Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 8 Yang Melumpuhkan Syaraf

Bab 8 Yang Melumpuhkan Syaraf

Kulit wajah Riezka meremang. Tubuhnya bergetar membayangkan apa yang akan menimpanya. Mungkinkah hidupnya harus berakhir di sini? Di sebuah ruangan bersama dengan seorang pria yang katanya seorang pangeran.

Riezka terus menunggu dengan tubuh gemetar dan keringat yang mulai membasahi keningnya lalu meluncur melewati matanya yang terpejam. Diam…menunggu sampai akhirnya dia membuka matanya.

Tubuhnya lemas seperti tidak bertulang saat ia terduduk di pinggir kolam. Ya Tuhan. Bagaimana bisa pria itu menakutinya sedemikan rupa.

Semula Drake memintanya mengambil handuk yang menyampir tidak jauh dari tempat seekor ular jenis Alevander Albino Ball Phyton melingkar malas. Ternyata Drake hanya mengujinya saja. Kini wajahnya yang pucat dan seputih kapas perlahan-lahan berubah warna. Dengan rona kemarahan dia menghampiri Drake yang berada di balik tirai. Tetapi langkahnya terhenti. Riezka langsung berbalik dan memunggungi Drake.

“Jadi kamu lebih suka melihat Alevander dari pada melihatku?” bisik Drake di telinga Riezka hingga dia bergidik.

“Baru kali ini aku melihat seorang wanita dengan profesi sepertimu tidak melakukan seperti yang biasanya,” hembusan napas Drake hangat menyentuh tengkuk Riezka menyebabkan kulitnya meremang.

“A-aku … aku sangat terkejut. Kamu tadi melakukan secara sengaja bukan?” tuduh Riezka dengan mata mendelik.

“Benar. Aku melakukannya secara sengaja. Jadi kau sudah tidak terkejut lagi bukan, hem?”

Suara Drake begitu lembut merayu membuat Riezka tidak tahu harus berbuat apa. Sampai usianya menjelang 23 tahun, sekalipun ia belum pernah dirayu. Apalagi secara khusus ditujukan padanya. Dengan menahan segala rasa, Ia berbalik dan berhadapan dengan tubuh polos, kekar yang berdiri di hadapannya.

Ingin rasanya ia memejamkan matanya, tetapi ia tidak bisa melakukannya. Mana mungkin wanita dengan profesinya malu ketika berhadapan dengan kliennya. Tubuhnya kaku membuat Drake mengerutkan keningnya. Perlahan namun pasti dia membawa Riezka ke tempat yang dia inginkan.

Perlahan-lahan Drake melepaskan pakaian yang ada di tubuh Riezka. Kelembutannya membuat gadis itu diam dan menunggu. Dia tidak menduga wanita yang dibawa Lucas berbeda dengan wanita penghibur yang dia bayangkan sebelumnya.

Wanita yang saat ini berada di dalam pelukannya tidak melakukan gerakan menggoda dan merayunya. Dia lebih banyak menunggu. Mungkinkah dia melakukannya untuk pertama kali? Kalau iya, kenapa dia sangat mudah memberikan kehormatannya?

Pikiran dan tubuh Drake tidak sejalan. Di saat dia masih berpikir tubuhnya sudah memberikan respon yang membuat wanita itu gelisah dan getaran tubuhnya sangat terasa, membuat Drake menghentikan gerakannya dan menatap nyalang pada wanita yang kini berbaring kaku.

“Kenapa kamu melakukannya?” tanya Drake menatap lurus ke tubuh Riezka yang sangat menggoda.

“Karena aku harus melakukannya?” katanya lirih membuat Drake harus mendekatkan telinganya.

“Harus? Lalu kenapa aku merasa sedang mencumbu patung kayu daripada tubuh manusia? Apakah ada yang memaksamu?”

Riezka mengeleng kuat-kuat membuat dua buah bagian tubuhnya yang menonjol bergerak-gerak. Menggoda Drake untuk meneruskan keinginannya.

“Kalau tidak ada yang memaksamu, ayo! Beri aku rangsangan yang bisa membuatku mencapai puncak kepuasan!”

Tantangan yang diucapkan dengan nada tegas membuat Riezka tidak bisa bergerak. Dia berusaha mencari ketenangan dan kepercayaan diri lebih dulu sebelum melakukan sesuai dengan keinginan Drake.

Drake sangat frustasi. Di satu sisi dia tidak mau memaksa Riezka yang terlihat ketakutan di satu sisi lagi tubuhnya memerlukan olahraga yang bisa menyalurkan energinya.

“Kamu bisa pergi sekarang!” perintah Drake seraya bangkit dari pembaringan.

“Tidak.”

Drake menghentikan gerakannya dan kembali menatap Tizara sebelum dia bicara, “Siapa namamu? Aku tidak mungkin memanggil hey pada wanita yang tidur denganku.”

“Tizara. Namaku Tizara dan hanya Tizara,” jawabnya sambil mendekati Drake yang berdiri menantangnya.

“Nama yang cukup bagus. Tapi aku tidak membutuhkan nama yang bagus tapi tidak bisa melakukan apa pun juga,” katanya mendesis.

“Aku akan melakukan seperti yang kamu inginkan,” katanya mendesah ketika ia merasakan sentuhan tangan Drake di tubuhnya yang telanjang.

Tawa kecil mengikuti semua gerakan tangan Drake dan dia kembali membawa tubuh Tizara ke pembaringan. Memberikan kemesraan dan melepaskan energinya yang sudah lama dia tahan sejak dia melihat seorang wanita berjalan melintasi penonton yang berteriak-teriak dengan riuh saat pertunjukkan di Aloha berlangsung.

Drake bukan pria yang bisa menyalurkan hasratnya pada sembarang wanita. Dia pergi ke Aloha karena tempat hiburan tersebut mempunyai pertunjukan rutin yang selalu membangkitkan libidonya. Keinginannya untuk menerima undangan Lucas hampir saja dia tolak kalau saja dia bisa mengenal wanita yang bersikap acuh dan tidak peduli.

Lucas adalah teman yang selalu setia padanya. Drake mengenal Lucas ketika pria itu menetap di Uzivanje sebagai seorang mahasiswa. Bersama mereka mendapatkan pendidikan sampai Drake di angkat sebagai putra mahkota dan Lucas menetap di Uzitac sebagai pengusaha yang berhasil dan terkenal royal.

Drake sudah mengatakan pada Lucas kunjungannya ke Uzitac kali ini tidak ada hubungannya dengan bisnis apalagi diplomatik semuanya murni untuk mencari kesenangan dan melepaskan emosinya.

Suara desahan yang di tahan keluar dari bibir Tizara saat dia memasuki inti tubuhnya. Diam … tubuh Drake tidak bergerak. Pikirannya kacau tidak mampu mencerna tetapi tubuhnya pun tidak bisa menolak gairah yang semakin tinggi dan membuat dia bergerak cepat.

Drake menatap wajah Tizara yang berkeringat. Ada ketakutan dan sakit pada wajahnya sementara matanya terpejam begitu rapat sehingga Drake tidak bisa membacanya. Sampai semuanya selesai, Tizara tidak membuka matanya. Hanya tubuhnya saja yang bergerak menerima dan membalas rangsangan diberikan oleh Drake.

Drake masih berada di atas tubuh Tizara, menunggu mata wanita itu terbuka.

Tizara merasakan napasnya tidak beraturan. Dia masih memejamkan matanya menunggu Drake bergulir dari tubuhnya. Namun, pria itu tidak juga mengangkat tubuh kekarnya. Kini dia mulai merasakan hembusan napas Drake yang kembali menggodanya.

“Buka matamu, atau aku tidak akan memberikan kesempatan padamu untuk istirahat!” ancam Drake mulai menciumi leher dan dan bahu telanjang Tizara.

Tizara dengan gerakan pelan dan ragu mulai membuka matanya dan melihat wajah tampan Drake tepat berada di atas wajahnya.

Mata itu begitu besar menatap Drake menimbulkan senyuman manis yang jarang terlihat di bibir Drake Holand.

“Kenapa tidak mengatakan bahwa ini yang pertama?” tegurnya saat bibirnya mulai menyapu telinga Tizara memberikan sensasi saat dia mulai menggigit pelan.

Tubuh Tizara menegang. Dia tidak tahu darimana Drake bisa berpikir ini yang pertama buat dia? Bukankah mereka, para bajingan itu sudah merusaknya dengan brutal. Tapi kenapa Drake menganggapnya ini yang pertama?

“Kalau saja aku tahu ini adalah yang pertama, tentu saja aku lebih lembut dan perlahan-lahan.” bisiknya dengan tangan yang mulai mengelus dan bergerak kebagian bawah tubuhnya.

“Bukankah tadi kamu berjanji?” gumamnya pelan. Berusaha mengelak dari cumbuan Drake

“Janji? Janji apa?”

“Kau akan memberikan waktu padaku untuk istirahat kalau aku membuka mata,” katanya lirih.

“Benarkah? Tapi mengapa aku merasa tidak mengucapkannya?” godanya pelan sambil bergulir ke samping dengan membawa tubuh Tizara membuat mereka tukar posisi.

“Sekarang tidurlah. Kamu punya waktu 3 jam untuk istriahat,” bisiknya sambil memeluk erat tubuh Tizara. Drake harus menahan diri dan tidak membuat gadis yang berada di atasnya mengalami ketakutan yang sempat dia lihat sebelumnya.

Sebelumnya Drake tidak pernah bersimpati pada siapa pun. Wanita yang melayaninya selalu memberikan kepuasan. Darah perawan tidak berarti untuknya. Saat wanita bersedia tidur dengannya maka sudah tidak ada artinya lagi. Perawan atau bukan sama saja. Berakhir dibawah tubuhnya.

Drake tidak tahu darimana simpati itu berasal. Tapi yang dia lakukan sekarang adalah sebuah kesalahan yang membuatnya marah. Drake tidak pernah membiarkan seorang wanita istirahat saat dirinya belum puas. Kemarahan biasanya selalu mengikutinya saat dia menyalurkan hasratnya. Tetapi semuanya tidak terjadi. Sejak dia melihat Tizara memasuki ruangannya dia sudah tertarik padanya. Wanita penghibur yang memiliki penampilan sebagai wanita terhormat.

Drake mencium hidung Tizara yang mancung dan tersenyum menyadari bahwa wanita itu sudah benar-benar terlelap sementara dirinya sangat tersiksa. Tersiksa karena ada dia sudah tidak dapat menahannya lagi dan dia harus melakukannya sebelum terlambat.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel