Bab 4 : Stay positif untuk menghancurkan
Selanjutnya…
Indigo masih bertanya alasan Weyna sedikit menjauh darinya. Tak peduli dengan ocehan Alex yang menyuruhnya untuk diam, "Bisakah kau diam Tuan Xavier," Indigo kembali tersenyum menatap Weyna. Sedangkan Weyna mencoba menyabarkan Alex lewat mata yang dibalas dengan helaan napas berat dari sang sahabat.
Sedangkan di luar Kafe, Nirva yang sedang menunggu sepupu sekaligus sekretarisnya tersenyum tipis melihat Weyn. Bukan nya berhenti tersenyum, Namun ia menunduk terkekeh bahkan tertawa mengingat apa yang baru saja ia dengar dari seseorang.
Sebelumnya, saat Nirva ingin menyusul Weyn, ia sempat berpapasan dengan seorang gadis. Gadis itu terlihat kesal bahkan berkata kasar dengan nama Weyn sebagai pelengkapnya.
"Aku murahan setidaknya kekasihmu meminta lagi dan lagi padaku, Weyna sialan. Kau kira Indigo mencintaimu setelah kami melakukan nya, yang bahkan itu di tempat kalian. Cih, lucu sekali. impianmu bersama nya sudah berada di tanganku gadis sok suci!"
Nirva semakin tertawa mengingat wajah gadis itu, yang tak lain adalah Sidney Mackenzie.
'Dan lagi-lagi aku melakukan kesalahan dengan menertawakan penghianatan yang ia dapat.' -Nirva
? ? ?
Tak lama kemudian… sebuah mobil berhenti di hadapan Nirva, dari dalam kafe Weyna sedikit melirik keluar melihat aktifitas calon kakak iparnya.
Seorang pemuda turun menatap Nirva, "Ada apa?" tanya berharap kali ini atasan nya tidak…
"Tak ada. Hanya menyuruhmu datang saja." … menyebalkan. Pemuda yang bernama Bentley Harrington Lee mendongak menatap langit dengan tatapan tak percaya, ingin mengumpat tapi atasan. Mencoba tersenyum paksa,walau Bentley ingin membenturkan kepala orang di hadapan nya saat ini.
"Kenapa?"pertanyaan polos Nirva semakin membuat sekretarisnya… bersabar hanya itu. "Huuffff, kalau tak ada lebih baik aku kembali ke kantor. Ingat, kita disini untuk bekerja. Yes i know, kau juga dalam masa perjodohan. tapi ingat, kau dan Mike dalam pengawasanku sebelum pernikahanmu selesai. Stop untuk bermain, mengerti Tuan Muda Kim." katanya Bentley menekan kata di akhir.
Nirva terkekeh melihat wajah sekretarisnya, "Ya, ya aku mengerti. Aku hanya ingin kau melihat rumah di samping kediaman Vint, jadi aku tak perlu meninggalkan Mike dan dirimu. Cabang dan apart di sini terlalu jauh dari rumah tuan Oscar, dan kau pasti tau, aku harus tinggal disini. Daripada tinggal di sana, lebih baik menyewa rumah kan," katanya merasa tak perlu tinggal bersama keluarga calon istri nya.
"Baiklah, akan ku urus. Sebaiknya tetap diam atau aku benar-benar tak tinggal diam." Ucap Bentley kemudian berlalu meninggalkan Nirva yang masa bodoh.
"Kenapa tidak ikut dengan temanmu?"
Bukan nya menjawab, Nirva malah melirik lelaki yang mengikuti Weyna keluar dari kaffe.
"Ada masalah? Tatapanmu seakan kita pernah bertemu," tanya Digo sedikit tidak suka pada Nirva.
Sedangkan Nirva mengangkat bahu, "Tidak juga." ucapnya berjalan ke mobil Weyna dan memberikan gadis itu kode untuk membuka pintu. Weyna berdecak kesal membuka kunci jarak jauh.
"Dia ikut denganmu? weyn jangan bilang kau--"
"Jangan samakan Weyn denganmu. Weyn aku duluan," kata Alex menyela ucapan Digo dan berlalu pergi.
Digo masih belum yakin menatap Weyna dengan tatapan bertanya.
Weyna menghela napas,"Alex benar, jadi--"
"Kau menuduhku, begitu?"
Tak ingin menjawab, Weyna berjalan meninggalkan Digo yang terlihat kesal.
"Weyna tunggu, hei."
Gadis itu berbalik, "Pikirkan dan putuskan sebelum aku yang melakukan nya. Kau tau siapa aku bukan," ucapnya mengecup pipi Digo kemudian memasuki mobil.
Nani pernah mengatakan pada nya, Stay Positif dan pikirkan cara menghancurkan mereka. Biarkan dia puas untuk saat ini karena kedepan nya kau yang akan puas. Maka dari itu dia tetap diam sampai saat ini, berharap kekasihnya itu akan jujur padanya.
"Sial." Digo hanya bisa menatap kepergian mobil kekasihnya. Dia merasa kesal melihat Weyna pergi tanpa nya, dengan kata-kata yang… "Brengsek!" segera menghubungi seseorang. Begitu panggilan terhubung… "APA YANG KAU LAKUKAN, BODOH." bentaknya.
"Kemarilah, aku sudah siap." gadis di seberang sana seakan memancing syahwat nya pun, "Dasar jalang." katanya dengan sangkraktis.
"Ya, aku tau. Tapi kau menyukainya kan," semakin menggoda seorang Digo.
"Tunggu disana, bitch."
"Oke honey. Cepatlah dia sudah sangat gatal, ingin kau memasukinya." Digo tersenyum sinis memutuskan panggilan nya. Baginya dia hanya bersenang-senang dengan kepuasan yang tidak didapatkan dari kekasih nya. Jadi tak ada salahnya bukan,
Short Stay Apartment.
"bodoh, jalang, bitch semua panggilan itu membuat seorang Sydney bergairah." katanya tertawa keras dengan menyesap rokoknya. "Bagaimana jika nona Weyna yang terhormat tau tentang semua percintaan kami ini, aku tak sabar melihatnya merengek dan melupakan martabatnya sebagai anak dari keluarga Vint." sambungnya lagi merasa sudah menang tanpa tahu kalau…
?
?
?
Nirva tersentak mendengar Weyna yang tiba-tiba tertawa dengan sangat keras, bahkan bertepuk tangan membuat kening Nirva mengkerut bingung.
"Kau gila? Sepertinya sih, iya." bertanya sendiri menjawab sendiri, itulah yang Nirva lakukan.
"Kau," Weyna menoleh melihat Nirva,
"Sorry, but I'm still healthy." ucap Nirva malah di balas tawa dari gadis disampingnya. "Kau ingin berpesta denganku," ajak Weyna membuat pria itu tersenyum miring.
"Kau mengajakku berpesta dan berakhir di kamar. itukan maksudmu,"
"Waw… kau sangat pintar. Lego, lego, LEGO!!"
"Tidak usah berteriak gadis bar-bar." kesal Nirva mendelik sinis ke arah Weyna yang…
"Thanks, aku menyukainya."
"Dasar--"
"Crazy, i know. I like that."
Nirva terkekeh geli melihat tingkah seorang Weyna, calon adik iparnya.
?
?
?
Klub K.Q
Nirva keluar lebih dulu menatap gedung yang tampak mulai ramai, diikuti Weyna yang tengah tersenyum penuh arti.
"Bersenang-senanglah, sebelum kalian berdua hancur di tangan seorang Queen." gumam nya menyimpan Earpods lalu keluar dari mobil, menatap Nirva yang tampak mengingat sesuatu.
"Ini,"
"Mengingat sesuatu Tuan Kim," kedua nya saling bersitatap tersenyum miring. "Memilih mengingat kembali masa itu atau mengulang kembali masa itu," kata Nirva pada Weyna.
"Apapun pilihan nya, untuk saat ini aku masih dalam keadaan sadar… jadi tunggu saja." ucap Weyna berlalu pergi memasuki gedung Klub meninggalkan Nirva yang tampak menggumam kan sesuatu. "Wow… sangat pintar,namun juga bodoh." kemudian mengikuti gadis itu.
"Tidak ada mabuk untuk malam ini. anda dengar nona Queen,"
"Pelankan suaramu, bodoh."
"Tak peduli. Gara-gara Ley, kau berakhir di kamar bersama…"
"Dia." ucap Weyna menunjuk Nirva yang berjalan ke arah mereka.
"Kalian berhubungan?"
"Kau ingin tahu hal tergila yang kudengar hari ini," bisik Weyna pada Emily Priscilla Robert, seorang bartender hanya untuk mengawasi cucu ketua nya dan juga sebagai tangan kanan Queen.
"What is that,"
"Dia calon kakak iparku. Pfft hahaha."
"What! Are you serious?" tanya Emily kembali memastikan bahwa yang dia dengar adalah salah.
"No. Yes, course."
"Oh my god." ucapnya masih tidak percaya.
"Ada apa?" tanya seorang pemuda yang terlihat mirip dengan Emily bahkan bagai pinang terbelah dua, karena keduanya memang kembar.
Miley Cristhoper Robert menatap adiknya dan juga Weyna, pemuda itu juga termasuk dalam anggota Queen. sama seperti Emily dia pun ditugaskan untuk mengawasi cucu dari ketua mereka. Walau mereka tahu gadis dihadapkan mereka itu belum sepenuhnya menjadi pewaris QUEEN.
"Hey ley," sapa Weyna mengedipkan sebelah matanya.
"Jangan genit padaku, jadi ada apa?"
"Hehe, tak ada."
Memang terdengar dingin namun dia juga menyejukkan bagi orang-orang yang mengenalnya, termasuk Weyna sendiri.
"Ley, layani dia." pintah Emily menunjuk Nirva yang tengah duduk di depan mereka. "Dan kau, denganku." sambungnya menatap Weyna. "Oke, nona Emily." kembali meneguk minuman nya.
"Ingin pesan apa Tuan," tanya Miley pada Nirva.
"Em, sama sepertinya." jawab nya menatap Miley dan Emily secara bergantian. "Kalian kembar," cicitnya bertanya pada Miley.
"Menurutmu,"
"Ck, aku bertanya pada nya bukan padamu. Jadi diamlah Nona Vint." decitan pada Weyna yang kini mengangkat bahunya.
"Ya, kami kembar dan dia adikku." ucap Miley meletakkan whisky di hadapan Nirva, sedangkan Weyna meneguk whisky nya dengan sekali teguk.
"Thanks," ucapnya melirik Weyna yang meminta lagi, agar dibuatkan.
"Ini yang terakhir, setelah itu kembali lah." Miley kembali menuang minuman di gelas Weyna tak lupa perasan lemon lalu menyodorkan nya pada gadis itu.
"Thanks."
Nirva meneguk minuman nya kembali melirik Weyna yang tampak santai memainkan bibir gelasnya, gadis itu tersenyum entah sedang memikirkan apa.
"Kenapa melihatnya seperti itu, dia bukan tontonan." tegur Miley terkekeh melihat pandangan Nirva pada Weyna.
"Oh, bukan apa-apa." ucapnya kembali meneguk minuman nya, sembari menikmati musik yang menggema di dalam klub.
"Tidak ingin menemui Nani," tanya Emily se akan tahu apa yang membuat Weyna diam.
Gadis itu terkekeh menaikkan pandangan nya menatapnya, "Aku ingin meraih sesuatu, tapi makin kesini sesuatu itu semakin menjauh. Bahkan bertambah satu lagi." ungkapnya meneguk minumannya.
"Belum memutuskan nya?"
"Stay positif dengan cara bermain pintar."
"King,"
"Ya, aku tau." Weyna berdiri membuat Emily menghela nafas berat.