Bab 7 Saat Tubuh Gemetar
Bab 7 Saat Tubuh Gemetar
Pandangan Jack dan Riezka tertuju pada sofa yang berada di tengah ruangan. Mereka berharap melihat kursi itu bergeser atau terbalik yang menunjukkan sebuah jalan masuk menuju ruang rahasia. Namun, mereka salah. Ternyata yang menjadi bagian yang bergerak adalah dinding yang baru saja di tekan oleh Lucas.
Jack dan Riezka kembali berpandangan. Mata mereka memancarkan lelucon yang hanya dimengerti oleh mereka berdua saja.
“Kenapa masih berdiri? Ikuti aku!”
Ternyata di hadapan mereka adalah sebuah taman yang sangat luas berada di bagian rumah yang berbeda dari yang mereka masuki sebelumnya. Lucas memimpin langkah mereka menuju bangunan yang berada di seberang taman yang sangat luas dengan kolam renang yang berada di tengahnya.
“Aku tidak percaya. Aku pikir kita menuju ruangan rahasia. Ternyata kita menuju halaman dan rumah yang berbeda,” gumam Riezka yang mendapat lirikan dari Jack.
“Kenapa?” tanyanya pelan.
“Lihat ke depan,” jawab Jack menunjuk Lucas yang mendengarkan dengan mimik geli.
Lucas berjalan memimpin melalui koridor yang panjangnya sekitar 10 meter. Sementara Riezka melirik Jack sambil berbicara pelan, “Menurutmu apa Drake ini orang yang tertutup atau malu-malu?”
“Menurutmu?” balas Jack geli.
“Lucas. Boleh aku bertanya tentang Drake? Aku khawatir melakukan kesalahan,” katanya dengan suara lirih.
“Drake orang yang memiliki temperamen tinggi. Tidak mudah membuat dia puas hanya dengan satu pelayanan saja.”
“Maksudmu aku harus bertahan di sini sampai dia puas? Itu sangat mustahil Lucas,” protes Riezka dengan suara sedikit keras.
“Apa yang tidak mungkin? Aku sudah memberikan pembayaran yang sangat besar pada mami dan aku yakin kamu sudah mengetahuinya.”
“Aku memang sudah mengetahuinya. Tapi mami tidak mengatakan padaku bahwa aku harus tinggal di sini dan untuk berapa lama?”
“Sampai dia puas. Jangan lupa apa pekerjaan mu, Nona.”
Riezka tidak tahu apakah dia harus marah atau malu mendengar ucapan Lucas yang lebih mirip dengan cemooh. Namun, dia heran dengan ekspresi wajah Jack. Jack terlihat geli dan mencoba menyembunyikan tawanya.
Apa yang terjadi? Mengapa Jack harus tertawa. Mungkinkah mereka hanya menggodanya saja?
Pertanyaan di dalam hati Riezka terus berseliweran membuat kepalanya pusing tanpa sadar tangannya terangkat menutup telinganya.
“Ada apa? Kenapa menutup telinga,” ejek Lucas sinis tetapi matanya tidak dapat menutupi kilatan tawa.
“Banyak pertanyaan yang aku ingin katakan. Tapi aku yakin kalian berdua pasti tidak akan menjawabnya,” dalih Riezka.
“Bagus kalau kamu mengerti. Aku hanya ingin mengatakan padamu. Kedatangan Drake ke Uzitac tidak seperti kedatangan sebelumnya. Kali ini keadaannya berbeda. Aku tidak bisa mengatakan apa yang berbeda. Hanya saja kamu harus bisa mengikuti apa yang dia inginkan dan jangan sekali-kali memberi dia kesempatan untuk marah.”
“Apakah dia orang yang mengidap OCD?” katanya lirih yang membuat Lucas berpaling dan sejurus kemudian tawanya pecah.
“Tidak. Drake bukan orang yang gila kebersihan. Tidak ada hubungannya sama sekali dengan itu. Yang jelas saat ini emosinya mudah terpancing jadi jangan sampai membuat dia marah. Oke!”
“Oke. Tapi dia juga pria yang pemilih?” tanya Riezka memastikan.
“Benar. Dia bukan seperti orang kebanyakan. Jadi tidak mungkin aku akan memberikan wanita yang bisa dia dapatkan di tempat hiburan murahan. Wanita yang tidak berkelas.”
Dari kata-kata yang diucapkan Lucas mengandung arti bahwa Drake bukan pria yang mudah dipuaskan. Dan dia harus bekerja keras untuk dapat melakukannya sekaligus mendapatkan kepercayaannya.
Di akhir lorong, mereka bertemu dengan 4 orang pria tinggi dan tegap yang bersikap mengancam. Tidak ada keramahan di wajah tersebut. Hanya tatapan mengancam dan menyelidik.
“Mereka adalah kedua tamu ku. Pria ini adalah pengawal wanita yang akan melayani Yang Mulia,” ujar Lucas pada pengawal yang berjaga-jaga di depan pintu.
“Apakah pria itu akan tetap berada di sini,” tanya salah satu dari mereka.
“Benar. Dia yang akan mengantar wanita ini saat kembali.”
Riezka memandang Jack dan Lucas bergantian. Tubuhnya mulai menegang melihat cara mereka yang berdiri tegak di depan pintu. Ingatan saat dia berada di dalam penjara menganggunya hingga tubuhnya menjadi dingin dan gemetar.
Tanpa disadari olehnya, dia mencengkram lengan Jack kencang hingga kuku-kukunya menusuk dan menyakiti pria itu.
“Tenanglah. Tidak akan terjadi apa pun. Aku di sini,” bujuk Jack menenangkan.
Dari sudut matanya Lucas melihat yang tidak biasa berasal dari wanita penghibur yang dibayarnya. Apakah wanita itu baru pertama kalinya melayani tamu? Apa yang membuat wanita cantik dengan pendidikan yang cukup tinggi bersedia bekerja sebagai wanita penghibur? Banyak pertanyaan yang tidak dimengerti oleh Lucas. Namun, dia cukup puas karena Mami Darel melakukan sesuai dengan permintaannya. Mengirim wanita yang berbeda dari wanita kebanyakan.
Empat orang pengawal itu bergerak maju memastikan Riezka tidak membawa benda tajam atau jenis obat yang membahayakan junjungannya sebelum mengijinkannya masuk.
“Jangan pergi! Tunggu aku di sini.” Pinta Riezka sebelum melangkah masuk ke dalam ruangan yang membuat matanya terbelalak.
Ruangan yang yang semula dikira kamar oleh Riezka ternyata berbeda. Melangkah masuk dan berdiri di depan ruangan yang sangat berbeda dari biasanya ketika dia berada di dalam kamar tidur. Yang di lihat oleh Tizara membuat matanya terbeliak kaget. Ruangan tersebut dihiasi oleh aneka selendang atau kain sutra yang terbentang diantara 4 tiang tempat tidur dan menutupinya dengan selendang yang menjuntai seperti kelambu beraneka warna dengan ukurannya yang sangat besar.
Tidak ada kursi, hanya bantalan besar dan meja panjang yang berada di pinggir kolam Jacuzzi yang cukup besar. Namun, menurut Tizara lebih pantas di sebut kolam renang dengan gelembung kecil-kecil dan mengeluarkan uap.
Ragu-ragu Tizara melangkah masuk sementara pintu dibelakangnya sudah tertutup sejak tadi membuat tubuhnya kembali kaku. Tidak tahu apa yang akan terjadi dan dia alami ke depannya.
“Kau bisa kembali kalau masih ragu-ragu,” suara pria bernada teguran masuk ke telinga Tizara yang berasal dari sebelah kanannya membuatnya berpaling.
Mata Tizara tidak bisa berkedip atau menghindar dari pemandangan di depannya. Seorang pria dengan kain sutra tipis berwarna putih yang melilit dan menutupi pinggang hingga lututnya telah menyihirnya.
Dahi yang tidak terlalu lebar, dengan alis mata yang tebal dan rapi begitu kontras degan bulu matanya yang tebal. Sementara mata pria itu? Tizara tidak dapat melihat jelas warna apa yang ada di sana. Tetapi wajah pria itu sangat tampan. Bukan tampan yang biasanya terdapat dari pria yang suka bersolek.
Sempurna. Penampilan pria itu sangat sempurna. Kenapa mahluk yang hidup mewah juga harus memiliki wajah yang sempurna juga.
“Masih berdiri di sana? Kenapa tidak langsung keluar?” tanyanya lagi membuat Riezka mengerjapkan matanya.
Teguran kedua yang didengar Riezka menyadarkan dirinya. Dia datang untuk menghibur tamu, memberikan kepuasan dan semua yang di inginkan. Tidak ada alasan malu dan takut. Riezka sudah memilih jalannya. Dan dia harus melakukannya.
Sudah bertahun-tahun Riezka mendapatkan pelatihan sejak dia keluar dari penjara. Bukan hanya mendapatkan pelatihan kepribadian, Tizara juga mengejar ketinggalannya memperoleh pendidikan sampai dia mendapat gelar sarjana.
Langkahnya begitu gemulai dan tidak ada kesan menggoda yang selama ini melekat pada jenis pekerjaan yang dia lakukan. Berjalan mendekat hingga sampai di depan pria yang memiliki bentuk tubuh yang sempurna.
Pria yang tidak lain Drake Holand berdiri mengawasi. Alis matanya yang hitam terangkat dengan matanya yang memancarkan kekejaman.
Senyum menantang tersungging di bibirnya saat dia merentangkan kedua lengannya tepat di depan Riezka yang tiba-tiba gagap. “A-apa?”
Tidak ada suara yang keluar dari mulut Drake hanya matanya yang mengarah ke satu bagian yang ada di tubuhnya dan juga ke tempat lain membuat Riezka terkesiap, “A-aku harus melakukannya?”
“Aku tidak melihat ada yang lain,” decaknya sembari menelengkan kepala.
Dengan wajah memerah, Riezka mengulurkan tangannya dengan mata terpejam. Ia tidak tahu dari mana mendapatkan keberanian yang membuatnya bersedia melakukan perintah pria yang berdiri tegak dengan sikap mengancam.
Mata Riezka yang terpejam tidak dapat melihat apa yang dilakukan oleh Drake. Dia hanya merasakan kelebat angin yang mengenai kulit pipinya yang halus serta sentuhan di kulit lengannya membuat dia berhenti bernapas dengan tubuh bergetar hebat.