Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

#4

Sedangkan Rainer dan teman-temannya berkumpul di kantin, Chelsea dan teman-teman kakak nya ternyata sibuk mengolok Alvero.

"Duh, Ver, ntar fans lo pada ilfeel ama Chelsea. Liat sikon dulu dong," ledek Richard -salah satu teman Alvero.

"Bisa ga sih nggak usah banyak bacot?" kesal Alvero lama-lama gerah dengan cibiran yang diputar-putar. Memang apa salahnya memeluk adik sendiri?

"Kakak ih," peringat Chelsea balik mendengar ucapan kasar yang walaupun sudah terbiasa masuk ke telinganya memang tak seharusnya dibiarkan kan?

Yaa, jangan judge pemikiran polos gadis manis ini.

"Maaf sih. Yaudah, ganti baju sana. Siapa sih yang ngatur kostum sama koreo? Sengaja banget lagi gerakannya," kesal Alvero yang sangat tak selaras dengan pendapat sebagian besar penonton. Ia tidak suka Chelsea memamerkan tubuh di depan manusia yang menganggapnya objek tontonan walaupun memang posisinya adalah berkepentingan untuk penampilan.

"Ih, sengaja gimana? Semua sesuai tema, Kak."

"Ya mau tema apa segala, harus banget apa lepas jaket kayak gitu-"

"Ceritanya kan cewek itu insecure, dan lama-lama dia bosen dengan titik diam nya itu. Nyoba ekspresiin diri, dan nekanin kalau cewek ini bisa juga loh jadi bad girl."

Alvero menatap adiknya, masih siap untuk berdebat, "Tapi kamu nggak cocok jadi bad girl."

"Ih, emang iya, Kak?" tanya Chelsea sengaja meminta pendapat rekan-rekan kakak nya. Dan tentu saja dukungan ia dapatkan.

"Lo mah perfect mau meranin apa juga."

"Lagian yaudah sih, Ver. Kesempatan Chelsea juga kan ngelakuin hal yang gak bakal dilakuinnya lagi. Nyoba ekspresiin diri," ulang Richard ikut mendukung adik kelasnya.

Alvero hanya bisa melemparkan tatapan malas untuk menanggapi tatapan kemenangan adiknya. "Iya-iya, terserah. Udah sana ganti baju. Hapus tuh make up."

"Cip-cip." jawab Chelsea imut sambil mengacungkan ibu jarinya dan beralih dari situ.

Sesaat setelahnya, perhatian spontan berpusat pada Ditto.

Yang ditatap berpura-pura tak menangkap, "Apa?"

"Cute ya, To?" canda Richard.

"Ya... iya." jawab Ditto gelagapan tapi tak mengabaikan fakta.

Semua tertawa melihat ekspresi Ditto. Tidak ada yang tidak tau bagaimana perasaan Ditto pada Chelsea. Ditto menyukai Chelsea.

Satu-satunya yang tidak menyadari itu mungkin hanya Chelsea sendiri. Entah sebenarnya tau atau tidak. Tapi gadis itu tak pernah menanggapi apa-apa. Karena memang Ditto juga belum bergerak maju.

Belum bergerak bukan karena tidak mau, tapi jarak yang diciptakan Alvero yang menahannya. Bagaimana tidak, memanggil Chelsea dengan sebutan 'Sea' saja sudah dianggap salah. Bergerak mendekati Chelsea pasti akan menimbulkan ketidaknyamanan. Bukan tidak mungkin, berpengaruh pada hubungan pertemanan mereka.

Tinggal menunggu Alvero saja. Ditto akan langsung bergerak.

*

Chelsea baru saja mengganti kostum MD nya dengan kaos biasa beserta rok yang ia bawa. Tangannya sibuk merapikan kostum selagi berjalan menuju ruang MD untuk meraih tas nya.

Sesaat pikirannya terjatuh pada pementasan MD nya barusan. Benarkah gerakannya sedikit berlebihan tadi?

Memang Chelsea melakukan sedikit improvisasi, tapi semuanya demi kesuksesan penampilan. Ia jadi tidak terima dengan ucapan kakaknya yang membuat dirinya bingung harus bagaimana setelah semua selesai ditampilkan.

"Hai Sea, cantik banget. Btw tadi dance nya keren." Ucapan seseorang yang tiba-tiba sudah ada di hadapannya spontan menghentikan langkah Chelsea dan mengangkat pandangannya dari kostum di tangan.

Chelsea seketika was-was. Cowok itu kelihatan bukan berniat baik dengan sikap kelewat berani nya ini.

"Umm, iya, Kak, makasih." sebut Chelsea singkat sembari melangkah mundur setelah menangkap badge nama di baju kelas nya.

Adiyanto, XII IPS 1.

"Kita belum kenalan formal nih. Adiyanto." ucapnya ramah yang samasekali tak berhasil bermakna selaras ketika upayanya meraih tangan Chelsea lebih kentara.

Keadaan koridor yang sepi membuat Chelsea tidak tau harus bagaimana. Koridor depan kelas sebelas ini tidak biasanya sepi, namun sekarang para siswa berada di lapangan ataupun stand makanan. Sedikit penjelasan bahwa Chelsea harus memutar otak untuk menghadapi hal ini.

Sampai akhirnya cowok bernama Adiyanto itu berhasil menggapai tangannya, menarik Chelsea mendekatinya.

"Tolong jangan ganggu saya." pinta Chelsea dengan bodohnya berharap hal itu dapat mengagalkan aksi Adiyanto begitu saja.

"Kalau dibilang jangan ganggu, ya jangan!" Bentak seseorang dari belakang Chelsea dan dengan cepat mendorong Adiyanto menjauh.

Tangan Chelsea yang lain digapai Ditto, membawanya berlindung di balik tubuhnya. Tanpa pikir panjang, Ditto mengambil ponsel dari kantongnya. Untuk menghubungi seseorang yang kalian tau siapa itu.

"Adek lo, Ver. Koridor kelas XI." info Ditto singkat.

"Siapa nama lo? Adi...Yanto... dua belas... IP...S satu. Owh. Adiyanto XII IPS 1. Anak PeTa lo ya?"

"Siapa lo?" tantang Adiyanto.

"Lah mainnya kurang jauh ni anak. Berani gangguin bintang sekolah di kandangnya tapi nggak nyiapin apa-apa."

"Gausah banyak bacot, lo nggak usah ikut campur."

"Gw berhak ikut campur. Sebentar lagi gw cowoknya kok." balas Ditto santai tanpa melepaskan genggamannya.

"Mau apa sih lo di sini, hah?"

"Mau gw ya lo jangan berani-beraninya ganggu cewek gw." tanggap Ditto sengaja mengulur waktu untuk menahan Adiyanto.

"Kak?" sanggah Chelsea yang ternyata memperhatikan ucapan penolongnya ini.

"Eh ralat, calon maksudnya." canda Ditto santai sambil menggoda Chelsea.

Chelsea sendiri tak terlalu berminat menanggapi kali ini. Pikirannya terbagi di posisi bersyukur karena tak akan diganggu lagi, dan khawatir dengan apa yang akan Adiyanto hadapi. Walaupun memang Adiyanto yang mulai duluan, tapi tetap saja.

Tak lama, gerombolan cowok kelas XI dan XII datang dengan Alvero berjalan paling depan. "Adiyanto, XII IPS 01." sebut Cornor yang sudah lebih dulu tau, entah darimana.

Dan ucapan santai tadi lantas menjatuhkan rasa percaya diri Adiyanto. Ia baru sadar jika perhitungannya soal ketiadaan Alvero di sisi Chelsea selama pensi ini kurang tepat. Salah besar ia tak lebih teliti mencari informasi. Jika lebih dulu mengenali Ditto mungkin ia tak akan berakhir babak belur nanti.

"Berani banget ngeganggu bintang sekolah di kandangnya. Pas pensi kayak gini lagi. Mau manjangin sejarah tawuran Tarsa? Gw punya temen banyak di PeTa, tapi kalau udah ada sangkut pautnya sama adek gw, ya... lo ngerti lah."

"Kamu diapain, Sea?" lanjut Alvero menengok ke arah adiknya. Tangan yang seharusnya hanya menjadi miliknya nampak nyaman dalam genggaman Ditto. Hal yang cukup mengganggunya, tapi emosi soal keberadaan cowok satu ini lebih mendominasi.

"Udah, Kak-" ucapan Chelsea terpotong.

"Perlu gw ulang pertanyaannya, Sea?" tanya Alvero meninggikan intonasi. Sesaat Chelsea merutuk menghadapi sikap kakaknya yang kelewat protektif. Ia tak bisa mengelak ucapan Alvero lagi. Tapi melihat Adiyanto yang akan habis menghadapi genk kakaknya juga bukan sesuatu yang ia inginkan.

"Dia-" Chelsea dibuat memutar otak, "Dia ngajak aku kenalan, tapi-"

"Dia narik lo paksa setelahnya," selak Ditto membuat Chelsea berdecak. Jika seperti ini langkah selanjutnya hanyalah mempersiapkan P3K.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel