Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Pembuktian Kedua

"Gregorius Grup? Aku tidak pernah mendengar nama itu," kata Kevin sambil mengerutkan keningnya. "Dan selama ini, aku tahu namaku cuma Kevin, tanpa ada embel-embel lainnya."

"Itu karena tuan muda mengalami amnesia. Tuan muda pernah mengalami kecelakaan yang membuat tuan muda jadi seperti ini," kata wanita itu. "Oh, iya, namaku Susan."

"Kecelakaan? Kecelakaan apa? Tapi sudahlah, jangan menambah masalahku, Susan. Aku baru saja dipecat dari pekerjaanku dan diusir oleh tunanganku sendiri. Aku harus segera mencari pekerjaan."

"Tuan muda kan tidak perlu mencari pekerjaan karena properti dan uang atas nama tuan muda, ada banyak sekali di seluruh dunia."

"Jangan gombal. Biasanya yang gombal itu laki-laki, bukan kaum perempuan. Sudah ah, aku harus cari kerja supaya aku bisa merebut tunanganku kembali."

"Tuan muda, tuan muda tidak perlu mencari pekerjaan. Tuan muda tinggal tunjuk saja maka tempat yang tuan muda tunjuk itu, pasti adalah milik dari keluarga tuan muda atau aset dari anak perusahaan dari grup perusahaan yang keluarga tuan muda miliki."

"Hah? Asal tunjuk?"

"Iya, tuan muda. Tuan muda hanya perlu menunjuk ke perusahaan, hotel ataupun bank swasta di sekitar sini, maka, kemungkinan besar, itu adalah milikmu, tuan muda."

Kevin menggeleng-gelengkan kepalanya. Dia pikir Susan adalah seorang wanita yang terganggu jiwanya. Tapi, Kevin ikuti juga tantangan Susan itu, Kevin menunjuk dengan sembarangan ke arah sebuah hotel berlantai dua puluh di seberang sana.

"Bagaimana dengan itu?"

"Tentu saja hotel Crown itu adalah milikmu, tuan muda. Hotel itu adalah milik dari salah satu anak perusahaan Gregorius Grup yang bernama Crown Limited Company yang membawahi beberapa hotel bintang lima di berbagai negara, salah satunya Crown Hotel itu."

"Aku tidak percaya kalau hotel itu adalah milikku."

"Kalau tuan muda tidak percaya, ayo kita ke hotel itu."

"Oke. Aku juga memang mau ke hotel itu karena aku mau mencari kerja di sana tapi bukan untuk membuktikan kata-katamu tadi, karena aku yakin kata-katamu itu tidak betul, mana mungkin aku memiliki hotel semewah itu. Punya satu rumah kecil aja, impossible, kok."

Susan cuma tersenyum mendengar kata-kata Kevin ini sambil terus berjalan di samping Kevin. Saat ini, mereka berdua sudah menyeberang jalan untuk menuju ke Hotel Crown.

Kevin tahu pasti pemilik dari hotel itu yang bernama Gunadi, karena Kevin banyak kali mengantar makanan dari restoran milik Tuti ke pegawai-pegawai di hotel itu dan kadang ke ruangannya Gunadi di lantai 5 hotel ini.

Dari para satpam, Kevin tahu tentang siapa Pak Gunadi pemilik dari Hotel Crown itu.

"Oke, kalau begitu, mari aku buktikan kepadamu, tuan muda." Susan sudah berjalan lebih dulu untuk masuk ke halaman Hotel Crown yang berada sekitar 50 meter dari restoran milik Tuti.

Saat sudah berada di dekat pintu masuk hotel, Kevin yang ingin membuat Susan malu, langsung mendahului langkah Susan dan segera mendekati satpam yang dikenalnya dan berkata kepada satpam itu.

"Menurut wanita itu, aku adalah pemilik hotel ini. Hahaha. Itu gila kan?"

Satpam bernama Rudi yang mengenal Kevin, langsung melihat ke arah Susan dan berkata, "Waduh, masih muda, cantik, kok ngawur sih? Masak si Kevin yang pelayan restoran tiba-tiba bisa jadi pemilik hotel ini."

Susan tidak memedulikan omongan mereka. Dia mengeluarkan handphone-nya dan mulai menelepon.

"Pak Gunadi, kamu ada di hotel kan?"

Mendengar itu, Kevin dan Rudi saling berpandangan.

Sesudah itu, Susan tampak mendengar beberapa saat, kemudian Susan berkata, "Kalau begitu, Pak Gunadi harus turun sekarang juga ke bawah karena Tuan muda sudah ditemukan dan dia berada denganku sekarang ini di depan hotelmu."

Mendengar nama Gunadi disebut, Rudi dan Kevin yang sebelumnya mengejek Susan, langsung terdiam. Karena mereka menghormati Gunadi, karena itu, mereka menunggu di depan pintu utama hotel hingga akhirnya Pak Gunadi datang dengan tergopoh-gopoh.

"Ibu Susan, ini betul-betul kabar gembira. Benarkah Tuan muda sudah ditemukan?"

"Iya, Pak Gunadi. Itu orangnya. Tuan muda kita yang selama ini kita cari," kata Susan sambil menunjuk ke arah Kevin.

Gunadi tampak kaget saat Susan menunjuk ke arah Kevin. "Loh, dia kan yang suka ngantar-ngantar makanan disini."

"Iya, Pak Gunadi. Aku yang suka ngantar makanan ke sini dan kadang juga mengantar makanan ke ruangan Bapak. Jadi, tidak mungkinkan kalau aku adalah seorang Tuan muda. “

Gunadi menatap Susan kembali. "Apa informasi ini bisa dipercaya?"

"Iya, Pak. Ingat, walaupun tidak lama, tapi aku sempat menjadi asistennya tuan muda sebelum dia menghilang, karena itu, aku tentu masih ingat wajahnya walaupun memang ada perubahan sedikit."

"Apa itu cukup?"

"Tentu saja bukan itu saja. Setelah penelusuran dengan cermat selama sebulan ini dan juga dengan pemeriksaan DNA yang sudah kami lakukan secara diam-diam, selama beberapa hari ini kepada pria bernama Kevin ini, maka kami sudah memastikan kalau dia adalah pewaris Gregorius Grup yang sayangnya, tampaknya terkena amnesia."

"Wah, kalau begitu, ini kabar gembira. Aku tidak menyangka kalau pria yang suka antar makanan kepadaku ternyata adalah bos besarku sendiri. Ugh ... aku jadi malu."

Mendengar pembicaraan mereka, Kevin yang jadi bingung sendiri dan mulai menebak-nebak. Dia menjadi sangat penasaran dengan apa yang dibicarakan kedua orang yang sedang bersamanya itu dan mereka adalah orang kaya.

"Tunggu dulu, aku pasti lagi masuk acara televisi yang sejenis prank artis atau prank warga itu ya. Iya kan? Mengaku sajalah, kalian sedang prank aku kan?"

Rudi ikut mengangguk-angguk dan membenarkan dugaan Kevin itu. Dia juga tidak percaya dengan apa yang disampaikan oleh Susan dan Gunadi.

"Tolonglah ... percayalah. Tuan muda memang adalah tuan muda kami. Bukti ini sudah tidak bisa dibantah lagi, nantinya tuan muda akan dipertemukan dengan kakek tuan muda yang sekarang bermukim di Hongkong. Tetapi kalau memang tuan muda menginginkan bukti kedua, maka aku akan memberikan ini kepada tuan muda." Susan mengambil sesuatu dari dari dalam tasnya.

"Apa ini?" tanya Kevin saat dia melihat sebuah kartu berkilauan disodorkan oleh Susan kepadanya.

"Ini adalah credit card milikmu, tuan muda. Kamu bisa melihat berapa uang yang tuan muda miliki di dalam kartu ini. Untuk itu, tuan muda bisa menuju ke Greatest Bank."

Kevin melihat ke arah kartu itu dan Susan secara bergantian. Dia masih sedikit tidak percaya dengan apa yang dikatakan oleh Susan, karena semua itu sangat tidak masuk akal.

Kevin akhirnya menerima kartu itu dan menyimpannya di dompetnya, "Baiklah aku akan pergi ke sana. Aku tidak tahu prank apa lagi yang kamu sediakan di sana, tapi, aku akan ke sana."

Susan berkata kepada Gunadi agar Gunadi menyediakan kamar terbaik untuk Kevin saat dia balik nanti. Karena Kevin sudah diusir dari tempat tinggal lamanya, maka tidak mungkin bagi Kevin untuk kembali lagi ke rumah itu.

Gunadi langsung membungkukkan tubuhnya ke arah Kevin dan meminta Kevin untuk tidak lupa pulang ke hotel dan tinggal di hotel setelah menyelesaikan urusan di bank. Dia tidak ingin kehilangan jabatannya, hanya karena dia tidak melayani Tuan Mudanya dengan baik.

Dengan perasaan heran, Kevin mau juga saat diajak Susan untuk naik ke sebuah mobil Limousine, mobil yang hanya dia lihat di film-film. Tanpa rasa curiga sedikit pun, Kevin masuk ke dalam mobil yang segera membawanya ke bank.

"Nanti, sesampainya di bank, kamu tidak boleh turun, kamu harus tetap di mobil." Kevin masih ingin menguji kebenaran yang dikatakan Susan.

"Tapi kenapa, Tuan muda?"

"Karena aku masih curiga kalau kalian sedang mengadakan prank kepadaku untuk acara TV. Seakan-akan aku adalah seorang pewaris kaya raya, padahal ini cuma sekedar acara televisi. Karena itu, aku harus masuk sendiri ke dalam bank tanpa kamu, supaya kamu tidak bisa bermain mata dengan orang-orang di dalam bank."

"Baik, Tuan muda. Kebetulan aku ada urusan, jadi, setelah menurunkan tuan muda di bank, aku akan segera pergi. Nanti, sesampainya di bank, tuan muda cukup bilang kalau akan bertemu dengan Pak Harun, Direktur dari Greatest Bank."

"Baiklah. Sesukamu lah."

Sesampainya di bank, Kevin turun sendiri dan segera menuju ke pintu depan. Dia menoleh sebentar ke arah mobil untuk memastikan Susan tidak akan ikut turun.

Kevin segera berjalan ke arah pintu masuk bank. Dia bertemu dengan satpam bank itu yang menyambutnya dengan senyum.

"Iya, Pak. Ada keperluan apa, Pak? Oh, kamu?" tanya seorang satpam yang langsung mengenali Kevin sebagai pelayan restoran yang kadang mengantar makanan dari Restoran Bunga Bakung milik Tuti itu.

"Iya, Pak. Begini, aku ingin bertemu dengan Pak Harun,” ucap Kevin menjelaskan maksud kedatangannya.

"Tapi Pak Harun tidak memberitahu aku tentang pesanan makanan. Lagi pula, dia selalu memesan makanan Perancis yang mewah, dia tidak pernah memesan makanan dari restoran kalian. Mungkin maksud kamu itu pegawai kami yang memesan makanan. Iya kan?"

"Bukan. Aku datang ke sini bukan untuk mengantarkan makanan. Aku ingin bertanya tentang rekeningku kepada Pak Harun." Kevin memperjelas maksudnya ingin bertemu dengan pimpinan bank ini.

"Hah! Pak Harun itu adalah presiden direktur di bank ini. Dia tidak akan turun tangan sendiri untuk melayani nasabah kelas teri macam kamu! Sorry to say ya, tapi simpanan kamu paling cuma sedikit, tidak mungkin untuk membuatmu menghadap Pak Harun."

Kevin langsung mengeluh dalam hatinya. Dia sampai melepaskan napas berat saat dia mendengar apa yang dikatakan oleh satpam bank itu.

Seorang pelayan restoran kecil memang pasti tidak mungkin akan dilayani oleh pimpinan tertinggi bank ini. Isi dari rekeningnya pun pasti sangat keci.

‘Aku pasti dikerjai nih. Lihatlah, kalau memang aku adalah pewaris seperti yang dibilang Susan, Pak Harun itu pasti sudah menungguku. Kalau seperti ini, itu berarti aku kena prank lagi

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel