Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 4 Semua Butuh Waktu

Bab 4 Semua Butuh Waktu

Tubuh Riezka yang kurus dan ringkih didekap erat oleh Mammi Darrel. Sementara Nick dan Jack menepuk punggung mammi untuk menguatkan.

“Kita akan melakukannya bersama-sama. Yang terpenting Riezka sudah bebas. Kita pasti mampu mengatasinya,” hibur Nick.

“Tentu. Bersama-sama kita pasti mampu mengatasinya. Terima kasih Nick, Jack kalian sudah membantuku,” ujar mammi. Di wajahnya kini mulai terlihat senyum yang akan membantu Riezka melewati hari-harinya yang baru.

Di dalam mobil yang dikemudiakan oleh Jack, Nick tiba-tiba mengusulkan sesuatu yang membuat mata mammi bercahaya.

“Aku memang sudah memikirkannya. Tapi tabunganku sudah banyak berkurang. Aku tidak mau Riezka tidak mendapatkan pengobatan secara penuh,” ujar mammi dengan suara pelan.

“Kau tidak perlu khawatir aku akan membantu kalian. Kau tentu menginginkan perubahan besar bukan? Masalah biaya tidak usah dipikirkan, kita akan menjadikan Riezka gadis yang berbeda. Apa kau bersedia memiliki kehidupan yang lain Riezka? Kehidupan baru dimana namamu bukan Riezka mantan narapidana,” ucap Nick menoleh ke kursi penumpang dan melihat Riezka dan Darrel duduk berdekatan.

“Tentu saja aku menginginkannya. Aku akan melakukan apa pun untuk membayar semua biaya yang sudah kalian keluarkan,” jawab Riezka parau.

“Kenapa baru bebas sudah memikirkan membayar. Kau harus kembali utuh lagi. Tidak akan ada orang yang mengenali dirimu lagi. Kau adalah wanita baru dengan tekad dan harga diri tinggi. Pekerjaan sebagai wanita penghibur bukan berarti membuat diri kita terhina.”

Ucapan mammi membuat Riezka tersenyum dalam hati. Bukankah semua yang menimpanya berawal dari tempat dia berasal.

“Kalau kalian semua setuju, besok aku akan menjemput kalian menuju Kogea. Negara tersebut terkenal dengan operasi estetika-nya.”

“Terima kasih Nick.”

Selanjutnya tidak banyak yang dikatakan oleh mammi, semuanya hanya diam seperti memberi ruang pada Riezka.

Nick tidak berada cukup lama di rumah Mammi Darell. Dia segera berpamitan dan tidak berapa lama kemudian Jack menyusul Nick pergi.

Mammi membawa Riezka ke kamarnya. Kamar yang khusus diperuntukkan untuk Riezka sejak dia pindah setelah rumah lamanya di tutup sementara.

“Aku tidak tahu kalau mammi tinggal di sini. Lalu rumah yang lama bagaimana?” tanya Riezka saat mammi membuka pintu kamar.

“Rumah yang lama di tutup sementara. Mammi juga tidak tahu apa alasannya. Tapi kau tidak perlu khawatir. Menurut Nick tidak lama lagi rumah tersebut akan kembali lagi pada Mammi. Pengadilan tidak punya hak menutup rumah yang tidak ada hubungannya dengan kasusmu.”

Suara Mammi masih menyiratkan kemarahan mengingat sikap kejam petugas pengadilan yang mengusir mereka dari rumah yang ia tempati bersama anak asuhannya.

“Aku benar-benar minta maaf.”

“Sekali lagi kamu mengumbar kata maaf, mammi pasti marah,” ancam Mammi kembali memeluk tubuh Riezka, “sekarang mandilah, bersihkan tubuhmu lalu jadikan penderitaan yang kau alami selama ini sebagai semangat untuk memperoleh keadilan. Bukankah itu janjimu?”

“Benar. Aku mau mereka merasakan yang pernah aku alami.”

“Bagus jangan pernah lupakan hal itu. Mammi akan menyiapkan semua dokumen yang kita perlukan sebelum kita berangkat. Istirahat dan lupakan yang tidak penting. Oke?”

“Oke. Boleh aku bertanya lagi? Menurut mammi, operasi apa yang harus aku lakukan? Aku merasa diri ini kotor.” Suara Riesza sangat pelan, tetapi mammi memahaminya.

“Mammi tidak tahu. Tapi mammi menginginkan dirimu seperti dulu, walaupun pada wajah yang kau memiliki pasti akan mengalami perubahan. Mammi mau kau melakukan operasi Hymenoplasty. Mammi ingin semuanya kembali seperti semula. Kamu mengerti maksud mammi?”

Riezka menganggukkan kepala walaupun ia tidak tahu apa yang dimaksud dengan operasi Hymenoplasty lalu berjalan masuk ke dalam kamar yang pintunya sudah terbuka. Di dalam kamar ternyata tidak membuatnya langsung membersihkan tubuh. Ia duduk di kursi yang berada di depan cermin.

Bayangan di cermin membuat Riezka terkejut. Selama ini ia selalu menghindari benda yang namanya cermin kemudian kepala sipir mendukung yang menjadi keinginannya. Riezka memperhatikan wajahnya.

Wajahnya sangat jauh dari kata lumayan dan baik. Wajah yang berada di cermin adalah pantulan wajah gadis buruk rupa dengan beberapa gigi yang tanggal akibat penyiksaan yang dia terima dulu.

Mungkinkah semua bisa kembali seperti semula. Riezka tersenyum menyadari bahwa pertanyaannya sangat bodoh. Siapa pun bisa mengatakan bahwa semuanya pasti bisa dilakukan selama keuangan mendukung. \

Dengan menahan rasa nyeri yang kadang masih ia rasakan, Riezka membersihkan tubuhnya dengan lembut. Mammi sepertinya sudah menyiapkan sabun mandi yang mengandung obat anti bakteri.

Riezka memperhatikan tubuhnya yang kurus dan telanjang saat berdiri di depan cermin yang memperlihatkan bentuk tubuhnya. Tubuhnya penuh dengan bekas luka akibat tidak mendapatkan pengobatan yang maksimal selama ia di penjara. Kulitnya yang halus dan lembut semuanya berubah berkerut seperti kulit nenek-nenek. Tidak ada yang pantas dan enak dilihat.

Suara ketukan pintu di susul suara mammi yang memanggil namanya membuat Riezka bergegas mengeringkan tubuhnya kemudian ia keluar dari kamar mandi dan membuka pintu kamarnya.

“Ada apa Mammi?” Riezka melihat mammi berdiri dengan memegang beberapa lembar kertas.

“Nick baru saja mengirim berkas. Kamu bisa baca dan tanda tangani segera,” beritahu Mammi.

Kening Riezka berkerut tidak mengerti, “Berkas apa Mammi? Bukankah besok kita juga akan bertemu dengannya?”

“Besok kita memang bertemu dengan Nick, Tapi berkas ini adalah pengajuan Nick pada dokter yang akan memberikan perubahan padamu. Menurutmu tepat tidak kalau mammi menulis perubahan menyeluruh pada tubuhmu?” Mammi berdiri mengamati tubuh Riezka yang mengenakan mantel mandi.

“Mammi tidak salah. Seluruh tubuhku penuh dengan bekas luka. Siapa pun yang melihatnya pasti akan ngeri dan menganggapku sebagai monster,” jawab Riezka tertawa getir.

“Dokter akan memberi semua yang kau inginkan. Apa kau sudah menandatangani semua yang sudah mammi beri tanda?” tanya Mammi ketika Riezka mengembalikan berkas tersebut.

“Sudah Mam. Semuanya sudah aku tanda tangani,” jawab Riezka kalem.

“Oke, Sekarang cepat pakai bajumu. Mammi menunggumu di meja makan,” katanya sebelum meninggalkan Riezka.

Riezka menutup pintu kamarnya kembali lalu mengambil pakaian. Pakaian lamanya yang sengaja dibawa mammi dari rumah lama mereka. Bahagia dan haru dirasakan oleh Riezka. Mammi Darell yang dikenal sebagai wanita mata duitan dan selalu meminta anak asuhannya menghasilkan uang sebanyak-banyaknya ternyata sangat perhatian padanya.

“Mungkinkah mammi adalah ibu kandungku sendiri?” sebuah pikiran yang tiba-tiba melintas membuat Riezka bertanya-tanya kembali tentang siapa orang tua kandungnya. Mengapa mammi sangat perhatian padanya? Tidak mungkin mammi melakukan semuanya tanpa ada alasan.

Riezka yakin selain alasan untuk menjadikan dirinya sebagai wanita penghibur karena semua jasa yang sudah diberikan mammi padanya, mammi pasti mempunyai alasan utama. Tapi apa? Ia tidak tahu dan belum mengetahui alasannya.

“Untuk apa aku memikirkan semua itu. Mammi sudah menemani dan membantuku selama ini. Siapa orang tuaku…aku tidak peduli. Selama ini yang merawatku adalah mammi maka Mammi Darell adalah orang tuaku, seorang ibu yang bersedia berkorban untukku,” gumamnya menyiratkan rasa lega.

Riezka baru saja keluar dari kamarnya ketika suara mammi kembali terdengar, memanggilnya untuk makan siang. Suasana seperti yang terjadi di sebuah rumah pada umumnya, seorang ibu yang cerewet karena putrinya yang berlama-lama di dalam kamar.

“Aku di sini Mammi,” jawab Riezka berjalan memasuki ruang makan.

“Mammi masak apa? Harum masakannya mengundang selera,” ucap Riezka memuji.

“Kamu ngeledek Mammi ya? Sejak kapan mammi bisa masak. Ada mba yang membantu dan dia lah yang sudah berhasil mengambil rekaman cctv yang membuatmu bebas,” beritahu Mammi ketika seorang pelayan berjalan masuk membawa teko air minum.

“Benarkah? Terima kasih ya Mba. Kalau mba tidak berhasil menemukan rekaman cctv…aku yakin masa hukumanku tidak akan pernah berakhir,” ucap Riezka pada wanita yang lebih memilih diam dan tersenyum.

Riezka tidak mengerti mengapa wanita yang usianya tidak jauh dari mammi hanya tersenyum saja. Pandangan heran Riezka tujukan pada mammi yang hanya tersenyum menanggapi keheranan Riezka.

“Kita makan sekarang Riezka. Kau tentu tidak ingin menyia-nyiakan hasil kerjanya bukan?” usul Mammi mengalihkan perhatian Riezka.

“Tentu.”

Ingin sekali Riezka bertanya, tapi mammi menyuruhnya agar menyelesaikan makannya. Tidak ada pembicaraan selama berada di meja makan.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel