Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 7 Wanitaku

Bab 7 Wanitaku

Sampai rumah sakit Anand langsung membawa Aisyah ke UGD, di sana dokter Hasyim sudah siap karena sebelum sampai rumah sakit Lukas telah menghubunginya.

"Siapa wanita itu bro?" tanya Hasyim, sungguh kejutan seorang Anand perhatian akan nasib seorang wanita. Selama ini Anand terkenal sebagai pria dingin tak tersentuh.

"Jangan banyak tanya, segera urus wanitaku?" ucap Anand.

"What!! Yang bener." kata Hasyim dengan suara sedikit tinggi. Pandangannya tertuju pada Lukas di samping Anand.

"Benarkah?" imbuh Hasyim sedikit rendah nadanya pada Lukas.

Melihat reaksi Hasyim, Lukas hanya senyum mengangguk membenarkan info yang keluar dari seorang Anand. Hasyim, Lukas dan Anand adalah tiga sekawan pria terkeren di kampusnya dulu.

"Baik, akan aku urus wanita ini, kalian keluar dulu!" kata Hasyim, kemudian menutup pintu agar dia leluasa menangani Aisyah.

Anand dan Lukas keluar dari ruangan itu dan menunggu di depan pintu, Anand mondar-mandir seperti seterikaan.

Pintu terbuka, seorang perawat keluar menghampiri Anand dengan membawa selembar kertas dan menyerahkan padanya.

"Maaf, pak, segera tandatangani surat ini!

Pasien harus segera jalani operasi wajah akibat siraman air keras dosis tinggi," kata perawat itu.

Mendengar air keras wajah Anand mengeram menahan emosi, segera di raihnya kertas itu dan menandatangani tanpa pikir panjang, "lakukan yang terbaik untuk wanita itu!" ucapnya.

Setelah mendapatkan apa yang menjadi syarat rumah sakit, perawat itu kembali masuk ruangan di mana Aisyah berada.

Dari kejauhan simbok dan Nia berjalan mendekat sangat tergesa, seakan tak sabar ingin segera mendengar kabar Aisyah.

"Nak Anand, bagaimana keadaan Aisyah?" tanya simbok bergetar, tak kuasa air mata mengalir tanpa di suruh.

"Wajahnya rusak mbok, akibat di siram air keras oleh penculik itu," jelas Anand, kemudian dia duduk di samping simbok dengan wajah tertekan.

Anand tak berdaya, ada rasa sesal dalam benaknya, 'mengapa aku bisa ceroboh, meninggalkannya?' batinnya.

"Ya Allah gustii. Kuatkan anakku," ucap simbok pedih mendengar keadaan Aisyah, sedangkan Nia membungkam mulutnya tak percaya akan hal itu.

"Bang, bisa kita bicara di sana, ini penting!" pinta Nia halus.

Tanpa mengeluarkan suara Anand berdiri ke arah yang di tunjuk Nia sambil memberi isyarat agar dia mengikutinya, setelah keduanya sampai tempat yang di maksud Anand buka suara, "bicaralah!" ucapnya.

"Setelah di selidiki bawahanku ternyata dalang penculikan Ais adalah Carissa, apakah abang mengenal wanita ular ini?" kata Nia langsung ke pokok masalah tanpa di tutupi.

"Heem, terimakasih informasinya. Urus Aisyah hingga selesai, aku akan pergi," kata Anand kemudian melangkah.

Namun baru beberapa langkah Anand balik badan menghadap Nia dan berkata, "cukup sampai di sini kau bergerak, jaga Ais dan jangan memberitahunya tentangku!" lanjutnya.

"Baik," jawab Nia.

Tanpa menghiraukan jawaban Nia, Anand melangkah meninggalkannya.

****

Surabaya

Di sebuah rumah mewah, pria paruh baya sedang marah-marah akibat kerjaan bawahannya yang tidak tuntas.

"Bagaimana bisa terjadi hal seperti ini, apa kerjamu?" ucap Wahono

"Maaf bos, semua sudah terencana dengan baik, bahkan Adit juga sudah mendapatkan seperti yang di minta. Namun sayang saat menunggu bis sudah terlacak," begitu penjelasan anak buah Wahono.

'Huh, moga tidak sampai terlacak di sini. Bisa merambat kemana-mana.' kata Wahono dalam hati begitu kesal akan hasil akhir, kemudian berkata, "selidiki di sekap di mana Adit saat ini, pastikan identitasku tidak bocor!" ucap Wahono penuh amarah.

"Baik,"

Pria itu keluar dari ruangan kerja atasannya kemudian meninggalkan rumah itu, melanjutkan pekerjaan yang belum tuntas. Wahono mulai gelisah, dia harus segera menghancurkan sepupunya, Kardiman.

Wahono harus melenyapkan ahli waris Kardiman yang tersisa, sayang keberadaan ahli waris itu masih abu-abu. Beberapa detiktif handal telah di turunkan untuk mencari keberadaan ahli waris itu, tapi sampai saat ini informasinya masih abu-abu.

Hal itulah yang membuatnya seperti kebakaran jenggot.

****

Banyuwangi

Setelah menunggu beberapa jam, operasi wajah Aisyah selesai. Nia dan simbok memasuki ruangan di mana Ais berada.

"Mbok, nanti jika Ais sudah sadar jangan beritau tentang abang Anand dulu ya," ucap Nia.

"Memangnya kenapa nduk?" tanya simbok(nduk=panggilan anak gadis jawa)

Simbok sangat penasaran mengapa kehadirannya harus disembunyikan, padahal mereka berdua sama-sama dalam penantian.

"Aisyah sangat menantikan waktu ini, berjumpa dengan kekasih hatinya. Tapi kenapa jadi seperti ini?" imbuh simbok lagi.

"Tidak mengapa mbok, hanya permintaan dari Abang," ucap Nia.

"Baiklah jika itu yang terbaik," kata simbok pasrah.

Saat mereka asyik ngobrol tiba-tiba ada pergerakan di jari Aisyah, menandakan segera tersadar.

Perlahan matanya terbuka dan menyebut sebuah nama, " bang Anand ... " panggilnya.

Samar Nia mendengar ada suara, dia menoleh ke arang bangsal Aisyah. Ada senyum bahagia dari bibirnya melihat ada pergerakan kecil.

"Ai, kamu sudah sadar," kata Nia.

"Segera panggil dokter, nduk, biarkan simbok yang nunggu di sini," ucap simbok pelan menghampiri bangsal dan mengelus lengan Aisyah.

"Baik, mbok," ucap Nia.

Setelah itu Nia berjalan keluar memuju ruang dokter yang merawat Aisyah, memberitahukan perkembangannya. Nia berjalan dengan tergesa mencari ruangan dokter yang menangani Aisyah

"Dok, Ais sudah sadar," kata Nia.

"Sudah sadar, mengapa begitu cepat?" ucapnya, "alhamdulillah," lanjutnya.

Setelah berucap seperti itu, sang dokter menyiapkan alat yang diperlukan kemudian melangkah keluar ruangannya dan berkata,"mari mbak, kita segera melihat perkembangannya,"

"Mari dok," ajak Nia kembali.

Baru beberapa langkah dokter itu berbalik, memandang perawat yang di belakang. Bibirnya memberikan perintah pada bawahannya.

"Sus, tolong bawa rekam medik dari nona Aisyah!" ucapnya pelan untuk perawat itu.

Tanpa menjawab sang perawat langsung mengambil berkas yang berisi rekam medik Aisyah dan berjalan tepat di belakang sang dokter. Dengan tergesa dokter dan perawat berjalan menuju bangsal Aisyah.

Sampai ruang perawatan, ternyata Aisyah sudah duduk bersandar di dinding. Tampak menyedihkan, wajahnya penuh dengan luka akibat air keras. Ada senyum miris yang terukir di bibir Nia, dia tidak sanggup melihat keadaan Aisyah yang sudah seperti adek baginya.

"Dok, bagaimana keadaanku, bisakah wajahku sembuh total seperti sediakala?" tanya Aisyah ragu tanpa daya.

"Jalan satu-satunya melalui operasi plastik di negara Singa, apakah anda berminat?" jawab Hasyim sang dokter.

Mendengar kata operasi Aisyah terdiam, 'apakah sangat di perlukan operasi itu, bagaimana Abang mengenaliku?' batinnya penuh tanya.

"Sebesar apa tingkat keberhasilan operasi di sana, Dok?" lanjut Aisyah.

"Hampir seratus persen berhasil, setidaknya mendekati sempurna, Nona," jelas Dokter Hadi rekan kerja Hasyim.

"Hai Ais, bagaimana?" ucap Nia pelan membuyarkan lamunannya.

Aisyah kembali termenung menimbang mana yang lebih baik untuk dirinya, dia ingin wajahnya pulih seperti sedia kala. Namun, dia bimbang dengan hasilnya sesuaikah dengan inginnya. Berbagai kemungkinan bisa saja terjadi.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel