Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 1 Terlambat

Bab 1Terlambat

Di terminal bus dekat kota

Bruk!

"Maaf, Pak. Saya terburu-buru, jadi tidak lihat sekitar," kata Aisyah dengan suara lirih, "mari saya bantu berdiri," tambah Aisyah.

"Saya tidak apa-apa, bagaimana dengan Nona?" balas pria setengah baya di hadapannya.

Sekilas tampak orang tidak punya, jika dinilai dari penampilannya tapi pria itu sangat sempurna. Pria yang masih terlihat tampan di usia yang tidak muda lagi, dengan tubuhnya yang tegap, kulit sawo matang.

"Maaf, saya permisi dulu, takut terlambat. Sekali lagi maaf, Pak," ucap Aisyah dan berlalu pergi meninggalkan pria itu.

'Aneh seperti pernah melihat gadis itu, kapan dan di mana ya?'batin pria itu.

Terdengar langkah kaki di belakang pria itu, tiga orang berpakaian jas hitam berjalan tegap mendekatinya.

"Maaf Tuan Alatas, kami terlambat menjemput," ucap salah satu bodyguard bicara.

"Aku tidak mempermasalahkan. Baiklah segera bawa aku ke mansion ada yang perlu aku kerjakan," kata Alatas.

Mereka berjalan beriringan, Alatas berada di tengah diantara pengawal. Mobil jemputan telah siap di parkiran sesuai intruksi, setelah semua masuk ke dalam mobil, mobil itu berjalan mengantar big bos ke tujuannya. Mansion Tulip.

Selang beberapa jam mobil memasuki mansion tulip dengan sigap pengawal membuka pintu mobil, menunggu hingga big bos keluar kemudian menutupnya kembali.

"Sampai di sini saja tugas kalian! Biarkan aku kembali seperti dulu, tanpa pengawal. Ini wilayahku, dia tidak berani menyerang di sini. Pergilah, terus selidiki anak itu dengan ciri tato harimau menunduk tepat di pergelangan tangan kanan. Ingat itu!"

"Baik," jawab para pengawal serempak, kemudian berbalik badan melanjutkan pekerjaan yang tertunda.

****

Sementara itu, setelah menabrak pria tua itu Aisyah melangkah menuju kedai tempat dia bekerja.

"Maaf bos, saya terlambat!" ucap Ais di depan bos kedai tempatnya bekerja.

"Sering sekali kamu datang terlambat, kali ini masih ada maaf buatmu. Untuk lain hari tidak lagi," kata Robert, bos kedai itu.

"Baik."

Setelah bertemu bosnya, Ais segera pergi ke tempat posisinya sebagai pelayan kedai kopi. Hari semakin sore, dan pengunjung makin rame. Ais harus bekerja ekstra membersihkan meja-meja yang habis di pakai oleh pengunjung.

"M--maaf, maafkan atas kecerobohan saya, Tuan!" ucap Ais terbata karena kecerobohannya beberapa gelas jatuh dan mengenai tamu di hadapannya.

"Oh, saya tidak apa-apa," jelas pria setengah baya.

"Benarkah, sekali lagi saya minta maaf," ucap Ais.

Dari arah belakang tampak Robert berjalan tergesa menghampiri keduanya,

"Paman Kardiman, ada apa?" ujar Robert dengan suara lirih.

"Ah! Enggak apa-apa, Rob. Apa ini karyawan kamu?" tanya lelaki paruh baya yang di panggil Paman Kardiman.

"Benar, Paman," ujar Robert, lalu pandangannya tertuju pada Aisyah yang diam terpaku, "apa yang kamu lakukan? Kenapa bisa seperti ini?!" imbuh Robert dengan nada tinggi.

Ternyata orang yang di tabrak Ais adalah paman bosnya.

'Tamatlah riwayatku!' batin Ais.

"Paman enggak apa-apa, Rob. Siapa nama kamu, gadis cantik?" tanya Paman Kardiman sedikit bercanda.

"Aisyah Hendrawan," jawab Aisyah, sengaja dia mengganti nama belakangnya menggunakan nama ibu untuk menyembunyikan identitasnya sesuai saran simbok.

Terbelalak mata Kardiman ditanya ulangnya lagi, "si-siapa? Aisyah Hendrawan?"

"Benar, Tuan, Aisyah Hendrawan,"

"Asalmu?"

"Saya tinggal di kota Banyuwangi bersama simbok pengasuh dari kecil," jelas Aisyah.

Paman Kardiman langsung melangkah pergi meninggalkan Aisyah dan Robert, Aisyah termangu melihat sikap paman dari bosnya.

Melihat tingkah pamannya, Robert melangkah meninggalkan Aisyah. Dia merogoh ponselnya untuk menghubungi seseorang,

[ Hallo, ayah!]

[ Iya ada apa,Rob?]

[Paman Kardiman, baru saja datang ke kedai tapi langsung pergi setelah berkenalan dengan karyawanku.]

[Siapa nama karyawanmu itu?]

[Aisyah Hendrawan.]

Mendengar nama itu, ayah Robert terdiam sesaat kemudian berkata, [ kamu dekati gadis itu, selidiki dia.]

Tut tut tut

'Kok di matikan, dasar tua bangka tak tau diri' umpat Robert dalam hati. Kemudian, dia mengambil ponselnya menghubungi kekasih hati melalui aplikasi hijau

[ping!]

[Ya,]

[Cariss, lagi di mana?]

[Dirumah. Bete nih, jemput donk yaang!]

[Oke tunggu ya!]

Tanpa menunggu balasan Carissa, Robert meluncur membawa mobilnya ke rumah Carissa kali ini Robert membawa mobilnya dengan kecepatan tinggi.

Perjalanan sampai depan rumah Carissa hanya satu jam dan Robert melihat gadis itu sudah berdiri menunggunya di depan gerbang dengan pakaian kurang bahannya, menunjukan lekuk tubuh yang indah.

"Hemmm cantik banget kamu say, lain hari jangan seperti ini ya!" kata Robert lembut seakan tidak rela bila tubuh ceweknya jadi sorotan mata jahat kaumnya.

"Iihh biasa aja donk, napa? Bukankah kaum adam itu suka ya lihat yang seperti ini?" kata Cariss sewot.

"Tapi tidak seperti itu juga yaang, mana ada cowok yang rela tubuh ceweknya jadi konsumsi publik, hem!!" jawab Robert kalem menunjukan sikap tidak rela.

Carissa tersenyum, senang akan perhatian Robert, "iya," jawabnya.

"Jalan kemana ini say?"tanya Robert begitu menjalankan mobilnya.

"Ke apartemen kamu yuuk, kangen," pinta Carissa manja bersandar di lengan Robert sambil mengusap pelan.

Mendapat kode seperti itu, juniornya bangun tanpa pikir panjang Robert melajukan mobilnya dengan kecepatan maksimal. Perjalanan yang harusnya satu jam dapat di tempuh dalam hitungan menit.

"Oke, sudah sampai sayang, mau aku gendong?" tawar Robert.

"Boleh," Carissa segera meraih leher Robert saat tubuhnya di gendong ala bridal style. Keduanya masuk lif khusus menuju apartemen, mata saling memandang seakan tak mampu menahan segala rasa.

Memasuki apartemen, Carissa sudah tidak tahan lagi. Segera dia menumpahkan kekesalan hatinya pada Robert, di serangnya Robert habis-habisan di atas ranjang berukuran king size.

Robert hanya mengikuti alur yang di suguhkan Carissa dan menikmatinya, hingga keduanya terlelap karena kelelahan akibat pertempuran itu.

Robert terbangun saat mendengar getaran ponsel yang terletak di nakas samping tempat tidurnya, segera diambil dan menerima panggilan dari papanya,

[Iya, Pah,]

[Bagaimana usahamu memasuki keluarga Hendrawan, nak?]

[Lancar, Pah, target sudah mulai masuk perangkap,]

[Bagus dan kamu jangan baper, jangan sampai jatuh cinta pada wanita itu!]

[Tapi, Pah. Dia sangat cantik sesuai kriteria cewek yang saya inginkan.]

[Aku tidak perduli rasamu itu, hilangkan semua itu. Kamu hanya boleh balas dendam.]

Setelah selesai, panggilan diakhiri secara sepihak oleh papanya, Robert melihat ke tempat tidur ternyata Carissa masih bergelung dengan selimut tebal, tampak sisa percintaan dalam tidur lelapnya.

Robert memandang Carissa penuh hasrat, bibirnya mengulas senyum. Kakinya melangkah mendekati ranjang ukuran king size di mana Carissa terbaring. Kaki yang jenjang dan putih mulus mengintip di balik selumut yang tersingkap, membuat darah Robert naik ke kepala. Diraba kaki itu, 'sungguh nikmat tubuhmu, Carissa, sayang kamu hanya mangsa yang terbuang' batin Robert.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel