Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab. 5 Hampir Mati Lagi

Lu Fei juga heran kenapa dia bisa sangat unggul begini. Padahal dia sangat yakin kalau dirinya kalah kuat dari lawannya. Perlahan tapi pasti Lu Fei mulai mendominasi tanpa jurus apapun. Dia hanya bertarung dengan dasar bela diri. Sekali lagi, Lu Fei berhasil melakukan tebasan. Itu langsung melukai lawannya. Pembunuh Bayaran itu langsung mundur menjauh beberapa langkah. 

"Mereka yang lemah atau aku yang kuat?" 

Lu Fei heran. Padahal dia hana berada di tahap Flowing Qi ke satu. Masih sangat di bawah standard umur nya. Lu Fei yakin kalau lawan yang dia lawan sekarang setidaknya berada di tahap Core Foundation. Harusnya mudah bagi lawannya untuk mengalahkan dirinya. Hanya saja yang terjadi malah sebaliknya. 

"Aku harus memanfaatkan ini," ucap Lu Fei. 

Dia pun mengeluarkan sebuah botol kecil dari kantong bajunya. Lu Fei menuangkan cairan berwarna hijau itu pada pedang miliknya. Itu adalah racun, dengan cepat Lu Fei maju dan mulai menyerang lagi. Lawannya tidak akan membiarkan dirinya kalah. Dia mulai mengeluarkan kekuatan api miliknya. Sebuah pukulan api pria itu lakukan. Lu Fei langsung mundur ke beakang. Wajahnya hampir saja terkena pukulan api itu. Lu Fei merasa ini akan menjadi lebih sulit. 

Pada tahap Core Foundation seorang cultivator membentuk sebuah Core atau inti yang nantinya akan membuat mereka memiliki sebuah kekuatan seperti elemen atau kekuatan lainnnya. Core cukup bervariasi. Jenis Core itu ada dua yaitu Core element, Core non element. Contoh Core Element adalah Core api, Core air, Core petir dan sebagainya. Sedangkan, Core non element seperti Core pengendali, Core racun, dan sebagainya. Yang paling banyak dimiliki oleh para cultivator adalah Core element seperti coe api, Core air, Core tanah dan Core angin. Itu yang paling umum. 

Menunduk.

Lu Fei pun menununduk. Sekali lagi, Lu Fei berhasil menghindari pukulan lawannya. Lu Fei melihat sebuah celah. Lu Fei melompat ke samping kanan satu lompatan kecil. Setelah itu dia pun mengangkat pedangnya dan melakukan tebasan ke bawah dengan cepat. Yang penting cepat, tidak perlu kuat. Lu Fei lebih fokus menggunakan qi nya untuk mempercepat gerakan nya bukan memperkuat tebasannya. 

Satu tebasan itu membuat lawan Lu Fei tergores. Hanya ujung pedang yang mengenai tubuh pembunuh bayaran itu, tetapi itu harusnya sudah cukup. Lu Fei pun mundur ke belakang. 

"Sial. Ini buruk," keluh Pembunuh Bayaran itu. 

Dia pun maju lagi. Daripada mati sendirian, lebih baik dia mati bersama dengan targetnya. Pembunuh Bayaran itu melakukan serangan membabi buta. Setiap serangannya menggunakan inti api. lu Fei sangat dibuat kesulitan. Bahkan gubuk penyimpanan di sana terbakar. Bukan hanya itu, rumah Lu Fei bahkan terkena api dan mulai terbakar juga. 

Lu Fei mengabaikan itu. Dia lebih fokus pada pertarungan yang sedang dia lakukan. Lu Fei menunduk dan melakukan tebasan ke atas. Satu tebasan lagi mengenai lawannya. Pembunuh Bayaran itu tidak mundur. Dia sudah yakin kalau dirinya akan mati karena itu dia terus menyerang Lu Fei. Perlahan Lu Fei mulai kelelahan. Saat dia mulai melemah, sebuah pukulan mengenai dada Lu Fei. Dia terpental ke belakang. Dadanya terbakar. Lu Fei muntah darah. 

Satu pukulan lagi Pembunuh Bayaran itu lakukan. Lu Fei bangun dan melompat mndur ke belakang. Sayangnya dia kalah respons dan akhirnya terkena pukulan lagi. Lu Fei bisa unggul sebelumnya karena dia punya banyak pengalaman, tetapi tetap saja tubuhnya yang sekarang lebih lemah. Setelah bertarung cukup lama, Lu Fei mulai kelelahan. Bahkan sekarang dia terkena pukulan berulang kali. Itu membuat keadaan Lu Fei semakin buruk. 

"Apa ini menjadi akhir bagiku?" keluh Lu Fei. 

Sekali lagi dia terkana pukulan di dadanya. Lu Fei pun terjatuh. Pembunuh Bayaran itu mengambil pedang Lu Fei. Dia tersenyum. senyuman kemenangan. 

"Kau akan mati bersama denganku," ucap Pembunuh Bayaran itu. 

Pembunuh Bayaran itu langsung mengayunkan pedang itu. Lu Fei menutup matanya, dia kesal karena dia harus berakhir terbunuh. Padahal dia baru saja hidup kembali. Kesempatan kedua ini gagal dia manfaatkan. Lu Fei sangat menyesali itu. Dia terus saja mengeluh. Tanpa sadar kalau dia tidak merasakan sakit tambahan. 

Lu Fei membuka mata dan terlihat Pembunuh Bayaran itu terbunuh dengan sebuah pedang menancap di tubuhnya. Tidak lama kemudian Pembunuh Bayaran itu terlempar. Dari belakang Pembunuh Bayaran itu terlihat ada seseorang. Orang yang membunuh Pembunuh Bayaran itu. Orang itu adalah Shuang Lu. 

"Apa kau baik-baik saja?" tanya Shuang Lu. 

"Ah, terima kasih paman."

Shuang Lu mengulur kan tangannya. Lu Fei pun menyambut itu dengan senang hati. Setelah bangun, Lu Fei langsung membungkuk. Dia berterima kasih karena telah diselamatkan. Kalau Shuang Lu tidak datang, Lu Fei yakin kalau dirinya akan terbunuh. Tentu saja dia sangat bersyukur. Lu Fei berterima kasih sekali lagi. 

"Syukurlah kau baik-baik saja. Untung saja aku tidak telat. Kalau sampai telat beberapa detik lagi. Kau bisa saja terbunuh, tetapi kau harus bertanggung jawab karena bocah suruhanmu menghancurkan salah satu bangunan di kediamanku. Kau harus ganti rugi," ucap Shang Lu. 

"Aku akan bertanggung jawab. Di mana dia sekarang?" tanya Lu Fei. 

Orang suruhan Lu Fei itu pun muncul. Selama ini dia berada di belakang Shuang Lu. Dia melambaikan tangannya ke arah Lu Fei. Lu Fei lega karena ternyata rencananya masih bisa berhasil meski tidak 100% berjalan sesuai dengan apa yang dia harapkan. Yang jelas intinya adalah dirinya bisa selamat. 

"Kau harus berobat lebih dulu. Tubuhmu terluka cukup parah. Kau pergi ke rumahku di sana ada Shuang Ji. Kau minta dia mengobati dirimu. Paman akan pergi ke tempat lain untuk melaporkan apa yang terjadi. Kau boleh menginap di rumahku dulu sampai rumahmu diperbaiki," ucap Shuang Lu. 

"Baiklah paman. Terima kasih sekali lagi," ucap Lu Fei. 

Anak suruhan Lu Fei mengangkat tangannya. "Apa aku juga boleh menginap di rumahmu paman?" tanyanya. 

Shuang Lu mengerutkan keningnya. "Kau siapa? Aku bahkan tidak kenal denganmu. Tidak, kau tidak diperbolehkan menginap," jawab Shuang Lu. 

Anak itu terlihat kecewa. Shuang Lu pergi dari sana. Lu Fei pun memberikan bayaran yang sudah dia janjikan. Setelah itu dia meminta anak itu untuk pulang. Anehnya anak itu tidak beranjak sama sekali dari sana. Lu Fei mengerutkan keningnya. 

"Apa lagi?" tanya Lu Fei. 

"Ikut! Aku juga terluka," pinta anak itu. 

Lu Fei menatap anak itu dari atas hingga bawah. Hanya ada luka gores kecil. 

"Tidak. Tidak, kau tidak boleh ikut. Pulanglah!" jawab Lu Fei. 

Lu Fei beranjak dari sana. Dia pergi ke rumah Shuang Lu. 

"Pelit. Kau sangat pelit," keluh anak itu. 

Lu Fei hanya melirik saja. Tidak lebih dari itu.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel