karena menikmati sentuhan Reeve yang tidak bisa dikatakan lembut sama sekali.

"Ashh.." tubuh Lova melengkung saat Reeve menusuknya dalam.

"Aku suka suaramu, Lova. Terdengar sangat sexy." Reeve tersenyum kecil. Melihat Lova berada di meja kacanya lebih ia sukai. Wanita lemah itu datang padanya dengan menyerahkan diri, sebenarnya Reeve tak ingin mencengkram Lova tapi sesuatu dalam dirinya menginginkan Lova. Sekarang Lova tidak bisa pergi kemanapun lagi, ia sudah mengklaim Lova sebagai miliknya.

Reeve membalik tubuh Lova, ia kembali bergerak dengan liar. Fantasynya tentang wanita rapuh itu sudah terpenuhi dan rasa bercinta dengannya jauh lebih nikmat aslinya daripada yang ia bayangkan.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel