Bab 6 Menemukanmu
Bab 6 Menemukanmu
Sementara di pelabuhan, tampak mobil merah metalic melaju mengarah ke distrik N. Mobil itu berhenti di salah satu kontainer tua. Keluarlah wanita cantik tinggi semampai bak peragawati berjalan menuju pintu kontainer itu, Carissa Hendrawan.
Carissa mengetuk pintu sebanyak dua kali dan pintu di buka, tampaklah di matanya seorang gadis tergolek lemas tak berdaya. Aisyah tergeletak dalam kondisi tangan dan kaki terikat. Muncul senyum sinis dari bibirnya, melihat keadaan gadis itu.
"Bagaimana keadaan gadis ini?" tanya Carissa.
"Masih pingsan bos," jawab pria itu.
Carissa berjalan mendekat tubuh itu, tampak tak berdaya, di tendangnya pelan tubuh itu tak ada reaksi.
"Siram pake air," ucap Carissa pada akhirnya setelah di tendangnya tubuh itu.
"Baik,"
Byuur...
Seember air di siram ke wajah Aisyah, akibat siraman air dingin membuat Aisyah sadar dan melihat sekelilingnya, pandangannya terhenti di sosok wanita, menyipitkan mata seakan mengenali sosok itu.
"Rupanya ini semua ulah kamu ya, wanita ular!" ucap Ais lugas
"Hahaha, iya semua ulahku, kau tau apa alasan di balik semua 'kan?" hardik Carissa penuh kebencian.
"Iya, paham sangat paham, tapi kau salah orang nona," kata Ais
"Salah o ... rang? Tak mungkin," bantah Cariss, "bukankah kau Aisyah, wanitanya Anand Alatas?" lanjutnya.
Melihat reaksi Carissa yang meragu, ada senyum sinis yang tampak di wajah putih Aisyah.
"Heem, ini soal Anand rupanya!" ucap Aisyah datar.
"Jangan diam saja kalian, cepat suntik wanita ini dengan dosis tinggi. Aku ingin dy merasakan hidup tapi mati," perintah Cariss.
Mukanya memerah karena menahan emosi melihat sikap Ais yang seakan tidak takut.
"Jangan bos, lebih baik kita bikin cacat wajahnya agar tak menandingi kecantikan si bos," kata pengawal itu.
"Heem, bener juga ide mu, cepat lakukan!" ucap Carissa.
'Bila di pikir ulang memang benar ide dari pengawalnya, lebih baik bikin cacat Ais daripada suntik mati. Kan nggak rugi banyak nanti,' gumam Carissa.
"Baik,"
Akhirnya pembelot itu berjalan kesebuah meja yang tertata banyak macam botol dan mengambil sebotol air keras kemudian membawanya ke depan Carissa.
"Ni bos, silahkan siram wajahnya dengan air keras ini," ucap pria itu.
Sebotol air keras disiramkan ke wajah Ais, begitu air menyentuh kulit wajahnya, Ais berteriak ....
"Aaa, sungguh keterlaluan kamu Cariss. Tunggu pembalasanku!" ucap Ais sambil mengerang kesakitan.
Tiba-tiba terdengar sirene polisi dari kejauhan, buru-buru salah satu pengawal masuk kontainer untuk memberitahukan situasi di luar pada Carissa dan menyarankan secepatnya melarikan diri.
Mendengar situasi yang gawat, Carissa segera membereskan barang-barangnya kemudian melangkah pergi.
"Aku pergi dulu, bereskan sisanya dan segera tinggalkan tempat ini!" kata Carissa sambil berjalan meninggalkan ruangan itu dan memasuki mobilnya.
"Baik," jawab pengawal itu.
Semua bergerak cepat dan tak ada yang pedulikan Ais yang merintih kesakitan. Salah satu anak buah Carissa menyebar bensin dan melempar api, dalam sekejap kontainer terbakar.
Di tempat lain, saat mobil merah melintasi pengawal Lukas, dia curiga kemudian menghubungi Lukas dan berkata, [bos ada mobil merah memasuki pelabuhan arah distrik N, sepertinya di kendarai seorang wanita,]
Di tempat laen dalam mobil sedan hitam, ponsel Lukas bergetar menandakan adanya panggilan. Dia menghentikan mobil dan menerima panggilan itu.
[Lakukan yang terbaik jangan sampai ketinggalan jejak!] kata Lukas tegas.
Setelah menutup panggilan, Lukas menjelaskan situasi yang di kabarkan pengawalnya pada Anand. Kemudian melanjutkan perjalanannya.
****
Sementara di markas jingga ruang IT tampak ketegangan yang tinggi, Anton menemukan titik kordinat dimana letak ponsel Aisyah. Dia berteriak kegirangan, "booss, liatlah!" ucapnya.
Kemudian memberikan info pada Nia, "ini posisi Nona terakhir bos," ucap Anton.
Nia mendekat dan melihat dengan pasti letak koordinat itu kemudian melangkah pergi, tak lupa berkata pada asistennya.
"Alin, kau ikut dengan ku, segera kita pergi ke lokasi itu. Anton, jangan lupa kirim lokasi itu segera ke ponselku!" kata Nia sambil berjalan menuju mobil di ikuti Alin di belakangnya.
Karena sudah tau letak posisi yang pasti, Alin dan Nia datang tepat waktu sesaat sebelum kontainer terbakar.
Nia berlari menghampiri kontainer itu dan mendobrak pintunya, beberapa kali susah terbuka dan ....
Boom boom!
Dast dast!
Terdengar suara ledakan dua kali dari dalam kontainer dan ....
Brang brang!
Terdengar suara pintu terbanting akibat dorongan yang kuat, melihat itu mata Nia terbelalak sempurna.
"A--bang!" lirih Nia, kemudian memandangi sosok yang lama tak terlihat seakan tak percaya akan hal itu.
"Dimana Aisyah, katakan?!" ucap Anand dingin, namun ada rasa cemas dalam nada bicaranya.
"Sepertinya mereka menyekapnya di dalam, bang," jawab Nia gelagapan.
Tanpa menunggu Anand, Lukas langsung menerjang masuk ke dalam sebelum api menyebar kemudian berteriak...
"Tuuaan!!"
Mendengar teriakan Lukas, Anand menerjang api masuk ke dalam dan menemukan Aisyah tergeletak tak berdaya meringkuk dengan tangan dan kaki terikat, "A--Aisyaah!" teriaknya lantang.
Mendengar suara yang amat di rindukan matanya terbuka perlahan dan memanggil nama orang yang di rindukan, "Bang Anand,"
Setelah terucap kata itu Aisyah jatuh pingsan, buru-buru diangkatnya tubuh gadis itu dan membawa keluar.
Melihat kondisi gadisnya memerah, wajahnya mengeram penuh amarah, "temukan segera siapa dalang dari semua ini!!"
"Baik, Tuan," Lukas segera bertindak menyusuri TKP, akhirnya menemukan sedikit jejak juga anak buah pelaku yang belum sempat melarikan diri.
Anand langsung membawa Aisyah ke rumah sakit terdekat tidak lupa berpesan pada Nia, " pulanglah Nia, beritahu simbok akan keadaan Nona Aisyah, jangan lupa bawakan baju ganti buatnya."
"Baik," balas Nia, "tolong bereskan sisanya sampai bersih ya Kak Lukas. Maaf merepotkan anda," lanjut Nia kemudian menarik tangan Alin membawanya masuk ke mobil.
Mobil melaju perlahan menyusuri jalan yang lenggang hingga cepat sampai. Tak sabar Nia berteriak-teriak memanggil neneknya.
"Nek, nenek," panggil Nia pada neneknya. Suara ngos-ngosan dan penuh kuwatir tampak jelas di wajah Nia, Alin hanya diam di belakangnya.
"Nia! Masuk tergesa sepert itu, apa yang terjadi?" ucap nenek ikut gelisah.
"Aisyah lagi di rumah sakit bersama Bang Anand, mari nek segera kita menyusulnya!" jelas Nia langsung tanpa menjelaskan sebab detailnya mengapa bisa seperti itu.
Mendengar berita itu sang nenek terdiam sesaat kemudian segera berdiri dan melangkah memasuki kamar Aisyah untuk menyiapkan pakaian ganti.
"Mari nduk, nenek sudah siap," ucap nenek.(nduk=panggilan anak perempuan jawa)
"Mari nek."
Setelah semua beres, Alin melajukan mobilnya arah rumah sakit, Nia yang duduk di bangku penumpang bersama nenek berusaha menenangkan neneknya,"tenang ya nek, Bang Anand pasti bisa menjaga Aisyah, nenek berdoa saja semoga dia bisa melewati semua."
"Bagaimana kamu bisa teledor seperti ini Nia, bukankah itu sudah tanggungjawabmu buat jaga Nona?!" kata nenek kesel sekaligus sedih.
Membayangkan kesayangannya tidur di ranjang pesakitan, mengingatkan akan tragedi keluarga majikannya beberapa taun lalu, hingga nenek hanya mendesah perlahan tanda dia sudah iklas.
"Maaf nek, aku salah perhitungan, maaf," ucap Nia penuh sesal.
"Jangan salahkan Kak Nia, Nek, Alin yang kurang tanggap menjaga Nona," bela Alin yang tidak terima bila bosnya di salahkan.
Nenek bergeming hanya bibirnya bergerak perlahan berdoa yang terbaik buat Aisyah.
"Alin, tutup semua informasi tentang Nona, jangan sampai terendus publik!" kata Nia mengingatkan.
"Baik"