Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 4 Menunggumu

Bab 4 Menunggumu

Selama satu bulan Aisyah bolak balik dari kampus ke rumah sakit, dia mengejar target wisuda bulan ini tapi juga merawat kakeknya. Memasuki tengah bulan kondisi kakek makin menurun, akhirnya meninggal, sehari setelah menghadiri wisudanya.

Suasana pemakaman sangat ramai, Aisyah berdiri menepi di samping Pak Usman. Dia sedikit sembunyi, pemakaman berjalan lancar tanpa adanya keributan. Setelah selesai acara pemakaman, Aisyah bersiap pulang ke Banyuwangi.

Aisyah memilih menggunakan angkutan umum, bis antar kota untuk menuju kota Banyuwangi. Akhirnya Aisyah sampai depan rumahnya.

"A--aisyah,"

"Iya mbok ini Ais, anaknya simbok," kata Aisyah sambil peluk simbok penuh rindu.

"Apa kabarnya mbok?" kata Aisyah lagi.

"Alhamdulillah, simbok sehat nduk, Ais sendiri kabarnya bagaimana?" jawab simbok trus berdiri melangkah kedapur meninggalkan Aisyah dan kembali membawa segelas air putih.(nduk = panggilan anak gadis jawa)

"Minum dulu nduk, Ais pasti haus!" lanjut simbok.

"Simbok tau kalau Ais haus, makasih ya mbok," balas Ais sambil senyum dan segera meminum air yang dibawakan simbok hingga habis.

Kemudian gelas yang sudah kosong di letakkan pada meja, kembali Ais memeluk simbok.

"Wah, haus banget ya nduk. Sudah sana beberes dulu nanti susul simbok di kebun ya nduk!" kata simbok berdiri berjalan kebelakang menuju kebun sambil bibirnya menampilkan senyum yang tak pernah pudar, kebahagian dunianya telah pulang.

Aisyah masuk kamarnya, meletakkan baju-baju dalam almari, kemudian membersihkan diri setelahnya menyusul simbok ke kebun belakang rumah.

Saat memandang kebunnya tiba-tiba seorang pemuda pekerja kebun mendatanginya dan berkata, "Mbak sepertinya kita gagal panen, entah mengapa tiba-tiba pagi ini semua yang siap panen rusak."

Mendengar itu simbok terdiam, kemudian berjalan masuk ke dalam rumah meninggalkan Aisyah dan pemuda itu, membicarakan masalah yang tidak dimengertinya.

"Bagaimana bisa hal itu terjadi." kata Aisyah.

"Kemarin sore terakhir saya kontrol masih bagus dan tingkat kematangannya pas, pagi ini siap panen, tapi entah mengapa saat saya siap memanen banyak buah yang busuk."

"Baik, mari kita lihat langsung," ajak Ais

Kemudian keduanya berjalan keliling kebun memastikan informasi pekerjanya, memang benar adanya, semua buah hampir 50% mengalami proses pembusukan.

"Apa yang terjadi," ucap Aisyah dengan suara lirih, pandangannya beralih di pohon anggur.

"Cek cctv, cari bukti ditiap sudut jangan terlewatkan," imbuhnya.

Terdiam, hanya mampu memandang kebun buahnya yang mulai layu, hingga tersadar saat pemuda itu pamit meninggalkannya.

"Baik, mbak. Permisi," jawab pemuda itu kemudian berlalu pergi.

"Iya," balas Ais.

Kemudian Ais berkeliling kebun kembali, berharap menemukan suatu petunjuk.

Sementara di sudut pojok kebun itu ada dua orang yang kasak kusuk berbisik-bisik.

"Bagaimana usahamu berhasilkah?" kata pemuda pertama.

"Liat aja, sedang proses. Tapi sudah ada yang membusuk," jawab pemuda 2 bernama Adit.

Kemudian pemuda itu menunjukan sebuah vidio durasi pendek mengenai cara dia menyebar lalat penyengat dan prosesnya pada rekannya.

"Bagus, laporkan segera secara terperinci, Soal komisi nanti segera di transfer," kata pemuda pertama.

"Baik," jawabnya.

"Selesai semua segera menghilang, agar terjaga keselamatanmu!" ucap pemuda pertama.

Setelah berkata seperti itu pemuda itu menyerahkan ponsel kembali pada pemiliknya.

"Baik, saya minta tiket ke kota sebrang!" ucap Adit.

"Setelah sore semua akomodasi ke kota sebrang siap, jalankan sisanya sampai bersih!" kata pemuda itu, kemudian berlalu meninggalkan tempat.

****

Masalah datang disaat Aisyah sendiri, tanpa dukungan kerabat, menyedihkan. Akhirnya dia memutuskan menunda kepulangannya ke kota Surabaya, untuk menyelesaikan masalah perkebunannya.

'Kapankah abang datang buat lihat Aisyah di sini??' gumama Aisyah merasa sepi dan rindu.

'Ais butuh abang, kapan abang pulang?' imbuh Aisyah, dengan memegang foto Anand bicara sendiri hingga tertidur karena kelelahan. Dan terbawa mimpi.

"Ais, hai! Cantiknya abang, bangunlah!" kata seorang pemuda tampan.

Pemuda itu mendekat dan duduk di samping wanitanya, mengusap lembut pipi wanita itu.

"Abang! Ini abang 'kan, kapan pulang?" ucap Ais.

"Abang kangen Ais, jangan nangis dan melamun lagi ya, Jingga harus kuat! Jangan lemah, tunjukkan pada mereka bahwa kamu mampu."

"Iya bang, siap." balas Aisyah.

Aisyah terlena akan mimpinya hingga lelap dan hari sudah menjelang sore, Nia datang menghampiri.

"Aaiis, hai bangun!" ucap Nia, sambil menepuk lembut pipi Ais.

"Huh, mimpi," ucap Ais

"Ada masalah beratkah, hingga berteriak dalam tidur?" tanya Nia.

Setelah berkata seperti itu Nia duduk di samping Ais, memeluk sahabat sekaligus bos baginya.

"Kebun keracunan! Menyebabkan kita gagal panen," jawab Ais

"Innalillahi, apa yang terjadi, mengapa bisa seperti itu?" tanya Nia beruntun tanpa jeda.

Sesaat terdiam seperti berfikir mencari solusi akan masalah perkebunan dan berkata, "Oke, sabar dulu. Kita selidiki dari awal."

Sejauh mata memandang hampir tampak daun yang layu, buah mulai membusuk. Diam dan diam.

"Aku sudah memeriksa cctv dalam kebun, tapi belum ada hasil."ucap Ais

"Tunggu, aku akan selidiki. Jika dua hari tak ada hasil, baru hubungi bang Anand , dia punya koneksi yang kuat." ucap Nia.

"Baik, setuju," ucap Ais.

Mereka berdua berjalan keliling perkebunan kembali dan berhenti di salah satu pohon yang buahnya sudah membusuk akut.

****

Surabaya

"Tuan, mobil sudah siap, mari!" ucap Lukas membuyarkan lamunan Anand.

"Heemm," balas Anand, lalu melangkah menuju mobil yang telah di siapkan asistennya.

Lukas membukakan pintu penumbang untuk Anand, setelah Anand duduk nyaman di bangku penumpang dia menutup pintu kemudian berjalan memutar masuk ke kursi pengemudi. Setelah semua siap Lukas menjalankan mobil itu.

"Kekantor atau langsung ke lapangan ini Tuan?" tanya sang asisten.

"Kita ke lapangan dulu, ada kabar bahwa pembangunannya sedikit tersendat. Aku mau melihat akan hal itu." kata Anand.

Tanpa menjawab Lukas melajukan kendaraannya menuju lokasi yang berada di Pandaan.

"Sudah sampai!" ucap singkat Lukas, "Hati-hati, jalannya agak licin Tuan," lanjutnya.

"Heemm," kata yang keluar dari bibir Anand.

Seakan tak mendengar kata asistennya, Anand masih berkutat dengan laptopnya hingga terdengar suara Lukas.

"Anand, pa kamu tidak jadi melihat proyeknya?" tanya Lukas.

Di saat berdua mereka berbicara tanpa ada batasan, atasan dan asisten. Namun Lukas bergeming, pandangannya masih tertuju pada laptopnya.

"Lukas, bagaimana perkembangan pencarianmu tentang wanita itu, sudahkah ada petunjuk?" tanya Anand.

Bertanya pada asistennya sambil memeriksa email yang masuk, sang asisten melirik sebentar memastikan tuannya sedikit longgar baru berkata,

"Ini, Bos, berkasnya baru saya terima tadi malam." jawab Lukas, menyerahkan berkas map biru pada Anand.

Anand menerima berkas dan membacanya lembar demi lembar, terkadang alisnya mengkerut tetapi terkadang senyumnya muncul perlahan saat membaca berkas itu.

"Apa semua info ini akurat?" tanyanya

"Sangat akurat." ucap Lukas

"Baik, terimakasih." ucap Anand, kembali tenggelam pada laptopnya.

Begitulah Anand selalu membawa laptopnya di mana dia berada dengan tujuan mempermudah mengerjakan semua kerjaannya.

"Sama-sama, Bos," jawab Lukas, tiba-tiba Lukas merasakan getaran dalam sakunya menandakan ada panggilan masuk.

"Maaf Tuan, ada panggilan masuk saya ijin pergi sebentar." selesai berkata Lukas langsung melangkah pergi buat terima panggilan telefon.

Dia berhenti di bawah pohon untuk berbicara dengan orang kepercayaannya lewat ponsel pintarnya.

[Bagaimana, ada kabar terbarukah?]

[Ada bos, wanita itu terlihat sedang ada di kota Banyuwngi.] jawab orang di sebrang.

[Bagus, pantau terus dan perhatikan keselamatan wanita itu.]

Diam, Lukas terdiam sesaat. Memandang jauh

[Bos, ada masalah di perkebunan!] ucap orang di sebrang.

[Segera ke Banyuwangi dan selidiki!]

Setelah memberi perintah, Lukas memutuskan sambungan telepon secara sepihak dan melaporkan hal itu pada Anand.

Mendengar laporan tentang kegagalan panen di perkebunan, membuat Anand meradang, "usut tuntas masalah ini jangan sampai sisa."

Setelah semua urusan di lapangan selesai, segera mobil yang membawa Anand meninggalkan lokasi untuk pergi menuju perkebunan Ais, di Banyuwangi.

Sementara di tempat laen, orang suruhan Carissa mendapat informasi yang di butuhkan Carissa.

"Bos, wanita itu lagi di Banyuwangi. Apa rencana bisa di lanjutkan?" kata pengawalnya.

"Jangan gegabah, cari waktu yang pas!" perintah Carissa

"Baik," ucap pengawal itu.

Kemudian pengawal itu memberi intruksi lanjutan majikannya pada pengintai di Banyuwangi, perkebunan Aisyah. Sesuai instruksi bergerak setelah situasi aman.

****

Banyuwangi

Aisyah tak pernah tahu bahaya senantiasa mengikuti dimana dia berada, seperti saat ini nyawanya sedang di incar seseorang yang tidak dikenalnya.

Nia, sahabatnya menyadari hal itu dan mengingatkan Aisyaj agar berhati-hati, "Ais, tunggu, sepertinya bahaya sedang mengintaimu."

"Benarkah, tapi siapa juga yang ingin aku mati?" ucap Ais.

"Kita liat saja bagaimana cara mereka bergerak, selanjutnya serahkan padaku." kata Nia.

Sebenarnya Nia seorang pimpinan dunia bawah. Namun penampilannya sangat halus tak terlihat seorang ketua dunia bawah.

"Alin, selidiki kasus gagal panen perkebunan nona, jangan sampai terlewat juga selidiki mobil van tanpa plat nomer." ucap Nia pada anak buahnya.

"Baik bos." Jawab Alin.

Alin melangkah pergi meninggalkan perkebunan.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel