Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Part 5.Felisha Diperkosa Rame-rame

“Katrok, Deblo dan Supri, segera ke kamar gudang, ada bonus buat kalian!”

Setelah mengetik pesan itu, Fredy Lalu mengirimkannya sembari melengkungkan satu buah senyum yang sangat lebar. Ia benar-benar merasa puas, akhirnya ia dapat membalaskan sakit hatinya selama ini.

Beberapa menit kemudian, Deblo, Katrok dan Supri tampak memasuki ruangan kamar yang sengaja sudah dibuka oleh Fredy Satu menit yang lalu. Ketiga preman itu tercekat, menelan air liur mereka saat melihat tubuh Felisha yang masih tidak tampak sehelai benangpun di tubuhnya.

Dengan sekuat tenaga Felisha terlihat bergerak perlahan, berusaha untuk bangkit dari pembaringannya sembari menutup sebagian tubuhnya dengan kedua tangan. Firasat buruk seketika kembali memenuhinya saat ia memicingkan kedua matanya dan melihat kehadiran ketiga preman itu.

“Tolong... ja... ja.. ja-jangan... huhuhu....”

Tangis Felisha benar-benar terdengar sangat mengiba, rasa takut dan putus asa yang memuncak membuatnya lebih memilih mati saat itu juga. Tetapi, kedua matanya yang sempat menyapu seluruh ruangan kamar, sama sekali tidak melihat satupun cara dan alat yang bisa mengakhiri hidupnya.

“Bos, cantik banget... boleh kami garap bareng-bareng?” tanya Katrok, menelan air liurnya entah untuk ke berapa kalinya. Seketika itu juga ia merasa napasnya mulai bertambah cepat. Begitu pula dengan Deblo dan Supri yang tampak ingin segera mendekati Felisha .

Mereka sudah tidak sabar untuk segera membongkar seluruh pakaian yang melekat pada tubuh mereka, lalu bermain dengan tubuh Felisha yang putih, mulus, kencang dan padat. Sangat berbeda dengan wanita-wanita yang biasa mereka “pakai”.

“Jangan buru-buru, nikmati dulu serbuk dunia ini ...” ucap Fredi sembari mengeluarkan 4 buah bungkus plastik kecil di sakunya dan memberikan bungkusan itu ke Deblo sebelum ia kembali memberikan perintah kepadanya, “Proses ini dulu, yang lainnya boleh melakukan pemanasan sama gadis cantik itu, cepat!”

“Siap bos!”

Ucap Deblo sigap mematuhi perintah Eddie. Lalu dengan cekatan, ia menyiapkan segala peralatan untuk memproses barang terlarang itu. Sementara di ranjang, Katrok sudah berada di atas tubuh Felisha , kedua tangannya sibuk menjelajahi setiap sudut tubuh Felisha yang benar-benar sudah tidak berdaya. Kibasan tangan dan tendangan kakinya sama sekali tidak memberi pengaruh yang berarti, Katrok dan Supri dengan mudah menguasai dan mendominasi tubuh Felisha .

“Aaaarrrghhh Lepaaaassss!”

Teriakan Felisha benar-benar bertambah parau dan serak, bahkan hampir tidak terdengar.

Sementara Katrok dan Supri menikmati tubuh Felisha , Deblo tampak memberikan racikan benda terlarang itu kepada Eddie, lalu menghampiri Katrok dan Supri yang sudah berada di kedua sisi tubuh Felisha sembari menyentuh, membelai, menjilat dan menciumi setiap detail pada bagian tubuh Felisha yang hanya bisa berteriak dengan suaranya yang semakin habis.

Dengan satu dorongan pelan ke arah tubuh rekan-rekannya, Deblo lalu bersiap untuk meyuntikkan racikannya itu kepada Katrok dan Supri, sebelum akhirnya ia menghisap dan menyuntikannya ke tubuhnya sendiri.

Dalam keadaan “high” mereka benar-benar tampak sangat buas, dengan liar dan tidak menyelipkan sedikitpun rasa belas kasihan sama sekali, mereka suguh-sungguh berniat untuk merusak area kewanitaan Felisha sampai berkali-kali hingga mereka benar-benar merasa puas.

Setelah melakukan pengundian, Deblo yang mendapat giliran pertama tampak tersenyum puas. Lalu meminta katrok dan Supri memegang kedua paha tangan tangan Felisha . Sembari mengunci tubuh Felisha agar tidak bisa bergerak dan melawan, sebelah tangan mereka memeras dan menggenggam salah satu buah di dada Jasmin yang tampak putih, bersih serta mulus, bulat dan kencang itu dengan sangat bernapsu.

Napas ketiganya semakin cepat memburu, libido mereka bergejolak dengan sangat hebat. Melihat kemolekan dan kemulusan tubuh Felisha yang mempunyai wajah yang ayu dan sangat cantik, malam ini mereka seolah-olah mendapatkan durian runtuh.

Dengan sekali hentakan, tubuh Deblo amblas menyatu dengan tubuh Felisha yang kembali harus merasakan perih bukan hanya di hati, tetapi seluruh tubuhnya benar-benar terasa sakit. Area kewanitaannya terasa ngilu dan perih. Ia hanya mempu memejamkan matanya erat-erat sembari menjerit sekuat tenaga walau tidak terdengar dan tidak berarti apa-apa.

“Aaaaaakkkhhh... Ssshhhh guys! Ini benar-benar sangat nikmaaaaattt.... Ssssshhhh.. Aaakkkhhh...”

Deblo meracau tidak karuan, pinggulnya bergerak cepat menembus rongga sempit di tubuh Felisha dengan sepenuh tenaga, hingga membuat tubuh Felisha kembali berguncang mengikuti irama hentakan pinggul Deblo yang tanpa henti menghentak melakukan gerakan yang menusuk dan menarik pinggulnya, lalu kembali menusukan sebagian tubuhnya yang panjang dan tumpul itu secara berulang tanpa henti.

Katro dan Supri seakan tidak mau ketinggalan, mereka dengan sangat liar membenamkan wajah mereka ke atas buah di dada Felisha dengan sangat bernapsu, entah sudah berapa tanda yang mereka tinggalkan di tubuh Felisha , bintik-bintik memerah karena terkena gigitan kecil dan hisapan kuat dari bibir mereka tergambar di hampir seluruh tubuh Felisha .

Felisha meronta, menjerit semampu tenaganya yang masih tersisa, tetapi semua itu percuma, ia benar-benar menjadi bulan-bulanan mereka. Hingga akhirnya, setelah hampir tiga menit, Deblo tampak semakin mempercepat gerakan pinggulnya sembari mendesis panjang.

“Aaaaaaakkhhhhhh udaaah maau sampaai iniii guyys!”

Tubuh Deblo menegang untuk beberapa saat, lalu melemas sebelum mencabut sebagian tubuhnya yang masih menancap di tubuh Felisha .

Melihat Deblo sudah mencapai puncak, Katrok dan Supri buru-buru mengepalkan tangan mereka lalu melakukan pengundian lagi. Setelah beberapa kali, akhirnya Katrok yang mendapatkan giliran kedua. Dengan senyum sumriangah, Katrok buru-buru mendorong tubuh Deblo dan mengambil alih posisinya.

Supri yang sudah tidak sabar menahan napsu yang sudah benar-benar meledak di dalam dadanya, tampak bergegas memeluk wajah Felisha dengan tangan kirinya sebelum akhirnya ia mencekik leher gadis malang itu, agar Felisha mau membuka mulutnya.

“Aaaaa... Euuuuummpphh....”

Felisha tampak kesulitan bernapas, lalu ia pun terpaksa harus membuka mulutnya. Disaat itulah Supri bergegas membenamkan batang kelelakiannya ke dalam mulut Felisha dan menekannya, lalu sedetik kemudian ia kembali menarik dan membenamkannya lagi secara berulang. Terus, lagi dan lagi hingga kedua mata Supri terlihat menutup dan membuka setengah merasakan geli yang nikmat dan segala sensasi yang berhasil memecahkan libidonya.

Di bawah kedua pangkal paha Felisha , Katrok sudah siap menikam di posisinya. Lalu, dengan sekali gerakan, ia benamkan seluruh area batang kelelakiannya hingga amblas sepenuhnya ke dalam tubuh Felisha .

“Uuummmmppphh.... huhuhuu....”

Felisha sudah tidak mampu menjerit, apalagi melawan. Ia benar-benar berada di titik keputusaannya yang paling ujung. Tidak ada yang bisa menyelamatkannya selain kematian.

Katrok dengan sangat kasar melakukan gerakan cepat menikam dan menusuk area kewanitaan Felisha berkali-kali. Hentakan pinggulnya tampak bertenaga, hingga deru napasnya terdengar sangat memburu. Tubuh Felisha terlihat bergoyang secara berulang dari atas ke bawah, membuat dua buah di dadanya pun ikut bergerak naik dan turun dengan cepat.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel