Bab 7 Kerjasama
Bab 7 Kerjasama
“Aku mau kita bekerja sama, bagaimana?” Radit mengajak seorang gadis yang ada di hadapannya untuk bekerja sama, dia adalah Stela sepupu dekatnya.
Stela merupakan gadis cantik dan juga pintar, dia juga merupakan satu-satu sepupu perempuan Radit. Dari kecil mereka sudah sangat dekat, bahkan mereka lahir hanya berjarak tiga bulan saja.
Stela menatap Radit tidak percaya, setelah sekian lama mereka bertemu, dan Radit mengundangnya ke subuah kafe dan hanya untuk melakukan lelucon ini. Stela harus menolaknya.
“Tidak.. aku tidak mau, aku ini wanita, jadi tahu bagaimana rasanya dibuat cemburu.”
“Stela please…, aku hanya perlu tahu dia cinta atau tidak ke aku. Tolong ya,” ujar Radit penuh permohonan.
“Huff…, oke aku mau. Tapi, kamu harus bayar mahal untuk ini, bagaimana?”
“Setuju.”
Akhirnya perjanjian antara Radit dan Stela rampung, mulai besok dia menyuruh Stela untuk menjadi pacar pura-puranya. Bahkan Radit rela memindahkan Stela ke sekolahnya agar misi mereka lancar. Dan Radit berharap dengan dia melakukan ini, dia akan tahu bagaimana perasaan Reta kepadanya.
Keesokan harinya misi pun di jalankan, pagi-pagi sekali Radit sudah datang menjemput Stela ke rumahnya. Berangkat bersama ke kampus merupakan ide gila Radit sendiri. Dia ingin melihat bagaimana reaksi satu kampus ketika Radit menggandeng seorang perempuan, terutama Reta. Dia ingin gadis itu melihatnya sedang bersama dengan Stela. Radit sungguh tidak sabar.
Semua seperti rencana Radit, dia menggandeng tangan stela masuk ke koridor kampus, semua mata yang melihat berdecak tidak suka, apalagi Willy seketika dia jadi merasa tersaingi. Dengan rasa kecewa Willy meninggalkan lokasi itu.
Target Radit menampakan diri, dia adalah Reta, sedang berjalan ke arah yang berlawanan dengannya. Saat sudah berpapasan, Reta malah sama sekali tidak menegur Radit, melihatnya saja pun tidak, Reta berjalan biasa, seperti tidak ada beban.
Radit menatap Reta terus hingga menghilang, sekarang perasaan kecewanya bercokol, dia mengangap bahwa Reta benar-benar tidak mencintainya. Karena itu dia segera menarik Stela menjauh dari kerumanan dan membawanya ke kampus.
“Reta sepertinya memang tidak cinta sama aku” ujar Radit lemah.
Stela menepuk pundak Radit seraya berkata, “Wanita cuek bukan berarti dia tidak cemburu, kadang mereka melakukan itu agar terlihat kuat.”
“Tapi, percuma Stel. Pas lewat saja tadi cueknya minta ampun, kamu lihat sendiri kan?”
“Tidak ada yang susah jika kamu berusaha, ini kan baru awal jadi kalo kamu menyerah sama aja usaha yang kamu buat sia-sia. Tunjukkan kalau kamu itu bisa buat dia cemburu.”
Melihat Stela begitu menyemangatinya Radit jadi merasa lega, dia mengusap rambut seraya mengatakan. “Ternyata anak kecil ini sudah dewasa, kakak tidak sia-sia membayar kamu mahal.”
Setelah itu Stela mengajak Radit ke ruang rektorat. Mereka akan melakukan pendaftaran ulang. Karena kelas Radit kosong mereka pun menemani Stela ke ruang Rektorat.
Saat tiba di ruangan rektor kembali lagi Radit harus bertemu dengan Reta. Gadis itu sedang membenarkan ikat rambutnya yang longgar sekalian tersenyum, sangat cantik. Radit menetap terus hingga Stela menyadari bahwa Radit sudah jauh tertinggal di belakangnya.
Stela kembali ke belakang lalu mengikuti arah pandang Radit, dia melihat gadis cantik sedang tersenyum indah seperti bidadari. Dan Stela yakin bahwa itulah gadis yang sedang dikejar oleh Radit.
“Hei! Kenapa kau tertawa sendirian di sini? Kenapa kau tak mengikuti aku ke ruangan rektor tadi?” tanya Stela membesarkan suaranya, Radit mengerjap tak percaya. Dia melihat Stela dan memelototinya.
Stela berhasil mengundang perhatian Reta, gadis itu melihat ke arah mereka, saat melihat Radit gadis itu malah pergi meninggalkan mereka di sana.
“Hei Radit! Apa kau mencintaiku? Apa kau sangat menyayangiku. Kemarilah peluk aku.” Teriak Stela sangat lantang. Dia berpura-pura memonyongkan bibirnya ke arah Radit.
Glek ...
Perkataan gadis yang bersama Radit itu membuat langkah Reta berhenti, dia berbalik untuk melihat apa yang dilakuan oleh Radit. Namun, sayangnya mereka sudah melakukan. Reta memang tidak melihat langsung apa yang dilakukan oleh Radit, tapi hatinya merasa sakit saat itu juga.
Reta segera berlari meninggalkan tempatnya berdiri, dia tidak ingin mengingat apa pun yang terjadi di sana. Hanya saja ketika dia mencoba melupakan semuanya. Justru Reta malah semakin mengingat adegan tadi.
“Sialan! Setelah kau melakukannya denganku, beraninya kau mencium perempuan lain, bedebah! “Arghhh” teriak Reta tanpa sadar. Tangannya mengepal ingin menunju sesuatu.
“Dia sudah pergi,” ucap Stela, dia mendorong Radit agar mampu melihat Reta yang berlari saat melihat mereka tadi.
“Bagaimana exspresinya?” tanya Radit. Mereka hanya saling pandang tadi cukup dekat tanpa melakukan apa pun.
“Aku tidak tahu, tapi yang tadi aku lihat dia melihat kemari. Saat kau menutupi wajahku, dia malah langsung berlari pergi.”
“Argghhh, apa itu tandanya dia cemburu? Atau memang dia tidak peduli.”tanyanya.
“Entahlah, aku tidak tahu.” Ucap Stela pasrah.
Hari berikutnya mereka tetap malakukan misinya, bahkan Radit meminta kepada Stela agar mereka satu kelas saja, tetapi karena Stela jurusan perpajakan. Stela harus menolak permintaan Radit mentah-mentah.
Radit pun tidak dapat berbuat apa-apa lagi, selain membiarkan Stela memilih kelasnya.
“Apa kau begitu mencintai sepupumu ini, hah? Apa segitu berartinya aku untukmu?” ledek Stela. Dia tertawa mengejek Radit yang galau.
Radit pun memandang Stela jijik, lalu mendengus kesal. “Kalau saja aku tidak membutuhkan untuk mmebuktikan dia suka atau tidak padaku, mungkin sudah aku minta pulang kamu,”rutuk Radit
“Oh.., kamu cuma manfaatin aku! Ya udah aku batalin kerja sama, sama kamu.” Dengan marah Stela melipat kedua tanganya di atas dada.
Radit sontak panik, dia tidak ingin rencana yang dia bangun berantakan. Karena itu dia harus berbaikan dengan sepupunya yang super bawel itu. Radit menjulurkan tangan dan mengucapkan permintaan maafnya.
“Aku minta maaf, aku akan melakukan apa saja asal kamu mau membantuku untuk mendekati Reta. Aku sangat butuh bantuan kamu Stela.”
“Aku tidak dengar, tadi kamu bilang apa?” ucap Stela berpura-pura.
“Aku minta maaf dan aku butuh bantuan kamu, Stela.”
“Good, lain kali jangan buat aku marah.”
Siang itu Stela berkunjung kerumah Radit, di sana Marisa ibu Radit sudah menunggu mereka. Saat Stela sudah sampai Marisa langsung merangkul gadis itu mencium pipi gadis tersebut. Stela dan Marisa memang sangat kompak, meraka sering pergi ke salon bersama. Kadang juga Marisa mengajak Stela berbelanja. Sampai-sampai Arman sang abang, sekaligus papa Stela sering memperingati mereka.
“Kamu kenapa jarang main ke sini? Tante rindu. Lain kali tante mau kamu sering-sering ke sini, kamu paham?”
Stela hanya menyengir kuda, lalu duduk di sofa. Seperti biasa Marisa akan sangat penasaran dengan apa yang dilakukan oleh Stela, apalagi dia tahu bahwa bulan kemarin Stela pergi ke London. Stela pun menceritakan dengan antusias, segala yang dia lakukan selama dia London dia ceritakan seutuhnya. Layaknya drama Korea yang sangat seru, Marisa mendengarkan. Hingga Stela menceritakan bahwa dirinya dipaksa oleh Radit pindah kampus.
“Apa? dia….. ahhh pria payah, dia sama saja seperti papanya.” Ujar Marisa berang.
“Begitu lah tante, sepertinya Radit benar-benar jatuh cinta kali ini.”