Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 8 Orang Tidak Waras

Bab 8 Orang Tidak Waras

Keesokan harinya Radit kembali bertemu dengan Reta, ketika mereka saling berpapasan Reta sengaja membuang muka tidak mau menatap Radit yang ada di hadapannya. Radit ingin menyapa tapi melihat Reta tidak peduli, ia memutuskan untuk masuk ke dalam kelas saja.

Sesampainya di dalam kelas Radit bertemu dengan Willy sudah duduk di atas kursinya, gadis itu nampaknya sudah menunggu Radit sedari tadi, saat Radi mendekat gadis itu tersenyum manis kepada Radit.

“Akhirnya kamu datang juga, ada hal penting yang ingin aku bicarakan sama kamu,” Kata Willy tenang.

“Ada hal penting apa?” tanya Radi bingung.

“Ikut aku sekarang,” Willy menarik tangan Radit dan membawanya ke luar dari kelas.

Beberapa menit kemudian mereka telah sampai di atas roof top, Willy menyandarkan diri di tembok sambil menatap Radit, pemuda itu hanya bergiming melihat ke arah Willy.

“Dit, aku suka sama kamu,” ucap Willy

“Suka bagaimana?”

“Aku beneran suka Dit, aku sayang dan aku cinta sama kamu,” tukas Willy sangat pasti.

Radit terdiam tidak ingin memberi respon, hingga tanggannya di pegang oleh Willy. Radit pun menatap ke arah gadis itu. Pelan-pelan dia melepaskan tangannya dari genggaman Willy.

“Maaf, Will aku tidak bisa, aku tidak suka dengan kamu. Lebih baik kita berteman saja.”

Wajah Willy nampak sangat kecewa, dia menetap Radit dengan tatapan memelas. Mata Willy sudah sangat berkaca-kaca mungkin, sebentar lagi gadis itu akan menangis.

“Sekali lagi aku minta maaf Will, aku pamit.”

Setelah itu Radit pergi meniggalkan Willy. Saat pria itu sudah pergi barulah Willy menangis. Dia tidak pernah ditolak, bahkan oleh siapa pun itu. Radit adalah orang yang pertama menolaknya, dia tidak akan membiarkan siapa pun mendekati Radit. Jika dia tidak bisa memiliki Radit, maka siapa pun tidak akan bisa. Willy berjanji dalam hatinya.

Keesokan harinya Stela sedang berada di dalam toilet, dia ingin mencuci mukanya yang sudah sangat kusut. Saat hendak menutup pintu tangan Stela di tahan oleh Willy yang mengikutinya. Tubuh Stela di dorong ke dalam hingga terjatuh.

“Kamu kenapa? Kalau mau masuk permisi!” protes Stela.

“Apa aku harus permisi? Sorry, kampus ini punya Papa saya. Seharusnya yang permisi itu kamu!” kecam Willy.

“Kamu pikir karena kampus ini, milik Papamu, kamu bisa bebas memperlakukan orang semena-mena? Apa kamu pikir itu bagus, hah?” Stela mencoba menceramahi Willy, tapi nampaknya Gadis itu sudah tidak peduli.

“KAMU! Dengar ya, kamu itu tidak ada bandingannya dengan saya, tapi kenapa Radit malah memilih kamu? Dan menolakku? Apa yang sudah kamu lakukan?”

“CK! Jadi kamu ditolak sama bang Radit. Wajar saja orang sepertimu di tolak oleh siapa pun termasuk Bang Radit!”

“Kurang ajar, kamu! Beraninya mengataiku seperti itu, kamu cari mati?” tanya Willy dengan wajah penuh amarah.

“Kenapa dengan wajah kamu? Tidak suka dengan saya?” Stela benar-benar membuat Willy marah besar, dan dia menyuruh teman-temannya masuk, Willy berencana mengerjai Stela saat ini.

Anak buah Willy masuk ke dalam kamar mandi, mereka langsung memegangi tangan Stela. Sementara Willy dia mulai mengacak-acak rambut Stela dan menjambaknya. Stela sontak meringis kesakitan. Rambutnya sebagian sudah keluar dari ikatan karena jambakan tangan Willy.

“Sinting ya kamu! Lepaskan!” teriak Stela

“Lepaskan? Cih, kamu pikir semudah itu?”

“Bajingan! Beraninya main kroyokan, sampah!” maki Stela.

Plak…

Sebuah tamparan panas mendarat di pipi Stela, gadis itu kemudian menampilkan senyuman melecehkan, bahkan sampai-sampai dia memandang Rendah Willy. Gadis itu sepertinya sangat terobsesi dengan Radit.

Stela mencoba berontak, tapi tenaganya kalah terhadap empat teman Stela. Rekan-rekan Willy semakin menguatkan pegangan di tangan Stela dan itu sangat menyakitkan.

“Jauhi Radit atau kamu akan menderita di kampus ini!”

Setelah melayangkan ancaman Willi berserta temannya pergi dari dalam toilet meninggalkan Stela. Kebetulan saat itu juga Reta datang. Dia baru saja makan dari kantin dan hendak ke toilet. Tanpa sengaja dia melihat Stela, gadis itu sangat berantakan, dan rambutnya seperti habis di jambak.

Reta merasa kasihan, ia pun mendekati Reta. “Kamu tidak apa-apa kan? Ya Tuhan.., wajah kamu kenapa?” Reta memegang wajah Stela yang memerah.

Reta menyentuh pipi Stela dan itu membuatnya memekik ke sakitan. “Maaf-maaf, aku tidak sengaja.”

Reta membatalkan niatnya semula, dia mengejak Stela keluar dari dalam Toilet. Mereka tiba di taman yang terletak di belakang kampus. UKS juga ada di dekat sana. Reta mengajak Stela duduk lalu permisi pergi.

“Kamu tunggu sebentar di sini, aku mau ambil obat dulu.”

“Tidak usah, nanti pasti sembuh sendiri.”

“Sudah tidak apa-apa.”

Meskipun Stela sudah melarang Reta, dia masih tetap pergi mengambilkan obat untuk Stela. Dengan meminjam peralatan UKS Reta kembali ke hadapan Stela yang masih meringis memegangi wajahnya.

“Apa masih sakit?” tanya Reta.

“Iya, masih sakit,”jJawab Stela sopan.

“Wajahmu penuh luka. Oiya, tadi aku melihat Willy keluar dari dalam kamar mandi, apa mereka yang melakukan ini pada kamu?” tanya Reta lagi

Stela nampak diam, sebelum memutuskan menjawab pertanyaan Reta, gadis itu menarik nafas terlebih dahulu lalu membuangnya.

“Iya, mereka yang melakukannya, tadi siapa namannya? Sepertinya aku harus mengingat nama itu,” Cccit Stela.

“Willy, dia adalah anak pemilik kampus ini. Orangnya kasar, dan juga suka pembuaut onar. Jadi kamu harus hati-hati”

“Baik kalau begitu.”

Mereka terdiam, tangan Reta mulai sibuk menuangkan alkohol ke dalam kapas, kemudian mengoleskanya ke wajah Stela. Kerena merasa perih Stela meringis. Setelah itu, Reta langsung memasang perban di wajah Stela.

“Sepertinya nanti sore sudah bisa di buka, tinggal tunggu lukanya kering aja,” ujar Reta berkemas.

“Terima kasih,” ucap Stela tulus, kemudian menjulurkan tangan mengajak Reta berkenalan. “Aku Stela.”

Reta pun dengan senang hati menyambut tangan Stela. “Aku Reta.”

Semenjak perkenalan mereka itu, Reta dan Stela semakin dekat, bahkan Radit tidak menyadarinya. Hingga saat dia pergi ke kantin, dengan mata kepalanya sendiri dia melihat Reta dan Stela bergurau. Radit pun berusaha mendekati meja mereka, lalu duduk tepat di depan Reta.

“Aku ke toilet dulu.” Tutur Reta, dia beranjak dari kursi. Tapi belum sempat dia melangkah tangannya sudah ditahan oleh Radit.

“Ta, aku mau minta maaf, kejadian kemarin…, sungguh aku sangat menyesal.”

Reta menghempaskan tangan Radit, dia merasa risih dengan Stela. Stela itu pacar Radit dan akan menjadi sahabat Reta, mungkin.

“Lepas Radit, Stela ada di sini!” ujar Reta menetap Stela

“Memang kenapa? Stela saja tidak keberatan.” Radit menetap Stela lalu bertanya.” Kamu tidak keberatan kan?”

Reta melepas tangannya lalu pergi dari hadapan Radit, “Dasar orang tidak waras,” gerutunya

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel