Bab. 4 Ingin Dibunuh
Jantung Lu Fei langsung berdetak sangat kencang dengan pertanyaan mendadak itu. Lu Fei mengatur napasnya. Dia berusaha untuk tenang. Dia pun tersenyum. Dia berusaha untuk terlihat normal.
"Aku Adalah Lu Fei anak patriarch sekte Bintang Berpijar ini. Memangnya ada apa Paman?" tanya Lu Fei.
Shuang Lu menyipitkan matanya, tetapi setelahnya dia tersenyum. "Aku hanya bercanda." Dia pun terbahak. "Kau ingin ikut berlatih bersama kami? Mumpung kau ada di sini. Bagaimana?" tawar Shuang Lu.
"Terima kasih tawarannya, tetapi dengan berat hati aku harus menolaknya karena aku ingin segera pulang ke rumah. Maafkan aku paman," jawab Lu Fei.
"Oh, kalau begitu berhati-hatilah!"
Lu Fei mengangguk. Dia pun pergi dari sana. Dia pulang, tetapi sebelum sangat jauh, dia menoleh ke belakang sedikit. Terlihat Shuang Lu masih menatap ke arah dirinya. Shuang Lu tersenyum. Lu Fei merasa agak degdegan karena kalau sampai ketahuan, yang dia takutkan adalah dia dibunuh. Dengan kekuatannya yang sekarang, dia tidak yakin bisa menang melawan Shuang Lu. Perbedaan kekuatan yang sangat jauh.
"Semoga saja dia tidak tahu," ucap Lu Fei.
***
Lu Fei tiba di rumahnya. Di sana dia tinggal. Rumahnya terlihat berantakan seolah sudah dia cak-acak oleh orang lain. Nyatanya memang begitu. Lu Fei pun merapikan semua yang berantakan itu. Setelah selesai Lu Fei pun membaringkan tubuhnya ke lantai. Dia pun berpikir apa yang harus dia siapkan. Kalau dia diam saja, dia akan berakhir terbunuh lagi. Tentu saja dia tidak ingin mati lagi.
"Aku tidak tahu di mana aku sekarang, tetapi yang jelas aku tidak boleh berakhir seperti sebelumnya. Aku tidak boleh melakukan kesalahan yang sama dua kali."
Lu Fei pun mencoba mengingat apa yang dia pernah dia pelajari di kehidupan sebelumnya. Mungkin saja ada yang bisa dia gunakan untuk mengalahkan Pembunuh Bayaran yang akan membunuh dirinya. Lu Fei tidak yakin kapan Pembunuh Bayaran itu akan datang untuk membunuh dirinya, tetapi yang pasti itu akan terjadi. Tentu saja bersiap lebih awal akan lebih baik. Lu Fei pun bangun. Dia mencari beberapa benda yang dia butuhkan. Dia pun mulai merancang jebakan.
"Aku tidak tahu ini bisa berhasil atau tidak, tetapi setidaknya aku harus memastikan agar diriku tetap hidup," ucap Lu Fei.
Tiba-tiba saja Lu Fei punya ide. Dia tersenyum lebar. Rencana ini agak gila, Lu Fei pun menyiapkan semuanya.
"Sepertinya aku akan mengorbankan waktu tidurku," tambahnya.
Berhari-hari berikutnya Lu Fei terus berkultivasi. Dia tidak bahkan hanya bisa tidur 2 dua dalam satu hari. Ini semua dia lakukan demi keselamatan dirinya. Kalau dia tidur terlalu pulas dan Pembunuh Bayaran itu muncul, maka kematian akan menarik dirinya ke dalam jurang. Lu Fei tidak akan membiarkan itu. Dia tidak akan mati lagi.
"Kalau ini dunia yang sama, maka ini akan menjadi waktu yang tepat untuk balas dendam," ucap Lu Fei.
***
Kelima Pembunuh Bayaran itu pun tiba di dekat rumah Lu Fei. Mereka sudah mengawasi Lu Fei beberapa hari ini. Ternyata Lu Fei benar-benar masih hidup. Saat pertama melihat itu, mereka sangat kaget. Mereka sudah memastikan kalau Lu Fei tewas, tetapi anehnya Lu Fei masih hidup. Itu sangat tidak masuk akal. Ma berapa kali pun mereka berpikir, itu terasa tidak masuk akal.
"Meski ini tidak masuk akal, tetapi ini yang terjadi. Entah bagaimana cara bocah itu bisa hidup kembali. Yang jelas kali ini kita tidak boleh gagal lagi. Kita harus memastikan dia tewas."
"Potong saja kepalanya. Dengan begitu, dia tidak akan hidup lagi. Tidak ada orang yang bisa hidup dengan kepala yang terpotong."
"Benar sekali. Seharusnya sebelumnya kita melakukan itu."
"Sudahlah! Itu sudah terjadi, yang terpenting adalah saat ini."
Mereka berlima pun saling menatap satu sama lain dan mengangguk setelahnya. Mereka pun melompat turun ke bawah. Di rumah Lu Fei, dia tidak memiliki penjaga karena dia tidak dianggap tidak terlalu penting. Bahkan ayahnya sendiri tidak memandang Lu Fei seperti anak kandungnya sendiri. Meski, begitu Lu Fei tetap mendapatkan beberapa hak yang seharusnya dia dapatkan.
Mereka pun berpencar agar Lu Fei tidak punya jalan melarikan diri. pemimpin kelompok itu akan Begerak dari arah belakang. Dia pun membuka jendela rumah Lu Fei. Saat dia membuka jendela. Sebuah anak panah bergerak ke arah dirinya. Dengan cepat dia menghindari anak panah itu. Dia mundur ke belakang.
"Dia sudah bersiap ternyata. Aku harus berhati-hati," ucap pemimpin kelompok itu.
Saat dia ingin maju. Saat itu juga seseorang berteriak. Dia langsung bergegas masuk ke dalam. Terlihat kalau Lu Fei masih ada di sana. Dia langsung mengalirkan pedangnya dan menusuk ke arah Lu Fei.
Blep!
Tidak ada darah sama sekali. Dengan cepat dia membuka selimut dan saat dibuka ternyata yang dia tusuk adalah jerami yang dibuat berbentuk manusia.
"Sial. Aku ditipu."
"Dia di sini!" teriak salah satu dari mereka.
Dengan cepat dia keluar dari sana. Saat dia kelar terlihat kalau tiga rekannya sedang berlari mengejar seseorang. Dia awalnya ingin ikut mengejar, tetapi entah kenapa dia mengurungkan niatnya dan memilih memerika tempat itu lebih dulu. Saat dia memeriksa, dia melihat ada sat rekannya yang terbaring di tanah dengan mulut yang berbusa. Satu rekannya diracuni. Di bagian perut rekannya itu ada sebuah anak panah. Anak panah yang sama dengan yang sebelumnya mengarah ke arah dirinya.
Dia bersyukur karena tidak terkena anak panah itu. Kala terkena, maka dia akan keracunan dan mati juga. Dia tidak membawa obat penawar racun. Tubuhnya juga tidak punya kemampuan menetralkan racun. Ketika sedang memeriksa, dia merasakan ada gerakan. Dia langsung bergegas dan terlihat ada seorang pemuda yang sedang berjalan mengendap-endap.
"Berhenti!" teriak Pembunuh Bayaran itu.
***
Lu Fei merasa kalau rencananya sudah berhasil. Dia langsung keluar dari persembunyiannya dan ingin melakukan rencana selanjutnya. Hanya saja saat dia ingin pergi dari sana. Seseorang berteriak kepada dirinya. Lu Fei menoleh dan ternyata itu adalah Pembunuh Bayaran yang tersisa. Lu Fei berdecak kesal. Dia akan kesulitan.
"Sial. Kalau begini rencanaku bisa saja gagal," keluhnya.
Pembunuh Bayaran itu langsung berlari dan menyerang Lu Fei. Tidak ada pilihan lain, Lu Fei harus bertarung. Dia pun bergerak dan mulai menghindari serang lawannya. Lu Fei mengerutkan keningnya, dia merasa aneh. Serangan musuhnya dengan mudah dia hindari. Bahkan serangan musuh terlihat sangat pelan di mata Lu Fei. Dia heran sendiri.
"Apa dia selemah ini?"
Lu Fei pun mulai menyerang dan serangannya hampir saja membunuh Pembunuh Bayaran itu. Leher Pembunuh Bayaran itu terluka. Luka gores. Telat sedikit saja, Pembunuh Bayaran itu bisa tewas. Dia mundur ke belakang.
"Apa-apaan ini?" keluh Pembunuh Bayaran itu. Dia kaget.