Bab 8 Jodohku
Bab 8 Jodohku
SINGAPURA
Di sinilah sekarang Aisyah berada, di negeri Singa, sudah seminggu melakukan perawatan wajahnya akibat penculikan itu.
'Bang, Ais di sini, apakah kamu tahu?' batin Aisyah. Jujur dia sangat merindukan Anand, menantikan selama tiga belas tahun sejak di tinggalkan Anand. Saat itu dia masih usia sepuluh tahun hingga kini dia berusia dua puluh tiga tahun, merasa putus asa.
"Apa kabar, Ai?" ucap Nia pelan, perlahan melangkah mendekati Aisyah dan duduk di sampingnya.
"Bagaimana jadwalku, Nia, kapan itu?" ucap Aisyah seakan sudah lelah menanti, dia ingin segera pulang ke tanah air untuk menjumpai kekasihnya.
Nia terdiam pandangi sahabatnya itu, wanita yang dulu terlihat anggun, sederhana, tinggi 160, kulit kuning langsat mulus dengan rambut hitam panjang bergelombang menambah kecantikan natural yang di milikinya. Kini seakan layu hilang semangat.
"Sabar ya Ai, tunggu senin depan, 2 hari lagi jadwalmu turun. Siap-siap ya," jelas Nia.
"Apakah Abang Anand dapat mengenaliku dengan wajah baru itu, Nia?" tanyanya lagi, masih ragukan hasil akhir nanti.
"Bila cinta bicara, mau ganti seribu wajah pun lelaki sejati pasti bisa mengenali wanitanya, Ai, jangan khawatir ikuti prosedurnya saja!" kata Nia
Aisyah mengangguk tanpa berucap, hanya menatap ruang kosong sekosong hatinya, merindukan sangat rindu akan lelakinya.
INDONESIA
Sementara di tanah air Anand di sibukkan urusan kantor yang padat. Setumpuk file ada di meja kerjanya, tiba-tiba pintu ruangannya terbuka, Carissa masuk di ikuti sekertaris Anand di belakangnya.
"Maaf, Tuan. Saya tidak bisa mencegahnya masuk," desis sekertaris
"Tinggalkan dan teruskan pekerjaan kamu!" perintah Anand
Mendengar perintah tuannya, segera sekertaris itu keluar menuju meja kerjanya dan kembali berkutat dengan laptopnya.
"Apa yang kamu inginkan?" tanya Anand masih di posisi yang sama menghadap layar laptopnya.
"Bukankah kamu sudah sepakat untuk temani aku membeli cincin pertunangan kita? Hari ini," decak Carissa dengan muka yang dibuat kesel melihat Anand yang tidak sedikitpun mengangkat wajahnya.
"Ough, maaf aku lagi banyak kerjaan, kamu pergi ditemani Lukas saja, bagaimana?" balas Anand yang tetap pada laptopnya, tak sedikit pun matanya memandang Cariss.
Melihat tingkah Anand membuat Carissa semakin gila, "huhft, keterlaluan kamu Anand!" bentak Cariss, kemudian melangkah keluar meninggalkan Anand.
Anand terbengong melihat tingkah tunangannya itu , 'kok bisa mama kenal wanita rubah itu?' batinnya. Sungguh sial hidupnya bila harus mendampingi wanita seperti itu.
Tok tok tok
"Masuk," ucap Anand
Pintu terbuka, masuklah wanita paruh baya berhijab yang masih terlihat cantik di sisa usia yang sudah senja. Dengan memakai gamis biru muda, wanita itu tampak segar dan cantik.
"Ma-mama!" kejut Anand, setelah itu dia meninggalkan mejanya dan melangkah mendekati sang mama. Mencium punggung tangan mamanya penuh takzim.
"Mengapa tanpa kabar, Ma?" tanyanya.
"Haruskah seorang ibu mengatur jadwal untuk menemui anaknya?" ucap sang ibu.
Anand hanya tersenyum simpul, membawa sang ibu agar duduk di sofa dan dia pun segera berdiri ke pantry yang ada di ruangannya.
"Minum apa, Mah?" tanya Anand lembut, hanya bersama sang ibu dia bisa bersikap lembut.
"Teh lemon rendah gula ya!" pesen sang ibu.
Tanpa jawaban Anand sudah tau, segera dia buatkan apa yang di inginkan ibunya.
"Ini Mah, diminum!" ucap Anand saat memberikan cangkir teh untuk ibu.
"Hem," lirih ibu, setelah meminum tehnya, ibu bertanya, "Bagaimana acara untuk pertunanganmu, Nak?"
"Anand, sudah tak berminat bahas pertunangan itu," cicit Anand.
Setelahnya Anand berdiri, berjalan menuju meja kerjanya, kembali berkutat dengan laptopnya membiarkan ibunya sendiri di sofa.
"Anand, kakekmu sudah tua, saat itu berjanji pada mendiang sahabatnya untuk berbesan," jelas ibu
"Kenapa harus saya, Mah?" tanya Anand.
Sang Ibu terdiam, kemudian menghampiri anak kesayangannya. Mengecup lembut kening Anand, setelahnya kembali duduk di sofa. Perlahan di ceritakannya mengenai asal muasal perjodohan itu terjadi.
"Kamu harus tau, Nak, ceritanya sangat panjang," lirih ibu, kemudian cerita pun di mulai.
Kakek Anand, saat itu hanya memiliki 1 anak perempuan dan sahabatnya juga perempuan maka perjodohan itu berlanjut ke cucu. Anand adalah cucu laki-laki satu-satunya dalam keluarga besar Alatas jadi dia yang memikul janji sang kakek.
Sementara dari pihak sahabat kakek, tidak ada pewaris yang sah. Terpaksa di ambil dari cucu angkat dari anak angkat sahabat kakek, Carissa Hendrawan merupakan cucu angkat dari Hendrawan dari anak angkatnya yang bernama David Hendrawan.
Anand mendengarkan cerita dari sang Ibu seksama, mulai mengerti alurnya.
"Kemana perginya pewaris yang sah, Mah?" tanya Anand.
"Dari informan papahmu, anak perempuan pak Hendrawan menikah dengan pria desa dan pergi menghilang tanpa jejak, terakhir terdengar kabar mereka meninggal bersamaan dalam kecelakaan," cerita sang ibu.
"Sejak saat itu pak Hendrawan mulai sakit-sakitan sampai meninggal dan belum pernah melihat anak, mantu dan cucunya." lanjut ibu
Anand terdiam mendengarkan cerita ibu, 'mungkinkah Aisyah ... ' batinnya bicara, membayangkan sosok Aisyah jodohnya dari kecil. Seulas senyum tampak di bibirnya yang sexi.
Anand mengingat kejadian tiga belas tahun lalu saat dia mengalami penculikan, saat itu usianya lima belas tahun. Dia di culik dalam keadaan tertidur dan di buang di tengah laut, saat terbangun tubuhnya hampir tenggelam ke dasar untung dia segera sadar dan berusaha naik ke permukaan. Anand kecil berhasil berenang sampai pantai dan pingsan. Saat tersadar dari pingsannya, Anand melihat wajah nan cantik merawat luka akibat benturan dengan karang. Kecantikan wajah Ais membuat dia rindu dan tersenyum penuh arti.
Melihat anaknya tersenyum, dia ikut senyum. Kemudian berdiri mendekati anaknya untuk pamit pulang kembali ke rumah sakit temani sang ayah.
"Anand, mama pulang kembali ke rumah sakit, usahakan datang melihat kakekmu!" pamit ibu
"Baik, Mah. Lepas kerja Anand segera liat kakek," lirihnya.
Kakek Anand, Alatas sedang sakit akibat berita turunnya saham di perusahaan yang Anand pimpin sekarang. Anand mengalami kerugian besar yang di sebabkan proyek mandek juga pasokan barang lokal dengan mutu rendah membuat para investor mundur pelan-pelan.
'Huft, maafkan Anand, Kek. Keteledoran Anand membuat kerugian perusahaan sangat besar, hingga mencapai kata milyar,' gumam Anand.
'Usaha apalagi untuk menaikkan saham kita ini, kek,' imbuhnya.
Anand kembali sadar dari lamunan saat sang Mama menutup pintu ruang kantornya.
Setelah sang ibu keluar, Anand menghubungi Lukas untuk memberikan tugas baru.
[Lukas, ada tugas baru untukmu. Segera datang keruanganku!]
[Segera, Tuan.]
Setelah menjawab dan menutup panggilan itu Lukas melangkah meninggalkan ruangannya untuk memenuhi panggilan sang big bos. Belum sampai ruangan Anand, Lukas melihat sekelebat bayangan hitam yang berdiri di antar ruang Anand dan vas bunga.