4
Tok, tok, tok, Pintu rumah Lova diketuk. Lova tak tahu siapa yang mendatanginya pagi ini, mungkin Jordan pikirnya. Ia segera keluar dari kamarnya dan membuka pintu rumahnya.
“Ada apa?” Lova bersuara datar seperti biasa. Yang mengetuk pintu rumahnya bukanlah Jordan melainkan supir dari Eve, tunangan mantan kekasihnya.
Eve menerobos masuk ke rumah yang bahkan ia pikir lebih cocok untuk tempat tinggal hewan seperti anjing atau yang lainnya.
“Kau tidak mengerti ucapanku dengan baik.” Eve memutar tubuhnya, ia sudah berada di tengah ruang tamu Lova yang berada tak jauh dari pintu masuk.
“Aku tidak mengerti ucapanmu,” Lova menatap Eve dari tempatnya yang masih berdiri di depan pintu.
“Kyven, kau pulang bersamanya, bukan?”
Lova tak tahu apa yang tak bisa orang kaya lakukan, mereka membuntuti dan mematai siapapun termasuk orang terdekat mereka.
“Dia yang menawarkan diri.”
Eve tersenyum sinis, “Tapi kau masuk ke dalam mobilnya, bukan?” meski ingin meleda, Eve tetap terlihat tenang. “Aku tak mengerti setebal apa wajahmu tapi aku akan memberitahukan sesuatu agar kau tidak lagi bersama Kyven.” Eve memberi isyarat pada pengawalnya untuk masuk ke dalam rumah Lova, pria itu menyalakan laptop milik Eve lalu menunjukan sebuah video pada Lova.
Mata Lova terbelalak saat ia melihat video 3 tahun yang lalu, setelah selesai dengan video tersebut si pengawal memutar sebuah rekaman yang makin membuat mata Lova membulat tak percaya.
“Kebakaran pada kediamanmu 3 tahun lalu adalah ulah Kyven, kematian ayahmu dua tahun lalu adalah ulah Ibu Kyven. Pikirkan baik-baik, Lova, inilah yang bisa orang-orang seperti kami lakukan untuk menyingkirkan orang-orang sepertimu.” Eve tersenyum keji, ia merasa sangat senang melihat wajah Lovayang kaku, Eve memasang kaca matanya lalu melangkah melewati Lova.
“Bagaimana mungkin, bagaimana mungkin dia setega itu. Bagaimana mungkin mereka bisa melenyapkan ayahku, kenapa mereka melakukan ini? Kenapa?” Lova bersuara parau, air matanya sudah memenuhi matanya, kedua tangannya mengepal karena tidak bisa menerima hal keji yang dilakukan oleh Kyven dan juga Ibu Kyven padanya dan juga ayahnya. Apa sebenarnya salah mereka hingga orang-orang itu tega melakukan itu pada mereka?
Lova mengambil baju hangatnya, ia memakai sepatunya lalu mengunci pintu rumahnya, ia harus mendapatkan jawaban atas pertanyaan dalam otaknya. Ia harus tahu bagaimana bisa orang-orang itu melakukan hal kejam pada ayahnya. Membakar rumah mungkin bisa Lova terima tapi membunuh ayahnya dengan keji bukanlah hal yang bisa diterima. Lova sudah berpikir kalau ada yang salah dengan kematian ayahnya, tak mungkin perampok menyerang ayahnya karena perampok juga tak mungkin merampok orang yang tidak memiliki apapun, ayah Lova tidak pernah menggunakan barang mahal, ia bahkan sangat jarang memiliki uang. Jadi sekarang semuanya jelas, Ibu Kyven membuat skenario seperti itu agar itu dianggap sebagai perampokan bukan sebagai pembunuhan. Bagaimana bisa? Bagaimana bisa? Itulah yang Lova pertanyakan sepanjang jalan menuju ke halte bus.
Citttt,,, suara decitan rem terdengar jelas namun Lova tidak menghentikan langkahnya, ia tidak memperdulikan sekitarnya yang ia tahu ia harus segera sampai ke halte bus.
“HEY!! KAU!!” seseorang berteriak ke arahnya. Lova menoleh ke arah pria yang memanggilnya.
“Hya, astaga. Dia lagi,” pria itu nampak jengah. “Kau mau mati?”
Lova diam, mulutnya terkunci rapat karena otaknya yang tak berhenti memikirkan tentang video dan rekaman yang Eve tunjukan padanya.
“Kalau kau mau mati jangan di jalan raya, aku sangsi jika kau akan langsung mati kalau tertabrak. Datanglah kerumahku dan aku bisa menjadikanmu sasaran tembakan. Aku bisa membantumu jika kau ingin cepat kembali pada sang pencipta.” Pria yang ada di depannya mengomel kesal.
Lova tetap diam.
“Aku rasa kau tuli, mungkin juga bisu, ah mungkin kau juga buta karena menyebrang sembarangan. Sudahlah, aku pusing berbicara denganmu. Hati-hati, jangan sampai kau tertabrak orang lain kali ini karena mungkin saja mereka tidak sebaik diriku.” Pria tersebut memegang bahu Lova lalu pergi.
Lova membalik tubuhnya lagi saat ia melihat bus sudah mendekati halte, ia berlari ke halte dan segera masuk ke bus saat bus sudah ada di depannya.
♥♥♥
Lova tidak tahu harus mengunjungi tempat yang mana, tapi hanya satu tempat yang ia tahu yang kemungkinan ada Kyven disana ‘Gedung Caldwell Company’ ia sudah berdiri di depan gedung bertingkat.
“Nona, anda mau bertemu dengan siapa?” Resepsionis wanita bertanya pada Lova.
“Kyven, saya ingin bertemu dengan Kyven.” Lova menyebutkan nama yang begitu dikenal oleh resepsionis itu, di gedung ini Kyven adalah pria tertampan urutan kedua setelah Denzell.
“Apakah anda sudah membuat janji?”
Lova menggelengkan kepalanya.
“Anda harus membuat janji terlebih dahulu baru anda bisa bertemu dengannya.”
“Katakan saja kalau Lova ingin bertemu dengannya, ada yang harus saya bicarakan dengannya.”
“Apakah anda salah satu wanita Pak Kyven?” Resepsionis itu bertanya dengan nada sinis.
Lova diam.
“Sudah aku duga, pergi dari sini. Terlalu banyak wanita murahan seperti kau yang mencari Pak Kyven.” Resepsionis itu bersuara sinis.
“Security!” dia memanggil keamanan. “Bawa wanita ini keluar dari sini!” Dengan kasarnya wanita itu memberi perintah.
“Tolong, hanya sebentar saja.” Lova memohon.
Security menyeret Lova keluar dari gedung itu dan mendorongnya hingga jatuh ke lantai. “Jangan membuat pekerjaanku jadi sulit, Nona. Pergilah!” Security itu mengusir Lova.
Lova bangkit dari terpuruknya, ia memohon lagi pada security tapi akhirnya ia di dorong lagi namun kali ini ia tidak jatuh ke lantai melainkan ke pelukan seorang pria.
“Apa yang kau lakukan disini?” Suara itu begitu Lova kenal.
“Ada hal yang ingin aku tanyakan padamu.” Lova sudah berdiri dengan benar.
“Ikut aku,” Kyven mengajak Lova mengikutinya, ia memabwa Lova ke belekang gedung itu.
“Ada apa?” Kyven melepaskan tangan Lova. Ia menatap Lova tanpa minat.
“Kenapa? Kenapa kau melakukan itu padaku?” Lova bertanya dengan nada datar. Ia tak tahu harus mengekspresikan kemarahannya seperti apa.
“Apa maksudmu?”
“Rumahku, ayahku, kenapa kalian tega melakukan itu pada kami?”
Kyven terkejut karena pertanyaan Lova tapi ia tidak menunjukan rasa terkejutnya dengan wajahnya yang terlihat santai.
“Kau sudah tahu rupanya.” Ia berkomentar santai.
“Kenapa, Kyven? Kenapa kau tega?” Lova ingin menemukan jawaban itu.
“Membakar rumahmu memang aku yang melakukannya, bukankah aku yang memberikan rumah itu padamu? Aku hanya mengambilnya saja, aku rasa tak ada yang salah dengan itu.” Kyven benar-benar tidak berperasaan.
Lova tidak percaya dengan hal ini, “Kau bisa mengambilnya dengan cara lain, Kyven. KENAPA KAU HARUS MEMBAKARNYA!!” Lova berteriak, kepalanya ingin meledak.
“Pelankan suaramu, Lova!”
“Kau dan Ibumu memang brengsek! Jika kau sudah muak padaku maka kau harus mengatakannya dan aku pasti akan mengembalikan apapun yang sudah kau berikan padaku. Ibumu melenyapkan ayahku dengan cara yang tidak bisa diterimaoleh akal sehatku. Kenapa! Kenapa dia membunuh ayahku!! Bahkan saat itu kita sudah tidak berhubungan lagi.”
“Itu agar ayahmu tidak lagi mengganggu keluarga kami, dia datang meminta kasihan padaku dan juga Mommy. Ayahmu memang lebih baik mati seperti itu daripada jadi beban, pria tua penyakitan itu hanya menyusahkan saja.”
Plak,,, Lova memberikan tamparan keras pada wajah Kyven, tubuhnya bergetar karena kemarahannya yang tak bisa disalurkan dengan benar.
“Ayahku tidak mungkin meminta padamu dan juga ibumu. Dia bukan orang yang suka dikasihani. Dia tidak mungkin melakukan itu. Katakan! Katakan yang sebenarnya, kenapa ibumu tega melakukan itu pada ayahku!!”
“Kau ingin tahu yang sebenarnya, huh!!” Kyven mencengkram tangan Lova dengan keras. “Itu karena Mommy ingin kau pergi jauh dari kehidupan kami. Itu agar wanita rendahan sepertimu tidak menjadi benalu dikehidupan kami. Itu agar kau menghilang dari pandangan kami! Dan itu karena kami membencimu.”
Mendengar penuturan Kyven membuat Lova terdiam sejenak. “Hanya karena itu kalian membunuhnya? APA KALIAN MANUSIA!!” Lova memukul Kyven dengan sisa tenaga yang ia punya. Kyven memegang tangan Lova agar wanita itu berhenti memukulinya.
“Menghilanglah dari kehidupanku, Lova. Dengan begitu kau aman, aku dan Mommy bisa membunuhmu jika kau terus datang pada kami.”
“Aku tidak akan pergi. Aku akan membuat kalian membayar semua yang kalian lakukan padaku dan juga Ayahku, kalian harus merasakan bagaimana sakitnya yang kami rasakan!”
“Apa yang mau kau lakukan? Melapor pada polisi? Lupakan saja, Lova. Hukum tidak bisa menyentuhku dan Mommy.” Kyven meremehkan Lova.
“Tak akan ada hukum yang menyentuh kalian, tapi aku pastikan kalian akan menderita hingga kalian akan memohon kematian. Menyakitiku bisa aku maafkan tapi membunuh ayahku adalah hal yang paling tidak bisa aku maafkan.”
“Berhenti mengkhayal, Lova. Bahkan untuk menyentuh kami saja kau tidak bisa apalagi untuk membuat kami menderita, tamparan tadi bukanlah apa-apa, Lova.” Kyven masih terus menghina Lova. “Pergilah dari sini sebelum kami berpikir untuk melenyapkanmu.” Usai mengatakan itu Kyven melangkah, tapi langkahnya tertahan saat Lova menahan tangannya.
“Aku akan melakukan apapun untuk membalas kalian, bahkan jika artinya aku harus menjual hidupku pada iblis sekalipun!” Lova berkata sungguh-sungguh, matanya menyiratkan dendam dan luka yang begitu mendalam.
“Aku akan menyeret kalian ke neraka, bersiaplah untuk itu.”
Kyven menghentakan tangan Lova hingga terlepas darinya.“Lakukan, aku juga akan membangun neraka untukmu!” Setelahnya Kyven benar-benar meninggalkan Lova.
“Kau tidak akan pernah aku lepaskan, Kyven. Kau dan Ibumu harus menderita ditanganku dengan begitu Ayahku akan mati dengan tenang.” Lova sudah tidak bisa tertolong lagi dari dendam. Kyven sudah membuat luka yang terlalu dalam untuk Lova, ia sudah melakukan kesalahan yang membuat Lova berubah drastis.
Kaki Lova mulai melangkah setelah beberapa saat ia berdiam diri di tempat,
“Lova?” Seseorang yang mulai ia kenal memanggil namanya. “Apa yang kau lakukan di tempat ini? Apa kau berubah pikiran? Kau sudah tidak menolakku lagi??” seseorang itu adalah Denzell.
Lova tidak menjawabi pertanyaan Denzell, ia kembali melangkah meninggalkan pria yang sangat tertarik dengannya itu.
“Kau terlalu merendahkan aku, Lova. Kita lihat sejauh mana kau mampu menolakku.” Denzell tersenyum sinis menatap Lova.