Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 5 Perkebunan

Bab 5 Perkebunan

"Bawa mobil ke perkebunan itu!" ucap Anand singkat.

"Baik," balas Lukas.

Perjalanan menuju Banyuwangi terbilang lancar, sebelum malam mobil Lukas sudah memasuki Banyuwangi

"Anand, apa kau lihat mobil van tadi?" tanya lukas

"Iya, ada yang aneh dengan mobil itu, coba nanti selidiki!" ucap Anand.

"Baik," jawab Lukas.

Mobil pun menepi dan berhenti di pinggir jalan, kemudian Lukas mengambil ponsel untuk menghubungi anak buahnya di mobil belakang. Namun sebelum mengdial nomer, ponselnya sudah menyala hijau menandakan ada panggilan masuk, "maaf Tuan, saya angkat telepon dulu," ucapnya.

"Heem," balas Anand lirih hampir tak terdengar.

Lukas keluar dari mobil dan berjalan mencari tempat yang nyaman kemudian menerima panggilan masuk tersebut.

[Ada apa kak, kenapa berhenti?]

Mendengar suara dari seberang, Lukas segera menjawab untuk memberi instruksi.

[Kamu dan yang lain, segera balik arah dan ikuti ke mana mobil van hitam tanpa plat!]

[Baik segera.]

Setelah panggilan dimatikan Lukas secara sepihak, anak buak itu putar balik mobilnya dan pergi sesuai instruksi dari Lukas.

****

Sementara dalam kebun, Nia telah menemukan petunjuk sisa pekerjaan pembelot yang tertinggal dan berkata, "Ais, apa ini, coba kau kesini sebentar?!"

Ais mendekat untuk melihat apa yang di temukan Nia. Seperti hewan penggerat, sejenis lalat biasa.

"Ini lalat buah, tampak masih baru di sebar. Kita harus selidiki ini lebih detail lagi Ai." ucap Nia.

"Kita ke ruang cctv." ajak Aisyah.

Mereka langsung menuju ruang cctv, khusus perkebunan. Memberi perintah pada Anton, IT perkebunan jingga.

"Anton, coba putar cctv semalam!" ucap Nia.

"Baik, mbak," jawab Anton IT perkebunan

Anton perlahan memutar cctv di tiap sudut yang terpasang dalam kebun tanpa terkecuali, saat pemutaran yang keempat mata jeli Aisyah melihat bayangan hitam, "tunggu berhenti, putar perlahan dan perjelas bagian itu!" kata Ais.

"Nah itu, iya berhenti disitu Anton!" kata Nia.

"Hah! Siapa 2 pria itu Anton?" tanya Aisyah.

Ais yang merasa tidak kenal akan 2 orang tersebut bertanya pada Anton, agar dia gak salah menuduh orang.

"Mereka pekerja baru di perkebunan sekitar 6 bulan ini, mbak." jelas Anton.

"Cari mereka sampai dapat, bawa ketempat biasa!" perintah Aisyah.

Setelah bicara Aisyah melangkah keluar meninggalkan ruangan itu, "Nia selidiki secepatnya!" lanjutnya.

"Baik, nanti aku hubungi Alin mengenai hal ini." jawab Nia.

Setelah menemukan bukti, Aisyah dan Nia menyusun strategi untuk penangkapan pembelot tersebut.

****

Sementara di sudut kota seorang pemuda menunggu bis yang mengarah ke terminal, tiket sudah di tangan tinggal menuju tempat pemberangkatan penumpang, malam yang sepi tak menyurutkan niatnya untuk meninggalkan kota kelahirannya.

Tiba-tiba mobil sedan hitam mendekati pemuda itu dan berhenti di depannya.

Terbukalah pintu samping, keluarlah sosok yang cantik nan lembut dan berkata, "dengan sodara Adit?"

"Benar, siapa anda?" jawab Adit.

"Jangan banyak ucap, ikut saya!"

"Tidak bisa, apa maksud anda?"

Tanpa banyak kata gadis itu segera bergerak lincah memukul tengkuk Adit hingga pingsan, kemudian menyeret tubuhnya masuk dalam mobil bagian belakang dan melajukan mobilnya arah ke luar kota, memasuki pinggiran Alas Purwo yang bukan dilindungi.

Setelah masuk cukup jauh, Alin menghentikan mobilnya. Ternyata Alin yang melakukan semua itu, mobil memasuki sebuah bangunan tua pinggir kota markas jingga.

Pintu terbuka, Alin keluar berjalan mendekati rekannya dan berucap, "bawa barang itu ke ruang eksekusi, cari informasi yang di butuhkan!"

"Baik,"

Rian membawa pria tersebut dan menyeretnya ke arah ruang eksekusi, menyiapkan semuanya. Setelah semua selesai Rian keluar memberikan info ke Alin bahwa tersangka telah siap.

"Kak, semua sudah beres tinggal nunggu eksekusi dari Nona," kata Rian.

"Baik, nanti aku yang eksekusi," jawab Alin

Tanpa bicara Alin melangkah memasuki ruang khusus dan menjumpai pemuda itu. Berbagai cara telah Alin gunakan untuk mendapatkan info yang akurat, tetapi pemuda itu tetep kekeh tutup mulut.

****

Ketika sudah mendapatkan titik terang dari masalah perkebunan, Ais sedikit lega kemudian dia melangkah keluar menuju motor maticnya dan pamit pada Nia, "aku pergi dulu, ada yang mau aku beli."

"Hati-hati di jalan, seperti dugaanku tadi jaga dirimu Ai." tegas Nia

"Baik," balas Aisyah.

Ais membawa motor serox perlahan menyusuri jalan sepi, hanya tampak dia yang menguasai jalan tiba-tiba ....

Dduuaar!!!

"Huh, ada apa ini, sial kempes ban!" ucap Aisyah kesel.

Aisyah menepikan kendaraannya dan parkir di pinggir jalan, dia duduk diam memikirkan bagaimana cara agar segera sampai rumah, karena badan dan otaknya sudah sangat lelah juga capek.

Tiba-tiba sekelompok lelaki tinggi dempal mendekatinya, salah satunya tanpa banyak kata langsung mengarahkan pukulannya ke wajah Aisyah, beruntung dia bisa menghindar, "hai siapa kalian tiba-tiba menyerangku?"

"Tak perlu kamu tau siapa kami, kami butuh nyawamu!" ucap lelaki itu.

"Atas ijin siapa kamu?" ucap Aisyah berang.

"Tak perlu ijin buat ambil nyawamu, kamu yang bikin masalah duluan jadi nikmati waktu tersisa sebelum nyawa melayang."

Setelah berucap pria itu menyerang Aisyah tanpa ampun, menendang perutnya namun dengan gesit Aisyah menghindar dan memukul ruang yang terbuka pria itu.

Perkelahian cukup alot, meski wanita Aisyah memiliki kemampuan bela diri yang lumayan. Namun sayang, lawannya kali ini di atas angin, Ais keteteran.

Lewat sepuluh jurus Ais tampak kelelahan dan ada ruang terbuka yang di manfaatkan pria itu, hingga Ais roboh menyemburkan darah segar dan pingsan.

"Lumayan juga beladiri gadis ini, bikin keringatan." ucapnya lirih dan memikul tubuh Ais bak karung beras, kemudian melemparnya ke kursi penumpang belakang tanpa belas kasihan.

Mobil van hitam berjalan perlahan menuju kontainer tua di daerah pelabuhan distrik N, mengikat kaki serta tangan tubuh itu dan membiarkan tergeletak begitu saja.

Saat mendekati perkebunan, ponsel Lukas bergetar menandakan ada panggilan masuk

[Hallo!]

[Bos mobil itu masuk pelabuhan,] kata yang di sebrang

[Ikuti jangan sampai kehilangan jejak!]ucap Lukas.

Kemudian menutup teleponnya untuk memberitahukan pada Anand hasil kerja anak buahnya. Belum sempat Lukas membuka bibirnya, Anand mengambil ponselnya yang bergetar menandakan ada panggilan masuk.

[Hallo!]

[Anand, kau dimana?] tanya seorang wanita

Ternyata yang menghubungi Anand, wanita yang melahirkannya dan membesarkannya.

[Anand lagi di Banyuwangi, Mah, ada apa menghubungiku?]

[Kakek masuk rumah sakit, kondisinya menurun, cepat kau temui kakekmu!]

[Baik Mah, setelah urusanku selesai segera aku jumpai kakek.]

Setelah menyanggupi permintaan sang mama, Anand menutup panggilan secara sepihak tanpa perdulikan perasaan sang mama.

****

Pelabuhan

Dalam kontainer tua Ais tergeletak dengan tangan dan kaki terikat. Dari arah belakang terdengar langkah kaki mendekat, "bagaimana keadaan gadis itu?" tanya rekannya.

"Dia pingsan, segera hubungi si boz dan tanya harus di apakan ini wanita!"

"Oke," jawabnya kemudian pria itu merogoh sakunya untuk mengambil selulernya dan mendial nomer Carissa, orang yang di panggilnya boz.

[Hallo, boz. Tawanan telah siap, sesuai rencana, kami membawanya ke kontainer tua milik boz,]

[Tunggu disana, aku segera datang!] ucap Carissa sambil tersenyum simpul penuh kemenangan.

Ada rasa puas dan tercium aroma kemenangan, Carissa menyiapkan segalanya untuk hal itu.

[Baik,] jawab orang di sebrang.

[Perhatikan sekitar dan pastikan tidak ada yang tau lokasi itu!]

[Baik,]

Setelah menutup teleponnya Carissa melangkah menuju garasi dan mengeluarkan mobilnya, karena hari sudah malam Carissa datang ke lokasi dengan cepat.

****

Perkebunan

Dalam gudang bawah tanah milik Jingga, tawanan yang di bawa Alin telah sadar. Melihat sekelilingnya dia merasa asing. Namun, mulutnya tertutup rapat meski tanpa di tutup kain. Kemudian terdengar langkah tergesa pintu terbuka, muncul sosok dingin, tapi cantik berjalan mendekati Alin.

"Bagaimana, sudah dapat info siapa dalang semua masalah di perkebunan?" ucap Nia.

"Blum," jawab Alin

Nia berjalan mendekati pemuda itu kemudian berkata, "katakan siapa dalang semua ini?"

"Sampai mati pun aku tidak ungkap itu!"

"Baik, jika itu inginmu, jangan salahkan aku jika saat kau pulang nanti menjumpai nisan dari orang yang kau cintai,"

"Apa maksudmu?" kata pemuda itu, "jangan sentuh keluarga, mereka tak ada hubungan dengan pekerjaanku," lanjutnya penuh kegetiran, seluruh badan dan wajahnya penuh luka akibat siksaan Alin.

"Kau punya dua pilihan, mati terhormat atau hidup layak terhormat?" tawar Nia.

"Apa maksud dari kalimatmu?" cecar pemuda itu.

"Katakan siapa yang menyuruhmu akan hal di perkebunan?"

"Apa yang aku dapatkan bila kuucap semua?" sang pemuda melakukan penawaran.

"Jika kau berkata jujur maka nyawa dan keluargamu selamat, tapi jika kau bungkam maka jangan salahkan aku jika berbuat lebih," ucap Nia.

"Baik, aku minta jaminan keselamatanku dan keluarga bila terucap semua, bagaimana?"

"Baik,"

Sekilas tampak senyum meremehkan di bibir Nia, namun segera menghilang, wajahnya kembali dingin.

"Atas perintah Bapak Wahono," ucap pemuda itu.

"Bagus, ini lebih baik," balas Nia.

"Apa kau juga ada hubungan atas penculikan nona kami?" tanya Nia lagi.

Terdiam sesaat, pemuda itu tampak berfikir apa maksud pertanyaan tersebut.

"Tidak," jawab pemuda itu akhirnya.

"Sial, mengapa bisa bersamaan seperti ini?!" kata Nia, berlalu pergi setelah berkata, "beri tanda pada pria ini," lanjutnya.

Kemudian Nia melangkah keluar dari ruang penyekapan menuju ruang IT, menuju meja kerjanya

"Sial, sial, mengapa bisa kecolongan," kata Nia marah sambil menggebrak meja tak terima.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel