Bab 2
Bab 2 Carissa
"Sayang," panggil Carissa lirih saat terbangun dari tidurnya sambil tangannya meraba ke samping ranjang yang kosong.
Kemudian matanya melihat siluet tubuh tegap, tinggi 170 kekasihnya yang berdiri di balkon apartement, 'di sana rupanya', gumam Carissa.
Kemudian dia berdiri berbalut selimut berjalan ke arah balkon mendekati siluet itu, di peluknya tubuh itu, "sayang, kok enggak bangunin aku," ujarnya manja sambil mencium punggung kekasihnya.
"Kamu terlihat sangat letih, setelah pergumulan tadi, aku tidak tega membangunkanmu," kata Robert sambil berbalik badan menghadap Carissa dan mengecup singkat bibir itu.
"Oo, baiklah aku mandi dulu, sudah malam," ucap Cariss kemudian berjalan masuk ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya yang terasa lengket akibat pergumulan yang hangat.
"Mandilah agar kembali segar, aku siapkan makam malam," kata Robert.
Setelah mandi Carissa menuju ruang ganti yang ada di sisi kanan tempat tidur. Carissa tampak segar dengan gaun malam merah marun belahan samping sampai paha, membuat dia tampak elegan dan pas dengan posturnya yang setinggi 165 membuat mata tak berkedip memandangnya.
Robert berjalan mendekat, di peluknya pinggang ramping itu dan berbisik di telinga, "kau cantik dan sempurna Caris, tidak cukup bagiku bila sebentar bersamamu"
"Sudahlah, lain hari kita lanjut lagi. Sudah malam, sebaiknya antar aku pulang," pinta Carissa bergelayut manja di leher Robert dengan memberi ciuman hangatnya.
Robert membalas ciuman itu lebih dan lebih, hingga tidak terkendali. Lumatan demi lumatan mereka lakukan hingga suara perut Carissa membuyarkan konsentrasi.
"Makanlah dulu Carissa, tampaknya cacing di perutmu sudah berdemo!" ucap Robert dengan nada pelan.
"Baiklah, setelah makan, jangan lupa antar aku pulang!" kata Carissa sambil meninggalkan Robert menuju meja di mana telah tersedia makan malam buatnya.
Setelah selesai makan malam, Robert mengantar Carissa pulang sampai di depan rumah.
"Sudah sampai, aku langsung pulang. Salam untuk ayah, bunda kamu, Carissa." Setelah berkata seperti itu, Robert melajukan mobilnya arah apartemen miliknya.
****
PT STAR MULTINDO
Tuan, ini berkas yang anda minta!" kata Lukas asisten sekaligus pengawal pribadi Anand.
Sebagai tangan kanan bos besar PT Star Multindo, Lukas harus sigap dan terampil dalam segala hal. Apalagi Anand tipe lelaki yang serba teliti tanpa celah .
"Hem," kata Anand dengan melambaikan tangannya tanda buat Lukas harus segera keluar.
Setelah Lukas keluar, Anand terdiam sendiri mengambil sesuatu dari laci, "dimana kamu Ai?" lirih Anand, memandang foto gadis yang sudah lama tidak dijumpainya, dia rindukan gadis itu.
Tiba-tiba seorang wanita memasuki kantor Anand, dengan santainya wanita itu duduk di depan meja kerja Anand.
"Sayang, kenapa tidak ada kabar!" kata Carissa yang sudah duduk di depan Anand. Carissa adalah tunangan yang dipilih keluarga besar Alatas buat dampingi Anand.
Melihat Carissa, Anand gelagapan dan buru-buru memasukan foto Aisyah ke tempatnya semula dan berharap Carissa tak melihat foto itu.
"Kau ini! Kebiasaan jelek, masuk ruangan orang tanpa permisi, dimana etikamu Carissa?" kata Anand lantang.
Carissa berdiri menghampiri Anand dan menyentuh bahu Anand, "yang lembut dikit kenapa!" ucap Carissa sambil membelai lembut pipi Anand.
"Carissa!Jaga batasanmu, ini kantor!" bentak Anand tidak suka akan sikap Carissa dengan menghentakkan tangannya hingga membuat Carissa mundur dua langkah.
"Kenapa! Kalau di luar kantor, aku boleh lakukan lebih, begitu?!" balas Carissa sewot, "mau kamu itu apa, sih?" suara Carissa mulai meninggi karena kekesalannya yang tak berujung.
"Sudahlah, kamu pasti tidak akan mau bila ikuti mauku," ucap Anand
"Kau ingin aku pergi jauh dari mu 'kan, jangan harap hal itu terjadi, camkan itu!" ucap Carissa dengan nada yang tinggi dan berlalu pergi.
Jeedderrr!!!
Carissa membanting pintu dan berjalan menuju ke lobi, di sana sudah ada sopir yang menjemputnya. Carissa menghempaskan tubuhnya di kursi penumpang, kemudian menutup pintu mobil dengan keras.
"Jalankan mobilnya, Pak. Kita pulang!" kata Caris pada sopirnya.
Dalam mobil Carissa membayangkan kejadian dalam kantor tadi, sekilas dia melihat Anand memegang foto seorang gadis. 'Siapa gadis itu ya, aku harus cari tau!' gumam Cariss.
[Hallo!]
Sapa Carissa pada seseorang yang akan membantunya mencari informasi gadis dalam foto yang di pegang Anand.
[Iya boz, saya siap melaksanakan tugas.]
Jawab orang di sebrang. Orang kepercayaan Carissa untuk melakukan pergerakan di balik layar.
[Cari informasi tentang seorang gadis bernama Aisyah, untuk foto menyusul!]
[Baik.] balas orang itu dan menutup telfonnya.
"Bagus, tunggu kehancuranmu Aisyah," lirih Carissa.
Tak terasa mobil yang di tumpangi Carissa telah memasuki halaman rumah keluarga besar Hendrawan.
"Sudah sampai, Non!" kata sopir
"Baik, Pak," kata Cariss kemudian melangkah masuk dalam rumah. Mencari keberadaan sang mama.
"Mah! Mama!" teriak Cariss.
Carissa berteriak memanggil mamanya sambil berjalan ke arah dapur.
"Cariss, kamu itu! Ini rumah, bukan hutan! Jadi kamu jangan berteriak seperti itu!" kata mama dengan nada sedikit tinggi
Cariss hanya tersenyum kikuk menanggapi perkataan mamanya.
"Iya mah nanti akan Caris perhatikan lagi," setelah berkata seperti itu Carissa melangkah pergi menuju kamarnya, Luisa hanya geleng kepala melihat tingkah anak gadisnya.
"Dasar Carissa!" ucap Luisa lalu meneruskan memasak buat makan malam.
Luisa Hendrawan adalah ibu kandung dari Carissa Hendrawan, suaminya David Hendrawan adalah anak dari hasil hubungan gelap Hendrawan dengan wanita malam. Hendrawan memiliki anak kandung bersama istri sahnya, Alira Hendrawan, anak itu bernama Aliya Hendrawan. Ibu dari Aisyah.
Aliya Hendrawan sendiri menikah dengan Edward Kardiman, dari pernikahan ini lahirlah Aisyah Kardiman. Aisyah inilah yang di cari Alatas untuk cucunya Anand Alatas.
"Carissa! Jangan lupa makan malam!" teriak Luisa sambil berjalan menuju meja makan dengan membawa mangkuk berisi sayur.
"Siap, Mamaku tersayang," balas Carissa dari lantai dua.
Luisa kembali mengingat nasib kakak iparnya, Aliya dan Edward. Mereka pergi meninggalkan keluarga besar Hendrawan ke luar kota, di Banyuwangi, karena ada orang yang berniat untuk mencelakai janin yang di kandung Aliya, jadi Edward memilih pergi menjauh dari bahaya.
Hendrawan sejak kepergian Aliya sering sakit hingga meninggal saat Carissa berusia sepuluh tahun. Carissa dan Aisyah selisih tiga tahun lebih tua dari Aisyah. Istri Hendrawan sendiri bernama Caterine, dia masih hidup meski sakit-sakitan sejak di tinggal Hendrawan.
Sebelum Hendrawan meninggal Alatas telah melamar Carissa untuk Anand kecil, hal inilah yang akan menjadi masalah kelak saat mereka dewasa.
"Ibu, mengapa tidak panggil Luisa saja?" ucap Luisa ketika melihat ibu mertuanya berjalan tertatih-tatih menuju meja makan.
"Tidak apa-apa, Luisa. Aku tadi dengar suara Carissa, di mana dia sekarang?" jawab Caterine, ibu mertua Luisa, nenek kandung Aisyah.
Caterine merasa sangat merindukan Aliya, dia ingin melihat anak dari Aliya hanya Carissa sebagai obat rindunya.
"Ibu, jika ibu rindu Kak Aliya nanti biar Mas David berusaha mencari lagi keberadaan Kakak, ya," ucap Luisa dengan nada halus dan lembut.
"Luisa, apakah dari dulu belum ada kabar baru yang di dapat suamimu?" tanya Caterine dengan suara lirih penuh kerinduan.
Luisa meletakkan pisau yang di pegangnya berjalan mendekati ibu mertua dan duduk di sampingnya. Diusapnya telapak tangan Caterine dengan lembut.
"Bersabarlah sedikit lagi, Ibu, Mas David sedang memberi kabar pada anak Kak Aliya yang ada kabar, lagi kerja di kedai kopi dekat terminal Surabaya," jelas Luisa.
"Benarkah, moga dia mau berjumpa denganku Luisa," harapan seorang nenek yang merindukan cucu kandungnya.