Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 9 Yang Membuat Tidak Berdaya

Bab 9 Yang Membuat Tidak Berdaya

Mana ada seorang wanita penghibur dapat tidur sebelum kliennya puas. Tapi begitulah yang terjadi pada Tizara. Dia bahkan tidak menyadari saat Drake bergesar dan meletakkan tubuhnya di kasur.

Drake dengan tubuh polos beranjak pergi meninggalkan tempat tidur menuju Jacuzzi. Dia membutuhkan waktu sendiri. Matanya memandang tubuh wanita yang berada di seberang ruangan, tertidur tanpa sehelai benangpun menutupi tubuhnya hingga menimbulkan reaksi primitif di tubuhnya.

Sejak ia mengenal wanita dan merasakan dampak kenikmatan yang dapat ia peroleh, sekalipun ia belum pernah mengijinkan wanita tidur setelah ia selesai dengan kebutuhannya, Drake selalu menyuruh wanita itu pergi. Dia tidak pernah memakai wanita yang sama untuk kedua kalinya.

Di kerajaannya, Uzivanje. Drake terkenal sebagai pangeran yang memiliki temperamen kasar dan tidak mudah dipuaskan. Tidak mudah bagi Drake memberikan simpati, terutama pada wanita.

Sudah banyak ia mengenal wanita yang berpura-pura lemah dan malu-malu setiap kali mereka berhubungan intim. Tetapi semuanya lenyap dalam sekejap ketika tubuh mereka tidak mengenakan apa pun. Wanita yang melayani kebutuhan Drake berubah liar dan tidak akan berhenti sebelum Drake puas lalu pergi.

Cukup lama Drake berendam dan memutuskan untuk keluar dari jakuzi lalu membilas tubuhnya di bawah shower yang mengalir.

Tubuh kekarnya masih meneteskan air ketika keluar dari balik tirai yang membatasi shower dan ruangan Jacuzzi. Drake berjalan dengan santainya tanpa mengenakan apa pun juga melenggang mendekati tempat tidur dan merangsang Tizara. Air dingin tidak mampu mendinginkan hasratnya sehingga dia memutuskan untuk membangunkan Tizara kembali.

Bukan sebagai pria yang lembut dan perhatian melainkan sebagai pria sebagaimana orang-orang mengenalnya.

“Bangun! Kau sudah cukup istirahat!” Katanya membangunkan Tizara dan menghadapkan bagian tubuhnya tepat di wajah Tizara hingga gadis itu tersentak dan bergerak menjauh tanpa sadar.

“Aku tidak tahu wanita sepertimu bisa terkejut seperti itu. Apa yang membuatmu terkejut?” tanya Drake mendekat dan menekan tubuh telanjang Tizara.

“Ti-tidak. Maafkan aku,” katanya mencoba berpaling.

“Tidak ada wanita yang berpaling saat aku berbicara. Terutama wanita yang sudah aku bayar,” ucap Drake dengan suara mendesis sementara tangannya terulur mencengkram dagu Tizara.

“Le-lepaskan aku!” Tizara bicara gagap menghadapi sikap Drake yang berbeda.

Mata Tizara tiba-tiba nyalang menatap ke arah Drake. Wajah yang semula mengantuk dan terkejut berubah ketakutan sementara kemarahan mulai menguasainya. Dahi Drake mengernyit memperhatikan perubahan pada Tizara sebelum dia mulai berbicara, “Kau takut atau ketakutanmu berubah menjadi kemarahan?”

Kemarahan Tizara begitu nyata membuat Drake menatapnya tajam tanpa melepaskan tangannya dari dagu wanita yang menatapnya dengan pandangan mengancam.

“Kenapa aku harus mengikuti perintahmu? Kau wanitaku dan aku sudah membayarmu. Aku menginginkanmu untuk melayaniku sampai puas bukan untuk tidur. Kalau kau memang mau tidur…silahkan keluar. Tapi jangan harap aku memberi kesempatan untuk berpakaian. Sekarang keluar!” Drake mengusir Tizara dengan membentaknya.

Drake melepaskan cengkraman tangannya pada dagu Tizara dengan menghentaknya sehingga wanita itu terdorong. Drake kemudian berjalan menuju meja saji dan menuang wine lalu menenggaknya.

Tizara memandang Drake tanpa berkedip. Kebingungan melingkupinya lebih lama dari yang seharusnya hingga dia tidak dapat bereaksi lebih cepat. Tizara mengerjapkan matanya berulang-ulang sampai dia yakin bahwa yang berada di depannya bukan salah satu dari pria yang menghancurkan dirinya.

Langkahnya begitu pelan menuju tempat Drake berdiri membelakanginya. Ada ketegangan dan juga ketakutan saat dia menyelipkan kedua lengannya dan melingkari pinggang Drake dari belakang. Tubuhnya begitu rapat dengan dada menempel di punggung pria yang berdiri dengan kaki terbuka.

“Aku akan keluar, tapi setelah klienku puas dan kembali padaku lagi,” katanya merayu.

Drake dengan kasar melepaskan belitan pada pinggangnya. Saat dia berbalik, pandangannya begitu menusuk hingga Tizara nyaris tidak mampu menatapnya.

“Jadi kau sadar bahwa dirimu hanya wanita bayaran? Sayang sekali kau menilai dirimu terlalu tinggi. Aku tidak menyukai wanita rendahan membantah ucapanku. Jadi puaskan diriku dengan cara yang berbeda dari yang kau berikan pada pelanganmu!”

Tizara menatap Drake dengan pandangan tidak berkedip. Ucapan yang keluar dari mulut pria yang berdiri di hadapannya begitu menghina dan merendahkan dirinya. Apakah seorang wanita penghibur sama sekali tidak memiliki kehormatan hingga dia tidak bisa membantah setiap perintah dari orang yang membayarnya.

Belum lagi dia melakukan yang diperintahkan, tiba-tiba Tizara tersedak saat dia menunduk membuat Drake mendelik sementara Tizara berusaha mengatasi rasa mualnya.

Tizara terlalu naïf. Seperti yang dikatakan oleh Drake, dia terlalu memandang tinggi dirinya. Dengan wajah memerah, Tizara melakukan sesuai yang diperintahkan oleh pria itu, walaupun yang dia lakukan sama sekali tidak masuk akal.

Tizara tidak berdaya. Dia tetap melakukannya dengan menekan rasa mual yang membuat dia berlari ke kamar mandi dan memuntahkan semua makanan yang masuk saat makan malam.

Tubuh polosnya mengeluarkan keringat dingin dan dia tidak berdaya saat Drake datang menyusulnya, sekali lagi memberi perintah pada Tizara untuk melakukannya.

Senyum puas tersungging di bibir Drake saat dia mengangkat tubuh molek Tizara setelah membersihkan tubuhnya yang kotor. Suaranya begitu geli ketika dia mulai bicara, “Bagaimana rasanya? Kau pikir enak ketika rambutmu masuk ke dalam mulutku? Sekarang kau sudah tau rasanya bukan?”

Sikap Drake kembali berubah 180 derajat. Baru saja dia menjadi dirinya yang bersikap kejam dan memaksa Tizara memberikan kepuasan dengan mulutnya, secara tiba-tiba rambut gadis itu masuk ke dalam mulutnya dan sudah tertelan sebagian sehingga dia mual. Drake menyuruhnya mengambil rambut tersebut, tetapi rasa mual sudah tidak dapat di tahan sehingga Tizara berlari menuju kloset.

Sikap kejam gagal dia tunjukkan pada Tizara berganti dengan wajah geli. Tidak habisnya dia menertawai kebodohan wanita yang kini menatapnya dengan mata yang sulit di artikan.

“Kau ingin aku memuaskanmu? Apakah setelah kau puas, kau akan mengizinkan aku keluar dan pergi? Aku tahu kau berada di Uzitac hanya sehari. Jadi aku akan melakukannya karena kau sudah membayarku sangat mahal,” ucap Tizara mendekatkan bibirnya pada dada Drake dan merangsang puncak dadanya hingga pria itu menarik kepala Tizara dan menciumnya dengan kasar.

Mereka kembali bergumul dengan hasrat membara. Tidak ada lagi ketakutan pada diri Tizara, yang ada hanya pengertian bahwa dia harus memberikan pelayanan yang sangat memuaskan untuk pelanggannya. Pelanggan pertamanya sebagai wanita penghibur.

Tubuh Tizara bereaksi terhadap semua sentuhan yang diberikan oleh Drake hingga mereka terkapar dengan tubuh bersimbah keringat. Kemudian Drake membawa tubuh Tizara yang berada dalam pelukannya berendam di Jacuzzi.

Malam sudah beranjak dini hari saat Tizara keluar dari kamar Drake. Wajahnya terlihat sangat lelah sementara mantel tebal menyelimuti tubuhnya. Mantel yang diberikan oleh Drake karena pakaian yang dikenakan oleh Tizara entah berada di mana.

Jack yang masih menunggu segera menghampirinya. Tanpa disadari matanya bertanya sebelum bibirnya berbicara, “Kau tidak apa-apa bukan?”

“Tidak Jack. Aku tidak apa-apa,” katanya lirih.

Jack dengan sikapnya yang melindungi membawa Tizara pergi meninggalkan rumah yang lebih pantas di sebut istana kecil tanpa melewati ruangan besar tempat para wanita dan pria sedang berpesta tanpa ada batasan dengan siapa mereka berpasangan.

Saat Tizara berada di dalam kamar, Jack dan Lucas berbicara. Lucas tidak percaya bahwa seorang wanita penghibur mendapat mengawalan ekstra. Hanya ada 2 pendapat mengapa di kawal. Pertawa wanita itu bermasalah dan berusaha melarikan diri lalu kedua wanita itu terlalu berharga untuk di biarkan sendirian berada di luar.

“Berapa harganya?” tanya Lucas.

“Mami sendiri tidak tahu berapa harganya. Karena aku yakin Tizara lebih berharga dari apa pun juga,” jawab Jack membuat Lucas tersenyum.

Senyuman yang memancing pertanyaan Jack. Tetapi pria itu hanya tertawa dan lebih memilih pergi meninggalkan Jack bersama pengawal Drake menunggu Tizara keluar.

Mobil yang dikendarai Jack sudah keluar dari area parkir, kembali menuju rumah mungil yang sengaja diberikan oleh mami setelah Tizara kembali ke tanah air. Dan Tizara tinggal bersama dengan adik perempuan Jack yang masih kuliah di salah satu perguruan tinggi swasta.

Di mobil, Tizara memilih untuk memejamkan matanya, ingatannya tertuju sebelum dia meninggalkan kamar Drake.

Pria itu mengijinkan dia pergi setelah merasa puas karena dia sendiri memerlukan istirahat sebelum kembali ke Uzivanje. Drake memberikan selembar cek dengan jumlah yang membuat mata Tizara terbelalak tidak percaya.

Tizara tidak percaya mengapa Drake mengatakan bahwa cek tersebut adalah hak yang dimilikinya dan tidak perlu di berikan pada mami. Tapi mana mungkin dia melakukannya. Tawa mengejek kembali terdengar ketika pria itu mengatakan bahwa Tizara wanita bodoh, paling bodoh dari semua wanita yang dia kenal.

“Brengsek. Tanpa mengatakan alasan, seenaknya saja dia bilang aku bodoh,” maki Tizara dakam hati.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel