Bab 11 Calon Mantu
Bab 11 Calon Mantu
Pagi ini hujan sangat deras, dengan payung merah yang Reta pegang, dia mencoba melindungi dirinya dari hujan, perlahan ia berjalan ke halte, dia menunggu angkutan umum untuk dia naiki ke kampus. Sayangnya setelah tiga puluh menit menunggu tidak ada satu pun angkutan umum yang datang.
“Kenapa tidak ada angkot yang kelihatan, tidak biasanya lama begini,” gerutu Reta, dia mencoba melihat jam di tangannya tapi ini belum terlambat. Ia masih mencoba menunggu angkotan umum, namun tidak berselang lama, mobil yang dia naiki tadi malam kembali datang.
Reta sempat merasa kesal sebab dia merasa bahwa Radit selalu mengikutinya. Namun kekesalannya pun hilang saat melihat Stela yang keluar dari dalam mobil, menggunakan payung dia mendekati Reta yang sedang menunggu angkutan.
“Ret, ikut kita aja yuk!” ajak Stela, “Di depan sedang ada masalah perbaikan jalan, angkot atau bus tidak bisa kemari,” ucap Stela menambahhi.
“Pantesan dari tadi tidak ada angkutan yang lewat” pikir Reta. Dari pada terlambat dia pun memutuskan untuk mengikuti permintaan Stela dan masuk ke dalam mobil. Reta membuka pintu belakang mobil, tetapi tangannya di tahan oleh Stela.
“A-ada apa Stel, aku mau duduk di belakang,” ucap Reta, padahal dia hanya ingin menghindari Radit yang duduk di kemudi depan. Entah kenapa Reta merasa akhir-akhir ini dia tidak ingin bertemu dengan Radit, ia merasa jika bertemu dengan pria itu jantungnya berdegup kencang bagai bom atom.
“Duduk di depan saja ya Ret, kebetulan kursi belakang lagi di perbaiki satu, takutnya kalo kamu duduk di sana justru ambruk,” ucap Stela berkilah.
“Kalau begitu jika kamu saja yang duduk di depan, cocok kan?”
Stela secepat mungkin memutar kapala menjawab Reta, biar bagaimana pun dia ingin Reta yang duduk di depan menemani Radit. Sementara itu hujan semakin deras, sepatu mereka semakin basah. Reta tidak ada pilihan dia berjalan ke depan dan duduk di kursi sebelah Radit.
Stela pun menyusul masuk, dia sempat memainkan mata kepada Radit. Setelah itu mereka melajukan mobil meninggalkan halte. Radit membawa mobil sangat hati-hati. Karena jalanan masih licin terkena hujan.
Beberapa waktu kemudian mereka sudah tiba di kampus, lapangan parkir yang luas serta di tutupi atap yang membentang luas membuat mereka tidak terkana hujan lagi, saat itu Reta hanya menggunakan kaus, sementara badannya sudah sangat kedinginan terkena hujan tadi, reflex Radit yang melihat itu pun melepaskan jaketnya dan menyematkannya di tubuh Reta.
“Pakai udaranya dingin, nanti kamu masuk angin,” ucap Radit
“Tidak, tidak Radit. Berikan Stela saja, dia kedinginan juga itu,” tunjuk Reta, dia melihat Stela juga ke dinginan.
“Sudah kamu saja yang pakai. Kalau begitu aku duluan,” pamit Stela meninggalkan Reta dan Radit berduan di parkiran. Reta tidak banyak bicara, dia memakai jaket Radit dan pergi begitu saja meninggalkan Radit, dia segera masuk ke dalam kelas dan mendudukkan bokongnya di kursi besi yang mempunyai meja tersebut.
Tak berselang beberapa lama Radit datang dan membawa sebuah cup minuman di tangan, dengan santainya dia duduk di sebelah Reta sambil menyeriput kopinya. Melihat Reta masih kedinginan ia pun menawarkan kopi panasnya.
“Minum dulu,” pintaRadit
“Tidak mau,” tolak Reta
Radit terus memaksa hingga Reta menerimannya, dengan sangat terpaksa gadis itu menerima dan meminumnya secara perlahan. Tubuhnya sedikit hangat setelah meminum kopi itu dan sebuah senyuman manis terpatri di sana. Walau secara samar tapi Radit dapat melihat senyum menawan dari Reta.
Reta pun kembali lagi meneguk kopi pemberian Radit, rasa hangat dan juga kehilangan kantuk membuat gadis itu ingin berterima kasih, tapi mengingat Radit yang merupakan super pede ia pun membatalkannya, lagi-lagi gadis itu meneguk kopi.
***
Hari sudah siang, jam juga sudah menunjukan bahwa mahasiswa sudah bisa pulang dari kampus. Reta masih setia di kursinya mempelajari buku mata kuliah yang menurutnya sudah sangat ketinggalan. Reta hari ini libur bekerja, dari pada dia mengahabiskan waktu tidur di kostan lebih baik dia menghabisakan waktunya untuk belajar di dalam kelas.
Radit sedari tadi hanya memperhatikan Reta membaca buku, bahkan dia sampai lupa untuk pulang padahal sudah tiga puluh menit dia di sana hanya melihat Reta. Merasa terus di perhatikan Reta langsung meletakan bukunya lalu memandang ke arah Radit, sepintas mata mereka bertemu. Namun secepat kilat Reta memutuskanya.
“Kamu ada apa melihatiku seperti itu? Kenapa tidak pulang saja?” tanya Reta kepada Radit, dia merasa tidak suka jika Radit selalu saja berada di dekatnya, padahal Stela pasti menunggunya di luar.
“Menunggu kamu sampai siap?” jawab Radit begitu lantang.
“Hah, nungguin aku!” hati Reta sedikit menghangat, tapi dia harus tau diri Stela lebih berhak atas Radit. Kalo Ret amah bukan apa-apa. “Pulang saja sana, Stela nungguin kamu loh nanti,” Ujar Reta menyuruh Radit agar segera pergi
“Dia sudah pulang tiga puluh menit yang lalu dan sekarang aku nungguin kamu, aku mau bawa kamu ke suatu tempat.”
Radit menyatukan kedua alisnya , sambil tersenyum dia menatap Reta yang masih bimbang. Tapi sekilas kemudian Reta pun mengakhiri belajarnya dan beranjak dari kursinya, dia berjalan lebih dulu mendahulu Radit yang masih duduk di kursinya.
Melihat Reta bergerak Radit pun menyusul, dia meraih tangan Reta dan menyeratnya ke dalam mobil. Bodohnya seoarang Reta hanya diam dan mau saja masuk ke dalam mobil Radit tanpa paksaan. Radit tersenyum manis, gadis yang sangat membangkang denganya bisa-bisanya jadi penurut seperti ini. Radit beharap jika Reta akan seperti ini terus hingga ia mampu mengungkapkan apa yang dia rasakan.
Mobil Radit berjalan menjauhi lokasi kampus, dengan kecepatan yang sedang mereka menuju Kemang Jakarta, tepat di mana rumah-rumah mewah di sana berada. Saat melihat Radit membawanya ke sebuah rumah besar, Reta pun hanya diam tak mau bicara. Sekarang tibalah mereka tiba di rumah Radit.
“Untuk apa kamu bawa aku kemari? Kamu tidak ada niat macam-macam, kan?” tanya Reta kawatir, dia baru kenal Radit hanya di kampus saja, belum di luar. Jadi, Reta harap-harap cemas jika sesuatu terjadi dengannya.
“Kamu santai saja, aku tidak akan macam-macam. Kecuali, kamu yang minta baru aku akan melakukannya. Di rumah ada mama bahkan Stela juga ada, jangan kawatir begitu.”
Begitu Radit mengucapkan perkataannya, Reta pun merasa lega. Dia mengikuti Radit hingga masuk ke dalam rumah besar nan mewah itu. Di dalam ternyata Reta di sambut oleh Marisa begitu antusias bahkan Marisa sampai menuntun Reta hingga ke ruang tengan dan mendudukanya di sofa.
“Ternyata calon menantu aku cantik sekali ya?” Kata Marisa dengan bangganya, dan itu berhasil membuat Radit salah tingkah.
Bersambung.