Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 2

Teriakan-teriakan itu membuat Kirana tersenyum lebar, dia membungkuk di depan semua orang, Efendi juga bertepuk tangan untuknya dengan wajah yang senang. Tapi ketika Kirana dan Farrel saling bertatapan, kedua mata Kirana sedikit bergejolak, lalu dia langsung mengalihkan pandangannya.

Farrel merasakan ada yang tidak beres, Kirana turun dan berjalan meninggalkan kerumunan orang.

Farrel langsung mengikutinya, setelah belok beberapa kali, akhirnya Kirana berhenti di dalam gang kecil yang kosong.

Farrel juga berhenti, sambil melihat Kirana yang tidak berani mengangkat kepalanya untuk melihatnya, Farrel bertanya, "Kirana, kamu kenapa?"

Kirana menggigit bibirnya, setelah membulatkan tekadnya, dia baru mengangkat kepalanya, "Farrel, kita tidak bisa bersama lagi."

Farrel merasakan pukulan yang berat, tidak ada orang yang tahu kalau dia dan Kirana sudah berhubungan secara diam-diam selama tiga tahun.

"Kenapa?"

Suara Farrel sudah sedikit serak.

"Karena, aku berhasil masuk ke Akademi Seni Bela Diri, mulai hari ini, status kita berdua sudah berbeda total, aku akan menjadi seniman bela diri, sedangkan kamu..."

Kirana sudah menunjukkan ketegasannya, dia sama sekali tidak peduli kata-katanya akan melukai Farrel atau tidak.

Farrel bisa merasakan tubuhnya sedang gemetar, "Sedangkan aku hanyalah orang yang tidak berguna?"

Kirana tidak menjawabnya, tapi tatapannya sudah memberikan Farrel sebuah jawaban.

Farrel lanjut berkata, "Kamu bisa masuk ke Akademi Seni Bela Diri juga karena aku."

Sambil menggigit bibirnya, Kirana berkata, "Aku tahu, aku pasti akan mengembalikan semua bahan obat yang pernah kamu berikan padaku, setelah aku masuk ke Akademi Seni Bela Diri, aku pasti akan memberimu bahan obat yang lebih bagus, di saat itu, kita berdua sudah impas."

Farrel mundur dua langkah, seakanakan dia sudah tidak mengenal wanita di depannya ini.

Kirana mengeluarkan sebuah liontin giok dari kantongnya, ini adalah hadiah yang diberikan oleh Farrel padanya.

Farrel masih ingat, malam itu, Kirana bersandar di dadanya, menerima liontin giok ini sambil tersenyum lebar, wajahnya terlihat sangat bahagia.

Tapi sekarang, Kirana mengembalikan liontin giok itu pada Farrel, "Farrel, kuharap kamu tidak menceritakan hubungan percintaan kita berdua pada orang lain, anggap saja ini sebagai hal terakhir yang bisa kamu lakukan padaku."

Farrel menggenggam liontin giok di tangannya erat-erat, "Kamu tenang saja, kita tidak pernah berhubungan sama sekali."

Setelah berbicara, Farrel melempar liontin giok itu ke atas tanah dengan keras, kedua mata Kirana berkedip-kedip, tapi dia juga tidak memungut liontin giok itu. Dia mundur beberapa langkah ke belakang, lalu berkata, "Farrel, kamu harus realistis sedikit, kamu juga tahu kita berdua sudah tidak mungkin bersama lagi, sampai jumpa."

Kirana langsung pergi dengan cepat, seakan-akan tidak bersedia berbicara dengan Farrel lagi.

Farrel melihat kepergiannya, di dalam benaknya, dia tidak bisa menyamakan wanita imut yang dulu selalu berada di sisinya dengan wanita yang ada di depannya ini.

Tidak mungkin?

Dulu ketika Kirana sedang bersama dengannya, dia tidak pernah berkata seperti itu. Ketika Farrel memberikan bahan obat yang bahkan dia sendiri tidak rela memakannya pada Kirana, dia juga tidak pernah berkata seperti itu.

Farrel berdiri di tempatnya selama beberapa lama, langit tiba-tiba menurunkan salju yang dingin.

Orang memang bisa berubah!

Farrel berjalan kembali ke alun-alun dengan murung, sekarang masih ada orang lain yang sedang menjalani ujian.

Tiba-tiba, Farrel melihat Kirana di kejauhan yang sedang mengobrol sambil tertawa-tawa dengan Efendi, bahkan Efendi juga memberikan pedangnya pada Kirana, Kirana menerimanya dengan wajah yang malu.

Ternyata ini lah alasannya.

Hati Farrel menjadi sangat sedih, setelah tertawa-tawa, Farrel langsung pergi.

Suatu hari nanti, kamu pasti akan menyesal.

Pasti!

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel