Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

3

Reeve, Keegan dan Elyza sudah berada di sebuah restoran berbintang, mereka mengambil tempat di tengah-tengah ruangan. Pelayan datang ke meja mereka, Elyza yang sangat mengenal anak-anaknya memesankan makanan untuk mereka.

“Kak, mobil ini keren, ya. Kira-kira Daddy akan membelikannya tidak untukku?” Keegan menunjukan gambar sebuah mobil pada Reeve.

Reeve melirik sekilas gambar di ponsel adiknya, “Pasti akan dibelikan.” Reeva berkata yakin, ayahnya memang bukan orang yang pelit, ia akan membelikan apapun yang anaknya inginkan namun hanya cinta dan kasih sayang yang tidak bisa dia berikan.

“Benarkah? Kira-kira kakak tahu tidak tentang mobil ini?” Keegan bertanya lagi.

“Mobil itu cocok untukmu.” Reeve hanya berkata seperti itu, mobil yang Keegan inginkan sudah dimiliki oleh Reeve, jadi ia tahu apakah mobil itu layak atau tidak untuk adiknya.

“Baguslah, setelah ini aku akan meminta Daddy membelikannya untukku.” Keegan berbeda dengan Reeve, jika saat remaja Reeve tidak pernah meminta apapun maka Keegan banyak meminta, Keegan berpikir untuk apa uang ayahnya jika bukan untuk ia habiskan.

“Kenapa minta mobil baru? Mobilmu yang lama saja belum dipakai.” Elyza tak suka jika anaknya terlalu hidup mewah, ya meskipun kemewahan tak akan lepas dari orang-orang kaya apalagi untuk keluarga mereka.

“Biarkan saja, Mom. Kenapa harus dilarang.” Reeve menyahuti ucapan ibunya.

Seorang pria paruh baya dengan wanita muda masuk ke dalam restoran, mata Reeve menangkap pasangan itu.

“Kenapa dari sekian banyak restoran dia harus makan disini?” Reeve menggeram pelan.

“Mom, Kee, ayo kita pergi. Kakak ingin makan makanan pinggir jalan saja.” Reeve mengeluarkan beberapa lembar dollar untuk membayar makanan yang bahkan belum sampai dimejanya.

“Pinggir jalan?” Keegan mengerutkan keningnya. “Ayo, sudah lama aku tidak makan makanan pinggir jalan.” Keegan menyetujui ajakan Reeve.

Elyza menatap ke arah pandang Reeve tadi, hatinya langsung panas begitu juga dengan matanya. Pria yang bersama wanita muda yang kini duduk tidak jauh darinya adalah Jaxon suaminya. Mata Elyza dan Jaxon bertemu untuk beberapa saat tapi Jaxon segera memalingkan wajahnya. “Mom bawa Keegan keluar duluan, aku ke toilet dulu.”

“Hm, ayo, Sayang.” Elyza menghalangi arah pandang Keegan, putra bungsunya itu tidak pernah tahu kalau ayahnya selalu bermain dengan wanita lain. Yang Keegan tahu, ayahnya adalah pria yang baik. Meski jarang bertemu tapi penilaian Keegan tetap seperti itu.

Elyza tidak tahu sampai kapan ia akan menyembunyikan hal itu pada Keegan tapi untuk saat ini ia ingin Keegan tidak tahu agar Keegan tidak pergi seperti Reeve.

Reeve melangkah menuju ke Jaxon. Ia menarik nafas panjang lalu menghembuskannya, ia tidak ingin berkelahi dengan ayahnya sendiri tapi sikap ayahnya memang seperti ingin dipukuli olehnya.

“Bisa kita bicara sebentar.” Reeve meminta pada ayahnya.

“Pergilah sebentar,” Jaxon mengusir wanita bayarannya yang sejak tadi menempel padanya seperti lintah.

“Lakukan apapun yang Daddy mau, bermainlah dengan ribuan wanita tapi tolong, jangan pernah menunjukan ini pada Keegan. Dia terlalu menilaimu dengan baik dan aku tidak ingin Keegan kecewa dengan penilaiannya. Aku dan Mommy sudah terbiasa dengan hal ini tapi tidak dengan Keegan, dia akan terluka nanti, jadi pilihlah tempat yang tidak dilihat olehnya.” Reeve berbicara dengan datar.

“Kau mengajariku?” Jaxon menatap Reeve mencela. “Aku bisa lakukan apapun yang aku mau.” Tandasnya.

“Benar, aku tidak melarang itu. Aku juga tidak punya hak, mengertilah untuk satu kali ini saja.” Reeve masih mengendalikan emosinya dengan baik.

“Kenapa aku harus mengerti kau?” Jaxon adalah pria yang tidak pernah memikirkan perasaan orang lain, kecuali perasaan putranya kesayanganna dan juga ibunya.

“Ceraikan Mommy.” Akhirnya Reeve muak. “Tak ada gunanya kalian bersama, itu membuatku sangat muak.”

“Kau yakin? Apakah pria sepertimu bisa menghidupi Ibu dan adikmu? Kalian akan jadi gelandangan jika aku membuang kalian.”

“Apa bedanya dengan sekarang? Aku bisa membiayai hidup mereka.”

“Anak sepertimu? Kau yakin? Kau besar dengan uangku dan sekarangpun kau masih hidup dengan uangku. Kau tidak bisa bekerja karena kau tidak pandai dalam hal apapun, kau lemah.” Jaxon merendahkan Reeve hingga ke dasar. “Aku tidak ingin orang lain mencelaku karena aku menelantarkan kalian.” Jaxon menyeruput minumannya, bicaranya sangat santai tapi kata-katanya sangat menyakitkan. “Pergilah, kau merusak kesenanganku!”

Reeve memejamkan matanya sejenak, “Aku tidak tahu kenapa aku harus lahir di keluarga seperti ini,” Ia menggelengkan kepalanya lalu segera pergi meninggalkan Jaxon.

“Anak itu, sudah lama tidak bertemu tapi dia malah mengatakan hal itu. Dasar,” Jaxon menatap punggung tegap Reeve yang makin menjauh darinya

♥♥♥

Reeve sudah mengantar kembali adik dan ibunya kembali ke kediaman Caldwell. Sekarang ia sudah berada di jalan kembali ke Maxleon, nama tempat yang ia tinggali sekarang. Keluarga Reeve tidak pernah tahu kalau Reeve adalah seorang mafia kaya raya, jangankan untuk memastikan hidup adik dan ibunya, Reeve bahkan bisa menghidupi seluruh keluarga besarnya. Bisnis bawah tanah Reeve memang bukan bisnis biasa.

Citttt,,,,, Reeve mengerem mendadak. “Sialan!” Reeve memaki, “Memangnya ini jalan punya neneknya, menyebrang sembarangan!” Reeve membuka pintu mobilnya.

“HEY!! KAU!!” Reeve berteriak pada wanita yang menyebrang sembarangan.

Wanita itu menoleh. “Hya, astaga. Dia lagi,” Reeve benar-benar tidak mengerti kenapa ia selalu bertemu dengan wanita dengan wajah penuh derita tersebut. Reeve mendekati wanita yang berhenti melangkah itu.

“Kau mau mati?” Reeve bertanya kesal.

Wanita itu diam.

“Kalau kau mau mati jangan di jalan raya, aku sangsi jika kau akan langsung mati kalau tertabrak. Datanglah kerumahku dan aku bisa menjadikanmu sasaran tembakan. Aku bisa membantumu jika kau ingin cepat kembali pada sang pencipta.” Reeve mengoceh panjang lebar.

Wanita tadi tetap diam.

“Aku rasa kau tuli, mungkinjuga bisu, ah mungkin kau juga buta karena menyebrang sembarangan. Sudahlah, aku pusing berbicara denganmu. Hati-hati, jangan sampai kau tertabrak orang lain kali ini karena mungkin saja mereka tidak sebaik diriku.” Reeve memegang pundak wanita menyedihkan itu lalu segera kembali ke mobilnya yang parkir dipinggir jalan, Reeve tidak ingin mobilnya ditilang oleh polisi lalu lintas Los Angeles, Reeve malas mengurusi hal-hal seperti ini.

“Wanita itu, astaga. Apa dia tidak memiliki semangat hidup? Kenapa wajahnya selalu seperti itu? Dan matanya? Astaga aku ingat mata kucing Zanda.” Reeve nengomel lagi, ia menyalakan mobilnya lalu segera melaju kencang.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel