Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

#5

"Tangan adek gw terlalu berharga buat dipegang bangsat kayak lo." Membenarkan kekhawatiran Chelsea soal sikap sang Kakak selanjutnya, Alvero mengode teman-temannya.

Chelsea lagi-lagi hanya bisa menghela napas gusar karena hal seperti ini terjadi lagi. Adiyanto dan mungkin rekannya dari PeTa akan berurusan dengan Alvero di taman belakang. Chelsea hanya berharap ia tak mengetahui apa yang sebenarnya terjadi.

"Kakak!" bentak Chelsea sengaja, berupaya bisa menghentikan kelakuan kakaknya.

Tapi tentu saja sia-sia.

"Kak, kejadian waktu itu nggak perlu keulang lagi."

Menangkap kalimat tadi dalam indra pendengarnya, Alvero menghentikan langkah dan berbalik. "Bukan gw yang mulai, Sea."

Ia hanya bisa menatap punggung Alvero yang menjauh, dengan pastinya emosi membuncah di sana. Semoga saja Alvero akan bisa mengontrol diri.

Ditto yang masih bersama Chelsea membawa gadis itu beralih. Perlahan ia mencoba menggenggam satu-satunya perempuan yang ia sukai selama ini. Dan genggaman itu dilepas paksa. Ditto paham jika Chelsea marah. Tapi mau bagaimana? Memang sudah seharusnya seperti ini.

"Sea..." panggil Ditto lebih santai berhubung tidak ada Alvero.

"Apa?!" bentak Chelsea menekankan posisi frustasinya.

Bukan kesal karena adik kelasnya itu berani membentak, Ditto malah tersenyum. Selama ini Chelsea cukup bisa menyembunyikan ekspresinya. Tapi kali ini ketika ia benar-benar menunjukkan kekesalannya, Ditto berhasil dibuat gemas.

"Apa sih, Kak? Malah senyum." lanjut Chelsea sewot.

Sambil terkekeh Ditto mendekati telinga Chelsea. "Jangan imut-imut, Sea. Ntar gw makin suka kan susah."

Ucapan Ditto tentunya tak begitu saja membuat Chelsea bersemu merah seperti perempuan kebanyakan. Gadis itu mencebikkan bibirnya kesal dengan energi positif yang terpancar pada nya di saat memusingkan seperti ini.

"Dirangkul boleh nggak?" goda Ditto lagi.

"Rangkul aja klo mau ujung-ujungnya duel sama Kak Alver!"

"Oke," tanggap Ditto sengaja lalu merangkul Chelsea.

"Kak Ditto!" omel Chelsea kian kesal memaksa Ditto melepaskan rangkulannya dengan masih tertawa puas.

"Ya udah, mau makan atau istirahat?"

"Apa aja yang penting gak ada Kak Ditto!"

Laki-laki itu tersenyum senang. Keadaan seperti ini jarang sekali dialaminya bersama Chelsea. Dengan keprotektifan Alvero sudah jelas jika mereka akan lebih banyak diam dan berbincang sebutuhnya. Namun kini Chelsea yang sepertinya melupakan kebiasaan tak acuh nya, begitu giat memamerkan semua emosi yang tengah dirasakannya.

Ditto hanya mengikuti Chelsea yang berjalan ke ruang MD. Kebetulan kosong karena semua berada di luar ruangan.

Mengabaikan keberadaan Ditto, Chelsea membereskan kostum MD nya. Beralih kembali pada laptop demi melakukan apapun untuk mengacuhkan Ditto.

Yang diabaikan pun menempatkan diri di sisi Chelsea. Tersadar sesuatu yang akan lebih baik tak ia sadari, Ditto melepaskan hoodie nya. Meletakkan hoodie itu menutupi paha Chelsea. "Nggak kependekan apa rok nya?"

"Biasa juga ini kok," bela Chelsea mengingat roknya masih cukup sopan karena menutupi kakinya sampai lutut.

"Yaudah lah pake aja, biar nggak salah fokus."

Keduanya tertawa renyah menanggapi candaan itu. Jika dipikir-pikir memang Ditto dan Chelsea tidak sejauh itu. Ditto sudah bersahabat dengan Alvero sejak SMP, dan otomatis mengenal gadis ini selama itu juga.

Hanya saja yang namanya perasaan seorang remaja yang akan menyenangkan jika dilanjutkan, tidak akan semudah itu dilakukan dengan keberadaan Alvero.

Setelahnya Chelsea mulai sibuk dengan laptopnya, meninggalkan Ditto dengan keheningan ruangan.

"Kalau udah ama laptop mah gw cuma jadi nyamuk." sindirnya.

"Buka apaan sih?" tanya Ditto tak mau gadis ini asik dengan dunianya sendiri. "Yaelah, ngapain ngeliatin orang dance si, kamu aja udah bagus."

"Ya kan cari inspirasi, kak. Bikin kreasi baru, yang inovatif."

"Iya deh iya."

"Oh iya, kelas dua belas jadinya kapan studitour nya?"

"Masih bulan depan, sejak kapan sekolah kita udah nyiapin semuanya terperinci kalau masih jauh deadline nya."

Chelsea tertawa, "Kedengeran pembina OSIS loh," sindir Chelsea mengingat keanggotaan Ditto dalam OSIS.

Sedangkan Ditto hanya tersenyum mendengar cibiran adik kelasnya yang tidak pernah berminat ikut aktif dalam organisasi sekolah -kecuali keanggotaan dalam ekskul MD nya. Ditto mengambil alih laptop Chelsea dan mulai mengetikkan sesuatu.

Menunjukkan video seorang DJ yang berkutat dengan alat-alatnya yang tidak Chelsea mengerti karena begitu banyak tombol, menghasilkan nada-nada yang masih bisa Chelsea nikmati.

"Kenapa ngeliatin orang nge-DJ, kakak aja udah bagus," ucap Chelsea membalikkan ucapan Ditto.

"Kan nyari inspirasi, Sea." sindir Ditto balik, tak rela kalah begitu saja.

Interaksi Chelsea dan Ditto terhenti ketika perhatian mereka teralih ke pintu yang terbuka.

"Eh- sorry, kita nggak tau ada kalian di sini. Maaf ganggu." sebut Brandon setengah terkejut. Kehadirannya diikuti Nathan, Lanno, dan Rainer di belakang.

Keterkejutan kontras tercipta di manik coklat terang Chelsea. Menyadari salah satu di antara empat kakak kelasnya itu adalah cowok yang kemarin mengganggunya. Cowok yang berhasil membuatnya diganggu siswa biang masalah lain yang berpikir bahwa Chelsea adalah perempuan seperti yang ia bilang.

Ditto hanya mengangguk. Mengodekan Brandon, Nathan dan Lanno untuk langsung beralih, mencegah munculnya masalah baru. Sayangnya, Rainer tak sepemikiran dengan kelima orang lain di sana. Ia malah melangkah mencari akses lebih untuk menatap gadis yang berhasil memancing perhatiannya sejak kemarin itu.

"Mereka berdua pacaran?" tanya Rainer menghadap Chelsea dan Ditto namun ditujukan pada teman-teman nya.

Pertanyaan itu membuat alis Ditto dan Chelsea bertaut, sedangkan Brandon, Nathan, dan Lanno membulatkan mata. Kaget akan Rainer yang memasukkan mereka dalam masalah baru.

Dengan sengaja Ditto menatap Rainer sengit, sedangkan tangannya tanpa ragu mengambil alih genggaman Chelsea dari mouse nirkabel. Genggaman itu berhasil mengalihkan perhatian Chelsea padanya. Ditto hanya tersenyum dengan menyisipkan inside code di sana. "Jawab, Sea."

"Umm... belum." jawab Chelsea ragu berhasil membuat Ditto tersenyum sumringah.

"Lo bukannya punya cowok?" tanya Rainer lagi, belum puas atas jawaban Chelsea.

"Eh?"

"Weits, kenapa jadi gitu pertanyaannya? Lo anak baru udah bosen sekolah atau gimana?" sentak Ditto tidak suka.

Sedangkan Rainer dengan tengil dan sikap sok ikut campur nya mendengus sinis, "Nggak salah kalau kemaren-" ucapan Rainer terhenti akibat tarikan paksa Nathan yang membawanya keluar.

"Maaf, To, Rainer mungkin cuma penasaran sama Chelsea. Abis ini kita kasih tau untuk nggak ganggu Chelsea. Sorry ya, To, Chelsea." pamit Brandon meninggalkan ruang MD dengan menutup pintu perlahan.

Sedangkan Chelsea yang memikirkan bagaimana menghadapi cowok nekat seperti Rainer tanpa kakaknya tau perihal masalah kemarin, Ditto lebih tertarik dengan potongan ucapan pengganggu tadi. "Kemarin, Sea?"

Chelsea merutuk dalam hati. Saat ia bahkan tak mengungkit masalah kemarin, Rainer malah dengan sengaja membahasnya. Sebenarnya apa sih mau Rainer?

"Kemarin? Aku cuma kepapasan sama dia terus dia nanya aku anak baru juga atau bukan. Masalahnya dia nggak pernah lihat." dalih Chelsea cepat demi menutupi kebohongan penuhnya.

"Yaudah, Kak, aku mau persiapan buat penutup acara hari ini." lanjut Chelsea sengaja menyudahi obrolannya dengan Ditto. Mencegah Ditto mencari tau lebih banyak.

Tanpa menunggu persetujuan Ditto, Chelsea membereskan segala peralatannya dan membawa laptop keluar dari ruang MD bersamanya.

Namun sayang sekali, Ditto tidak semudah itu mempercayai ucapan Chelsea. Ditto tau kalau Chelsea pasti menutupi sesuatu. Upaya memutar otak Chelsea nampaknya tak membuat Ditto berpikir dua kali untuk meraih ponselnya dan menghubungi... lagi-lagi kalian tau siapa.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel